Pagi hari ini terasa sangat indah bagi saya yang masih semi-semi ileran ini. Meski langit sedang redup dengan awan yang menggumul, tapi cahaya matahari pagi yang syahdu itu seperti baru saja pindah ke dalam layar smartphone saya tatkala sebuah telepon dari seorang pelanggan baru terdengar dengan kencang.

“Misi mas, daging sapinya ada? Apakah bisa dikirim hari ini atau tidak ya?,” suara customer itu terdengar agak nge-bass seperti bapak-bapak umur 40-an.

Saya tentu langsung menjawab dengan antusias, “Bisa Pak, kebutuhannya berapa kilogram ya?”

“Saya butuh 100 kilogram mas, untuk disalurkan ke panti asuhan”, wow, asyique sekali pagi-pagi begini sudah dapat ikan kakap nih.

Dari awalan yang indah seperti itu, nampaknya obrolan akan berlanjut mulus dengan kofirmasi detail pesanan hingga penjadwalan pengiriman. Namun, ada beberapa hal yang agaknya membuat saya merasa ada aneh dengan telepon ‘indah’ pagi itu. Pertama, gaya bicara si bapak ini terdengar kaku dan diksinya sedikit aneh dan tak nyaman di telinga. Kedua, dia nampak buru-buru dan minta barangnya dikirim segera setelah ditransfer. Dan yang ketiga, dia sama sekali tidak melakukan negosiasi harga.

Buat saya yang biasa nerima order dari emak-emak yang bawelnya ga ketulungan, tentu ini terasa sangat aneh. Meski terasa membahagiakan, tapi segala sesuatu yang terlalu mudah terkadang jatuhnya malah jadi mencurigakan. Saya sendiri sudah sering mendapat pesanan berjumlah besar, tapi rata-rata hampir semuanya selalu minta negosiasi harga. Atau kalaupun tidak nego, minimal dia akan meminta info produk yang selengkap-lengkapnya agar tidak terjadi miss dari segi barang maupun pengiriman.

Tapi si bapak-bapak bersuara nge-bass ini tidak. Dia benar-benar memesan daging 100kg itu dengan penuh penekanan tanpa meminta deskripsi apapun dan tidak bernegosiasi apapun. Udah macem orang mau beli permen di warung, santuy sekali.

Kecurigaan saya pun akhirnya terbukti. Setelah deal dan meminta pembayaran di-muka, ia segera membalas chat saya dengan sebuah screenshot berisi bukti transfer. Tak mau kecolongan, saya segera meminta kakak saya untuk mengecek mutasi masuk. Dan hasilnya, tentu saja….. BELUM MASUK!

Buru-buru saya membuka aplikasi pelacak nomor dan jossss, benar saja nomor si bapak ini memang terdaftar sebagai penipu. Apa yang terjadi setelah itu? Tentu saja ia menghilang. Sejak dari itu semua chat dan umpatan yang saya sampaikan hanya dibaca olehnya, lalu tak berapa lama nomor saya pun diblokir.

Dugaan saya, ia memang mengincar orang-orang lengah yang malas mengecek mutasi. Lalu saat barang dikirimkan, ia akan menunggu di satu kendaraan lalu buru-buru pergi membawanya dan menghilang. Atau, bisa juga dia sudah siap dengan timnya untuk menghipnotis kurir yang mengantar kemudian kabur membawa barang. Iya, apapun bisa terjadi kalau kita sudah lengah. Dan untungnya, kali ini saya sama sekali tidak lengah.

 

 


 

 

Kasus diatas hanyalah satu dari sekian contoh modus penipuan dengan media digital yang sampai sekarang masih mengintai kita. Sampai sekarang, modus penipuan terus bertambah dan berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Tekniknya tak lagi hanya fokus ke menekan korban agar segera mentransfer sejumlah uang, tapi berkembang ke upaya pengambil-alihan akun baik akun marketplace hingga akun social media.

Untungnya, jam terbang saya di perdagangan digital sudah lumayan lama. Jadi saya sudah familiar dengan ragam jenis penipu. Terkadang saya bisa langsung menebaknya dari suara dan gaya bicaranya, lalu kemudian gantian balik mengusilinya, hehehe.

“Bapak kemana aja siiiih, saya ini udah kangen lhooo sama penipuan macem begini”, adalah salah satu dialog saya dengan penipu yang sukses membuat satu kantor tertawa terbahak-bahak.

