Pengalaman Seru ke Taman Safari Naik Motor

Matahari nampaknya masih berada di posisi nanggung. Semilir angin yang masih dingin terasa kontras dengan Kota Bekasi yang terkenal dengan hawa panasnya. Arloji saya pun masih menunjukkan pukul 06.00 ketika saya tiba di pintu gerbang rumahnya Thina. Esok hari adalah tanggal 6 mei, yang menandakan bahwa seluruh warga negara +62 ini sudah memasuki bulan Ramadhan. Dan berhubung hari ini adalah hari terakhir sebelum masuk puasa, jadi kami pun memutuskan untuk traveling ke puncak seperti yang sudah direncanakan dari jauh-jauh sebelumnya.

Yap, sejak dari berbulan sebelumnya, Thina memang sudah beberapa kali mengajak saya untuk ke Taman Safari. TapiΒ  berkali-kali juga ajakan itu saya urungkan. Masalah utamanya, karena saya bingung gimana caranya berangkat ke taman safari sementara saya sendiri ga punya mobil? Masa iya nanti masuk kandang singa sambil nenteng motor? Lha auto-dijemput malaikat πŸ™

Secercah petunjuk pun muncul ketika saya melakukan observasi sejumlah artikel di Internet. Dari beberapa blog yang saya kunjungi, didapatilah informasi bahwa taman safari yang selama ini identik dengan naik mobil, ternyata memiliki akses untuk sepeda motor! Lebih tepatnya, ada tumpangan BIS GRATIS bagi pengendara motor yang memasuki taman safari.

Berbekal sedikit informasi dari para netizen itu, akhirnya kami berdua pun bersemangat untuk segera berangkat. Tepatnya pukul enam lewat lima belas menit, Si Belalang Tempur (baca : Kawasaki Athlete) kecintaan saya pun saya arahkan keluar dari garasi. Berboncengan, kami berdua segera bergerak melintasi Narogong menuju Cileungsi, kemudian lanjut ke Cibinong hingga Sentul.



Aplikasi Waze mengarahkan kami berdua untuk menjajal jalur alternatif, menjauhi jalur utama yang seringkali timbul kemacetan tak terduga. Maklum sajalah, ini kan Bogor yang terkenal dengan sebutan Kota Seribu Angkot. Beruntunglah meskipun jalanan yang kami lalui cukup nanjak dan turun ‘ekstrim’, tetapi motor saya masih sanggup melibas semuanya tanpa masalah. Plus lagi, hampir tak kami temukan kemacetan berarti. Begitu tersadar, tau-tau kami sudah nongol di jalan Raya Puncak Cisarua. Duh Gusti, kali ini saya bersyukur hidup di zaman ketika Waze sudah ada.

Sekitar pukul setengah sepuluh, akhirnya kami pun tiba di gerbang masuk ke Taman Safari. Tak sedikitpun rasa bingung menghampiri saya, karena sejumlah papan petunjuk dan rambu-rambu jalan sudah tersedia di hampir setiap kelok jalan yang saya lalui. Untuk sepeda motor, jalur masuknya ada di pojok sebelah kiri dari pintu gerbang. Tak usah sungkan untuk bertanya, karena petugas disini pun ramah-ramah sekali

Ngajak ribut petugasnya nih, *tapi boong
Dapet gelang thermal dan denah lokasi taman safari

 

Bertahun-tahun tak pernah berkunjung kesini, ternyata Taman Safari berkembang dengan sangat maju seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini nampak dari tiket masuknya yang kini mengadaptasikan gelang thermal, persis seperti yang digunakan di event besar Gaikindo, IIMS dan sebagainya. Selain mempercepat proses checking dari petugas, gelang semacam ini juga tahan air dan tak mengganggu kita jika ingin mengambil air wudhu.

Parkiran motor berada hanya beberapa meter dari pintu masuk. Saya pun segera mengatur posisi Si Belalang Tempur ini dan sejenak merapihkan barang bawaan. Tak jauh dari sana, ada beberapa bis berwarna belang hijau putih yang sudah terdengar deru mesinnya. Sang supir nampak duduk tenang di kursi depan sambil sesekali mengecek notifikasi di smartphone-nya.

Melihat supir yang sudah mulai bersiap menarik pedal gas, Saya dan Thina pun mempercepat langkah kaki ke arah bus tersebut. Tepat di depan pintu bis samping kiri, seorang petugas wanita menghentikan kami untuk sekadar mengecek keberadaan gelang thermal yang kami gunakan. Segera setelah kami menunjukkan tiket di pergelangan tangan kami, ia pun mempersilahkan kami untuk masuk.

 

Bis nampak lengang. Maklum, besok puasa
Pak supir lagi curhat masalah keuangan pribadinya *boong lagi

Agar bisa mendapatkan view yang luas, kami pun segera mengambil posisi duduk paling depan; persis di samping pak supir yang sedang bekerja. Di posisi ini, kami dapat melihat koleksi satwa dari jendela sebelah kiri serta jendela sebelah depan. Bisa juga leluasa melempar pertanyaan kepada pak supir karena posisinya yang berdekatan.

Sejenak menanti, akhirnya bis yang kami tumpangi bergegas pergi, meninggalkan terminal dan sejumlah pengunjung lain nampaknya yang terlambat datang. Suasana di dalam kabin terasa cukup nyaman. Meskipun armada ini agak sudah berumur, tetapi kondisinya lumayan terawat. Angin yang berhembus dari AC pun terasa cukup dingin, mungkin karena didukung cuaca puncak yang sedang dingin pula.




Pak supir ternyata tidak hanya memutar kemudi dan menaik turunkan pedal saja. Sesekali, ia mengambil mikrofon dari dashboard untuk mendekatkan benda itu menuju mulutnya. Dengan bersemangat walau agak terbata, ia lantas menjelaskan berbagai informasi mengenai koleksi fauna di Taman Safari ini.

Saya merasa bersyukur mendapatkan posisi duduk di kursi paling depan ini. Karena disini saya bisa mendengarkan berbagai informasi dari pak supir dengan sangat jelas. Mulai dari berapa banyak jumlah fauna di taman safari, apa bedanya unta berpunuk satu dan berpunuk dua, hingga fakta bahwa sebagian besar hidupnya Jerapah dihabiskan dalam posisi berdiri. Saya dan Thina pun semangat menjadi pendengar setia.

Baca Juga :  Piknik Seru ke Seaworld & Gelanggang Samudera - Part 2

 

Thina seneng liat Unta
Wah ada operasi zebra nih. Siapin STNK yah gaes
Liat badak in real form. Biasanya liat di cover larutan doang
Sapi Bali, hewan paling bersih meskipun ga mandi katanya.

 

Jalur kunjungan fauna di taman safari ini terbagi menjadi beberapa zona. Setiap satwa sudah diatur posisi ‘rumah’ nya masing-masing, sehingga dapat hidup berdampingan tanpa ada gesekan. Di beberapa zona kita diperbolehkan untuk berhenti dan memberi makan satwa. Tapi di sejumlah zona lainnya, khususnya hewan-hewan karnivora, kita dilarang untuk membuka jendela sama sekali. Harap diikutin ya, bae-bae dah kalo jadi santapan singa kan ga lucu.

Sementara bis terus melaju, sesekali kami bertukar obrolan dengan pak supir. Dari beliau-lah kami mengetahui perkembangan koleksi satwa disini, bahwa jumlah satwa yang ada senantiasa naik dari tahun ke tahun. Saya memang tidak ingat persis berapa jumlahnya; mungkin 2500-an, tapi mendengar peningkatan jumlah satwa saja sudah berhasil membuat saya menyatakan kekaguman. Bagi saya, itu pertanda bahwa manajemen taman safari tidak hanya ber-orientasi mengumpulkan pundi-pundi uang belaka. Di sisi yang lain, mereka juga punya misi menjaga kelestarian fauna Indonesia. Tiket yang cukup mahal pun terasa wajar-wajar saja.