Nah, mumpung lagi seru nih bahas masalah penipuan digital. Langsung aja lanjut ya saya share beberapa modus penipuan yang pernah saya hadapi. Saya coba urutkan dari yang paling noob sampe yang paling ngeri. Semoga bisa jadi bahan referensi temen-temen biar lebih hati-hati di dunia digital ya. Lets go!

 

 

1. Modus SMS Spam

90% warga +62 isi SMS nya penuh ama spam ginian

Ini sih modus yang paling noob kalo menurut saya. Modusnya adalah mengirimkan SMS ke ratusan atau ribuan nomor secara acak berisi ucapan selamat bahwa si calon korban ini baru saja mendapatkan hadiah berupa uang tunai dari perusahaan tertentu seperti M-Kios, Bank, atau Marketplace tertentu. Kalau korban sampai tergiur, dia akan diminta untuk mengirimkan uang senilai tertentu untuk dapat mencairkan hadiah tersebut.

Terkadang konteksnya bisa berubah, seperti tawaran untuk pinjaman uang, modal usaha, atau bahkan pesugihan online (Sumpah, ini dukun keren amat yak. Masa nyugihnya pake chat hahaha). Meski begitu tujuan akhirnya biasanya sama, kalian akan diminta untuk transfer uang dalam jumlah tertentu untuk bisa mendapatkan uang pinjaman tersebut.

Kalau kalian dapet modus sms seperti ini, sempatkanlah sejenak untuk membuka link website yang disertakan. Biasanya saya suka iseng buka karena bisa jadi hiburan di kala senggang, alias NGAKAK AMAT WOY. Sejak kapan perusahaan-perusahaan kayak gitu bikin website pengumuman pengundian pake BLOGSPOT hah? Mana kadang suka pake pernak-pernik gambar animasi gif yang jamet abis pulak. Bukannya tertarik, saya malah ngekleuk ketawa ngeliatnya 😀

Kalo desainer website perusahaan BUMN macem gini, udah saya kemplang pala nya!

 

2. Modus Telepon Pura-Pura Jadi Temen

“Oooh, jadi antum teman ana. Coba ana tes bacain surat Al-Baqarah sekarang”

Modus ini sebetulnya masih gampang ditangkis, tapi kalo kita lengah, kita bisa jadi korban empuk lho. Jadi si penipu ini akan menelpon kita lalu membuka obrolan dengan menanyakan kabar. Dan saat kita bertanya balik siapakah gerangan yang menelpon, ia akan mengeluarkan jurus prakata, “Ah, masa lu ngga inget sih? Nomor gue ga disimpen ya?”

Kalo kalian lengah dan menyebutkan nama seseorang yang kalian ingat, tentu saja sang penipu ini akan segera meng-iyakan… Pura-pura kenal hingga lanjut ke jurus terakhir, yaitu minjem duit. Dan kalau sampai kalian kena modus ini, selamat! Karena ketika kalian menghubungi nomor teman kalian yang asli, ia akan bingung. Anda ngga kalah bingung. Tetangga bingung. Satpam depan pos ronda bingung. Tukang telor gulung pun ikutan bingung. Eh, ini kenapa satpam ama kang telor gulung ikutan sih?

Kalo saya sih udah fasih banget ngadepin penipu macem begini. Kalo dikasih jurus, “Masa lupa sih?” saya akan counter dengan prakata, “Ooooh, ini SiMon ya?”. Dan setelah ngobrol panjang lebar sama penipu, saya akan kasih kata-kata skakmat, “Eh bentar, ini tuh bener SiMon kan ya? Yang nama lengkapnya Si M*nyet?”.

Biasanya disitu telepon pun langsung terhenti.

Tuuut.. tuuut…tuuuutt… Rasain, hehehe 😈

 

 

3. Modus Minta Kode OTP

Modus ini sempat jadi modus yang cukup menyeramkan di sekitar tahun 2019 – 2020 kemarin. Jadi si penipu akan mengirimkan sms berisi kode OTP atau One Time Password, yang tentu saja tujuannya adalah untuk menguasai akun-akun digital kita.