Saat akan beralih dari zona hewan herbivora ke hewan karnivora, kendaraan kita akan menghadapi sebuah Gerbang yang berukuran besar. Gerbang itu terdiri dari beberapa lapis pintu, yang mana tiap pintunya akan membuka secara otomatis apabila mobil kita mendekatinya.

Tenang saja, tidak akan ada harimau atau singa yang lolos. Pengamanan disini sangat ketat, dimana sejumlah kawat listrik sudah dipasang oleh petugas. Pintu gerbang pun menggunakan sistem magnetik, sehingga hanya bisa terbuka apabila didekati oleh kendaraan empat roda. So, don’t worry, be happy.

Spesies Kudanil Kerdil. Tapi biar begini beratnya ratusan kilo cuy!

 

Setelah melalui jalur kunjungan fauna (yang terlalu panjang untuk kami deskripsikan satu per satu), akhirnya kami pun tiba di Drop Zone. Disinilah seluruh penumpang diturunkan agar dapat melanjutkan eksplorasi ke berbagai area dan fasilitas lainnya. Saya dan Thina pun buru-buru melangkah pergi dan menghampiri sekelebat papan informasi.

Fasilitas di Taman Safari ini luar biasa lengkap. Tak hanya koleksi satwa yang lengkap, mulai dari hewan aquatik, nocturnal, primata, hingga berbagai jenis unggas; ada juga berbagai atraksi pertunjukan yang menarik seperti pertunjukan lumba-lumba, singa laut, serta aksi teatrikal Cowboy Show. Kalau masih belum puas juga, kalian bisa menyambangi berbagai fasilitas dufan mini yang bisa menguji adrenalin kalian.

Yang perlu dicatat, setiap pentas atraksi memiliki jam pertunjukannya masing-masing, dan tiap pentas hanya dilaksanakan maksimal 2 kali dalam sehari. Jadi, perlu perencanaan yang matang serta fisik yang prima untuk dapat mengeksplorasi seluruh fasilitas taman safari ini dengan maksimal.

Sejenak saya menundukkan kepala untuk melirik arloji, nampaklah waktu masih cukup pagi, baru sekitar jam sepuluh. Tapi belajar dari pengalaman kunjungan saya terakhir kali yang kurang memuaskan, maka saya pun berdiskusi serius dengan Thina. Kami menyusun sebuah timeline sederhana tentang kemana tujuan kita setelah ini.

Dan akhirnya kami pun sepakat untuk menuju ke Rumah Panda terlebih dahulu, Cusss…

 

Sambil nunggu kereta datang, kasih makan gajah dulu

 

Untuk bisa sampai ke Istana Panda, kami perlu berjalan sekitar 2 km meninggalkan drop zone. Tak begitu jauh memang, tapi kontur jalan yang menanjak membuat medan perjalanan menjadi terlalu berat untuk dilalui dengan berjalan kaki. Demi menghemat waktu dan tenaga, kami pun memesan tiket kereta dari ruang informasi.

Tiket kereta ini dihargai 25 ribu per orang, dan bisa kita gunakan sepuasnya ke arah mana saja, mau naik maupun turun. Cukup tunjukkan saja gelang berwarna pink itu ke petugas, maka kita bebas melenggang bersama kereta ini. Eittss.. Jangan salah kaprah ya. Kereta ini bukanlah kereta sungguhan selaiknya biasa kita lihat di stasiun Manggarai, melainkan semacam mobil truck yang sudah dimodifikasi agar dapat menampung banyak sekali penumpang ke belakang.

 

Naik ‘kereta’ menuju ke area atas

 

Meski berjalan agak tersendat dan menggerung bagaikan kelelahan, tetapi nyatanya kami tiba juga di area atas. Sementara kami turun di salah satu halte, kereta terus melanjutkan perjalanannya mengelilingi area taman safari ini. Saya dan Thina tak terlalu memperdulikannya, kami bersemangat berjalan ke perhentian shuttle bus menuju Istana Panda yang tak jauh dari halte ini.

Sama seperti kereta, shuttle bus ini juga senantiasa tersedia setiap waktu; setidaknya 15 menit sekali. Tak perlu merogoh kocek tambahan, fasilitas shuttle bus ini gratis sepenuhnya. Desain bis nya juga cukup unik, berbentuk menyerupai wajah Panda apabila dilirik dari arah depan. Bocah-bocah pasti suka nih.

 

Bentuknya unik, ehehe

 

Perjalanan ke Istana Panda tak menghabiskan waktu lama. Paling tidak, hanya berkisar 10 menit saja. Tapi entah mengapa, saya merasa perjalanan tadi itu seakan lama sekali. Mungkin karena pengaruh jalanannya yang menanjak dan ber-kelok ekstrim. Jalanannya juga cukup sempit, sehingga sang supir harus terus berkomunikasi via HT agar tidak berpapasan satu sama lain.

Baca Juga :  Indahnya Suasana Senja Hari di Bumi Pelangi Jalaksana, Kuningan.

Meski begitu, perjalanan tersebut akan terbayar sudah apabila kita sudah sampai di Istana Panda. Ya, tak hanya disambut oleh desain arsitektur yang megah, kita juga akan disambut oleh hamparan perbukitan hijau yang membahagiakan mata. Terpesona, kami pun larut terdiam disamping pagar kaca, melihat dan menikmati aura kedamaian yang terpancar bersama semilir angin sepoi-sepoi. Padahal, seyogianya kami tak boleh berlama-lama. Masih banyak destinasi lain yang perlu dituju, dan perlu manajemen waktu yang maksimal.

 

Menikmati hamparan perbukitan hijau
Jangan lupa beli roti panda buat kenang kenangan

Sadar tak banyak waktu yang tersedia, kami pun segera melanjutkan langkah kaki menuju ke dalam Istana Panda. Hanya beberapa meter berselang sejak berberak dari pintu masuk, saya langsung dibuat terpana. Tentu saja karena konsep dan perencanaan gedung ini nampak terasa matang, dan terlihat terawat sekali. Berkali-kali saya berucap memuji sambil sesekali membandingkannya dengan manajemen Taman Mini.

Pengunjung tidak bisa langsung berjalan menuju ke kandang panda, melainkan harus berkeliling dulu melewati sejumlah spot edukatif seperti sebuah ruangan dengan layar informasi touchscreen, hingga sebuah teater mini yang memutar film singkat tentang sejarah panda di Taman Safari.



Durasi film tersebut memang cukup singkat, hanya berkisar sepuluh menit saja. Tetapi ada banyak sekali informasi penting saya dapatkan dari dokumentasi itu. Misalnya, Duo panda raksasa remaja yang didatangkan langsung dari Tiongkok itu bernama Cai Tao dan Hu Chun, berjenis kelamin pria dan perempuan. Mereka sudah resmi menjadi penghuni Istana ini sejak September 2017 silam.

Tak cuma mereka berdua saja yang datang. Cai Tao dan Hu Chun turut mengajak teman-teman mereka untuk ikut serta kemari. Salah satunya adalah spesies Red Panda yang tak kalah imutnya dengan giant panda ini. Meskipun bertubuh lebih kecil, tapi warna dan ekspresinya yang imut membuat siapa saja akan gemas dibuatnya.

Kita bisa saja ikut memberi makan si Red Panda ini. Tapi melihat banderol tiket feeding yang mencapai 50 ribu, saya pun segera ambil langkah seribu. Haduuuh, duit segitu mending buat beli makan, gaes :(

Pandanya lagi ngumpet
Ngasih makannya 50 ribu sekali ngasih. Mending aing beli roti πŸ™

Setelah puas mengelilingi seisi Istana Panda ini, kami pun segera kembali ke perhentian shuttle bus lagi; kali ini arahnya menurun. Setibanya di lokasi awal, kami langsung berlari demi mengejar atraksi Lumba-lumba yang tampaknya akan dimulai dalam beberapa menit lagi. Untunglah lokasi pertunjukannya tak begitu jauh, masih terjangkau oleh fisik saya yang bongsor ini πŸ™

Berturut-turut kami pun menikmati pertunjukan demi pertunjukan yang berlangsung berurutan. Setelah menonton pentas lumba-lumba, kami naik sedikit ke atas untuk menonton drame teatrikal Cowboy Show yang dimulai beberapa menit berselang. Kemudian, kami lanjut turun lagi untuk mengejar pertunjukan Sea Lion Show alias singa laut.