Awalnya modus ini menyasar akun marketplace, seperti marketplace hijau, merah atau oranye. Namun seiring dengan waktu modus ini sudah tidak efektif lagi, karena para tim IT melihat celah ini dan segera menambahkan peringatan di SMS berisi  kode OTP, bahwa kode OTP ini tidak boleh diberikan kepada siapapun termasuk kepada pihak dari perusahaan tersebut.

Para penipu ini akhirnya mulai mencari celah lain, salah satunya adalah Whatsapp. Kenapa? Karena Whatsapp adalah salah satu media pengganti untuk pengiriman kode OTP selain SMS. Jadi kalo akun Whatsapp kamu diambil alih, itu artinya akun marketplace kamu pun bisa ikut-ikutan diambil alih. Ngeri kan!

 

4. Modus Transaksi Diluar Marketplace

Modus ini biasanya dilakukan dengan cara meng-upload produk berharga tinggi dengan harga super miring di marketplace. Ketika ada calon korban yang tertarik, penipu akan mengirimkan pesan ke calon korban bahwa untuk bisa melanjutkan pesanan harus transfer DP senilai tertentu. Atau bisa juga dia beralasan ada kendala sehingga hanya bisa transaksi diluar marketplace.

Dan tentunya, setelah transaksi dialihkan keluar marketplace, segalanya jadi mudah bagi sang penipu untuk menekan pembeli agar segera melakukan transfer lalu menghilang. Tanpa ada proteksi apapun dari marketplace yang bersangkutan.

 

5. Modus Transfer Fiktif

Ini sih contohnya sudah saya bahas di paragraf pembuka tulisan ini ya. Jadi penipu mengincar kelengahan orang-orang yang malas cek mutasi hingga akhirnya memberikan ‘giveaway’ kepada penipu tersebut.

Meski begitu, ga semua penipu ini hanya memalsukan transfer saja. Adakalanya juga berani untuk meminta pembayaran di tempat alias COD. Kantor saya pernah kena modus ini sekitar dua tahun yang lalu, dimana seorang kurir tiba-tiba kebingungan disalah satu sudut gang lalu menyadari bahwa dia baru saja jadi korban hipnotisme.

50 kilogram daging senilai delapan juta raib dibawa penipu ini. Wew, serem kan.

 

Selain dari lima modus diatas ini, sebetulnya masih ada banyaaak banget modus-modus lain yang bisa digunakan penipu untuk menggaet para korbannya. Dan tentu saja modusnya pun terus berkembang dari waktu ke waktu, karena sistem sehebat apapun pasti selalu ada celah untuk melakukan ragam kejahatan.

Supaya kalian bisa lebih tenang, di penghujung tulisan ini saya lampirkan sejumlah tips biar ga kena tepu-tepu ya. Harap dibaca dengan seksama dalam tempo yang sedang-sedang saja.

  1.  Utamakan untuk selalu bertransaksi di marketplace. Karena di marketplace pihak ketiga yang mengamankan uang kita, dan tidak akan bisa dicairkan kalau ada kendala di salah satu pihak, baik itu penjual maupun pembeli.
  2. Jangan panik dan heboh kalau dapat telepon dari orang tidak dikenal. Apalagi kalau gaya bicaranya kaku dan mencurigakan.
  3. Selalu biasakan mengecek mutasi. Jangan sampai larut dalam euforia ketika dapat pesanan dalam jumlah besar, sampai lupa untuk ngecek transferannya udah masuk apa belum.
  4. Jangan tergiur oleh diskon yang ngadi-ngadi  dan gak masuk akal. Karena jangankan yang jualan olshop biasa, olshop yang keliatannya meyakinkan dan berani iklan dan endorse jor-joran pun bisa aja aslinya penipu. Ga percaya? Coba belajar lagi dari kasus First Travel, Akumobil dan GrabToko yang merenggut banyak korban.
  5. Gunakan aplikasi penangkal penipuan, semisal TrueCaller atau GetContact. Aplikasi gratisan ini lumayan efektif karena bisa memberikan warning penipuan dari sejak pertama kali telepon masuk.

 

Sebagai akhir dari tulisan yang kelewat panjang ini, saya akan menyampaikan satu kalimat yang paling saya suka dalam menghadapi ragam penipuan online.

If something is too good to be true. well, probably it is.

Bekasi, 20 September 2021
Ditulis sambil nahan laper karena mau makan tapi males keluar duit.