Dalam perjalanan ke bawah, kami menyempatkan sejenak untuk mampir ke beberapa spot hewan-hewan seperti primata, reptil dan komodo. Cukup menyenangkan kali ini, karena arah jalanan yang berubah jadi menurun membuat kami tak perlu mengeluarkan banyak tenaga lagi untuk sekedar menggeser kaki.

 

Seru banget nonton pertujukan lumba-lumba
Pake baju JJM biar ketularan jebraw. Eh, malah ketularan gembrotnya doang πŸ™

 

Setiap pertunjukan disini menghabiskan waktu paling tidak setengah jam. Saran saya, manfaatkan waktu disini untuk meng-eksplorasi wahana yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Jangan lupa gunakan denah lokasi untuk memudahkan kita dalam merencanakan tujuan kita selanjutnya.

Sebenarnya kami berdua betah dan ingin berlama-lama di area taman safari ini. Namun eksistensi kami tak mampu lagi bertahan lebih lama. Sadar bahwa harus mengendarai motor kembali lagi ke Bekasi, saya pun segera mengajak Thina untuk berjalan ke drop zone, lalu kembali lagi ke parkiran motor.

Thina mengangguk, namun Ia memberi meminta saya untuk menemaninya ke satu destinasi terakhir, yakni rumah hantu. Permintaan itu pun saya setujui, dan kami berdua segera masuk ke dalam Rumah Hantu itu. Sebenarnya tak begitu seram, namun karena cuaca kala itu yang turun gerimis, dan hanya ada kami berdua yang masuk ke wahana itu; suasana menjadi mencekam.

Untunglah, wahana rumah hantu itu hanya menghabiskan waktu sekitar dua menit saja. Segera saya menarik Thina dan menghambur kembali ke parkiran motor.

Dan pada akhirnya, di hari itu.. saya pun baru tiba di rumah pukul sebelas malam….

 

Bekasi, 24 Mei 2019
Ditulis sembari menyelesaikan setrikaan yang tertunda

 

 

Tips menuju taman safari via motor :
– Siapkan sayuran seperti wortel dkk untuk memberi mahan satwa
– Ambil posisi paling depan, karena view nya paling mearik
– Siapkan perbekalan yang banyak, karena makanan disitu mahal-mahal πŸ™
– Bawa peralatan dokumentasi selengkap mungkin
– Atur manajemen waktu agar bisa eksplorasi sepuasnya.

 

Taman Safari Indonesia
Jalan Kapten Harun Kabir No. 724, Cibeureum, Cisarua, Cibeureum, Kec. Cisarua, Bogor, Jawa Barat 16750
www.tamansafari.com

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

More Reading

Post navigation

60 Comments

    • Insya Allah enggaaak ehehehe. Namanya masuk bengkel mah wajar, kan motornya sudah tak muda lagi 😐

  • Ke dalam itu bisa bebas bawa bekal makan minum ya Kak? Usia anak 6 tahun bayar sama dewasa kah?
    Oya tiket per org berapa?

    Maaf tanyanya borongan hehehe

    • Bebas banget kak, malah aku nyesel ga bawa perbekalan.. Makanan disana mahal-mahal

      Tiket nya 230rb per orang kak. Diatas 6 tahun kena tarif normal

  • Wuiiih……sensasi yang menyenangkan ya
    .?

    Ada juga tuh swepeng zebra di tengah hutan , saya kira adanya cuman di jalan raya….

    Menarik sekali…

  • Mas Fajaaaaaar …
    Kukirain tadinya betulan loooh ..
    Sekarang naik sepeda motor dibolehkan ngitarin zona hewan buasnya …, hahhahaha ..

    Sumpah, aku auto kebayang dikejar kuda nil atau juga singa janta disana , wwwkkk

    File foto2 ku ditaman safari ini nih di memory card ikutan ngilang entah kemana πŸ™
    Sekarang mau kesana dari domisilku tinggal sekarang ini udah jauh.

    • Hehehe, bisa langsung almarhum pak kalo beneran naik motor lewat safari hahahaha..
      Ayo mas Himawan, kapan-kapan ke taman Safari lagi, ada banyak sekali perkembangan dan manajemennya bagus sekali πŸ™‚

  • Saya beberapa kali ke Taman Safari (dulu banget ya), malah nggak pernah menonton pertunjukkan apapun. Biasanya saya cuma naik bus (atau kendaraan kalau ada yang ditebengi) sambil melihat hewan-hewan, lalu setelah drop zone langsung ke panda dan lalu beruang kutub. Baru melihat-lihat yang lain. Tapi kalau pertunjukkan semacam sirkus, malah biasanya nggak cocok jadwalnya.

    • Hehehe, next time coba diatur ulang untuk jadwal kunjungannya kak Dyah. Karena pertunjukannya seru sekali, sayang untuk dilewatkan πŸ™‚

  • Kalau saja singanya pada ompong…, aku mau tuh masuk ke zonanya naik motor .., hehehe ..

    Dari dulu pengiiin banget aku foto bareng singa .., kan kesannya eksotik , tapi sayangnya kok …, ruaaaar biasaa ganasnya, wwkk ..
    Ngeper duluan πŸ˜€

    Baiqlah, semoga kelak kesampaian ke taman safari lagi πŸ™‚

    • Hahahaha, boro-boro ompong mas himawan, yang ada malah giginya tajem-tajem kayak abis diampelas.

      Aku pun ga pernah berani untuk foto bareng singa, even cuma anakannya doang. Duh, malu-maluin ga ya πŸ™

  • memang seronok pergi Zoo atau taman safari begini..

    dapat tengok haiwan dari jarak dekat..

    lebih seronok kalau dapat memang haiwan tersebut terutama gajah atau harimau ka hahaha ( gurau)

    • Haiwannya seru-seru sekali untuk dilihat mas hanafi. Ayo kapan-kapan berkunjung ke Indonesia ya πŸ™‚

  • Sekarang taman safari juga udah ramah sama pemotor, walaupun ya tetep harus naik bis pas muterinnya hehehe
    Tp mantep lahh kalau fasilitasnya udah oke begini.
    Btw itu ngasih makan panda sekali doang 50 rebu, ane makan nasi padang sampe kenyang jauh lebih murah :’)

    • Iya, tapi untungnya gratis naik bisnya. Kalo bayar lagi mah, haduh.. kayaknya berat banget dah wkwkwk

      Parah banget emang, padahal cuma sayuran begitu doang. Tp wajar sih, kan yg mahal buat gaji keepernya sekalian πŸ˜€

  • Kak, setrikaannya udah kelar belum? Hehe…

    Btw, aku baru tahu juga ke taman safari sekarang ada bis atau aku emang yang nggak tahu apa-apa ya, soalnya kebiasaan sama family pasti naik mobil.
    Tapi, syukurlah ada bis gratis, jadi wisatawan yang pengen ke taman safari nggak perlu was-was nggak akan bisa masuk kalau bawa sepeda motor karena sudah ada bis.
    Keren nih!
    Aku suka perjalanannya dan ulasannya.
    Happy Holiday Kak…

    • Beres dong, wkwkwk

      Makasih atas kunjungan dan apresiasinya ya kakaak, semoga kapan2 blogger seindonesia bisa jalan2 bareng ehehe

    • Motornya khusus kalo gitu, yang sekelilingnya ada kaca tebal. Kayak di film jurassic park ya hahaha

  • katanya ke taman safari bagusnya malam hari ya, di mana kandang justru ada yang dibuka & saat itu hewan-hewan beraktivitas berlalu lalang, tentunya dalam keadaan seperti itu, pengunjung tetap harus di dalam mobil saat berkeliling. Mantap infonya

    • Iyaaaa katanya sih enakan yang safari malam ituu, soalnya kan banyak makhluk nocturnal jugaa.
      Sekarang ada layanan ngasih makan singa langsung di kandang, cuma ya mahalll banget tarifnya πŸ™

  • katanya ke taman safari bagusnya malam hari ya, di mana kandang justru ada yang dibuka & saat itu hewan-hewan beraktivitas berlalu lalang, tentunya dalam keadaan seperti itu, pengunjung tetap harus di dalam mobil saat berkeliling. Tentunya adrenalin lebih terpacu hehe..

    • Iyaaaa katanya sih enakan yang safari malam ituu, soalnya kan banyak makhluk nocturnal jugaa.
      Sekarang ada layanan ngasih makan singa langsung di kandang, cuma ya mahalll banget tarifnya πŸ™

  • Aku aja tau lho di Taman Safari ada shuttle bus buat yang nggak bawa mobil, hehe. Selamat sudah bisa bikin Thina seneng, mas. Semoga proses ke jenjang selanjutnya semakin lancar :))
    Salut ke Taman Safari aja bisa nulis sepanjang ini!

    • Alhamdulillaaah makasih yaa doanya ehehehe. Semoga dilancarkan yaaaa.
      Wahwah apalah aku dibandingkan dengan om Travelearn yang nulisnya sampe bilingual πŸ˜€

    • Hahaha bisa aja mas Andrie. Disana primatanya tidak terlalu banyak mas, lebih banyak koleksi hewan2 lain seperti rusa, kuda, dan lain-lain,

  • “Spesies Kudanil Kerdil. Tapi biar begini beratnya ratusan kilo cuy!”
    Intinya dia kerdil tapi gede? Gede tapi kerdil? Intinya dia kerdil ape gede siiii kowowokwokwokowkow :v

    • Intinya saya heran kenapa orang-orang menyebutnya kerdil, padahal kalo ditiban doi mah bisa remuk juga ni satu keluarga, wokwokwowkkwokwo :v

    • Ayooo mampir lagi kak, sekarang fasilitasnya keren2.. ehehe. Meskipun lumayan mahal pulak bayarnya

  • Menuju area atau zone pada itu seru banget ya. Awalnya saya kita itu kereta sungguhan ternyata kereta odong-odong semacam itulah. Terus naik bus nya gratis pula, asek banget ya. Nah soak kasih makan panda ini yang bikin kabur, mendingan duitnya buat saya saja ya.

  • arhhhhhh rindunya nak datang ke sini lagiiiiiiii…. 1st time ke sini tahun 2013…. kami enjoy berada di sini dari pagi hingga petang… bila agaknya dapat repeat ke sini lagi…

    • Ayo kesini lagi kakkk.. Paling mantap memang datang sedari pagi, karena disini wahananya tak ada habisnya, seru sekali.

  • Terakhir ke TSI tahun 2005, kira-kira hewannya masih pada idup gak yang dulu itu? Ada show gajah, namanya Windi.

    Kirain memang beneran naik motor masuk ngelewatin kandang hewan, ternyata ada bus gratis ya.

    Sang supir mendekatkan microphone ke mulutnya, dan…. Ia pun mulai berkaraoke, hahahaha, gak jadi guide.

    Tiketnya mahal bingo ya, 230rb per orang..

    • Masih idup sepertinyaa, kan kalau gajah umurnya panjang, hehehe.
      Untuk harga memang standar mas, kalau di jawa barat mah wisatanya mwahal mwahal hehehe

  • Mau nanya, itu setelah kita turun dr drop zone terus masuk ke istana panda atau tempat yg lainnya bayar lagi atau tidak ya?

      • Hi Kak Fajar.. terkait pertanyaan Kak Raynaldi, lalu yang kakak cerita diatas untuk hemat waktu kakak bayar 25rb naik kereta menuju istana itu gimana? thanks in advance kak

  • 2 km dengan jalan berliku dan nanjak untuk menuju istana panda?
    Jalan lempeng aja kaki bisa gempor, apalagi meliuk-liuk..

    Googling perjalanan naik motor ke Taman Safari nemu blog ini. Sepertinya perlu dicoba perjalanan naik motor ke Taman Safari.

    Terimakasih sharing pengalamannya mas fajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *