Nostalgia & Panen Jambu di Taman Buah Mekarsari

Nostalgia & Panen Jambu di Taman Buah Mekarsari

Arloji saya menunjukkan pukul 13.00 ketika motor yang kami tumpangi bergerak melesat menembus jalan raya Narogong. Matahari sedang dalam posisi sempurna, memancarkan paparan radiasinya dengan sepenuh tenaga. Membuat kami bertiga semakin berpacu.. melawan waktu, terik dan dahaga.

Tak semestinya kami berangkat sesiang ini, andai saya bisa bangun lebih pagi dan melawan rasa malas dengan lebih gigih lagi. Tapi apa daya, event wedding pada malam hari sebelumnya membuat tenaga saya terserap sepenuhnya. Menyebabkan waktu tidur saya jadi offside, melebihi batas kebiasaan. Dan akhirnya, meski harus melalui beberapa drama singkat, akhirnya kami berangkat jua dari Jatikramat menuju ke Mekarsari.

Perjalanan ke Mekarsari jika menggunakan sepeda motor sebenarnya tak terlalu sulit, karena hanya perlu menuju ke arah Jalan Cipendawa saja. Setelah sampai di ujung jalan, lanjut belok kanan di kolong fly over dan menyusuri Jalan Raya Narogong sepanjang 15 kilometer.

Meski terdengar sederhana, saya tetap memacu kendaraan dengan penuh kehati-hatian. Sebab selain dari banyaknya kendaraan truk berukuran raksasa yang melintas, jalan ini memang terkenal dengan sebutan ‘Jalur tengkorak’. Serem, banyak kecelakaan yang memakan korban jiwa di sepanjang jalan ini.

Setelah berkendara kurang lebih 30 menit lamanya, raga kami tiba di area Metland Cileungsi. Sejenak kami sempat beristirahat untuk menghilangkan rasa pegal, mengisi perut dan menuntaskan dahaga di salah satu restoran ramen tak jauh dari Metropolitan Mall Cileungsi.

Frugal Tips 1 : Makanan di tempat wisata itu mahal, jadi biasakan kenyangin perut sebelum sampai lokasi. Biar nantinya ga banyak jajan.

Tepat pukul 14.00, akhirnya perjalanan kami berakhir antiklimaks tatkala sebuah papan besar bertuliskan Mekarsari dengan aksen warna warni menyambut kami di sisi jalan sebelahkanan. Melihat itu, saya langsung banting setang, membawa motor vario ini berbelok menuju ke area dalam Mekarsari.

Dari jauh, aroma-aroma nostalgia sudah tercium oleh segenap jiwa raga kami.

Mekarsari dan Kejayaan Masa Lalu

Sejatinya, taman buah ini adalah salah satu mahakarya dari keluarga Cendana. Digagas oleh Ibu Tien Soeharto, Taman Buah Mekarsari mulai dibangun pada tahun 1990 dan selesai pada Tahun 1995. Sejak saat itu, Mekarsari menjadi salah satu wisata agriwisata raksasa dan cukup populer pada zamannya.

Di masa kejayaannya, Mekarsari jadi salah satu ikon di kaca belakang mobil keluarga; biasanya beriringan sama Taman Safari Bogor. Pokoknya ya, zaman dulu tuh kalo kaca belakang mobil belom ada 2 sticker itu… macem belom sah lah kita punya mobil, hahaha

Wajar sih kalau Mekarsari jadi destinasi favorit keluarga pada masanya. Selain berdiri di area yang sangat luas (264 hektar), Mekarsari juga dilengkapi berbagai fasilitas menarik dan lengkap seperti :

  • Family Garden
  • Rekreasi Danau
  • Rusa Tutul
  • Garden Center
  • Area Outbound
  • Dan masih banyak lagi…

Salah satu yang paling ikonik dari Mekarsari adalah Bangunan air terjun, yang sebenarnya adalah area kantor pemasaran dari Mekarsari sendiri. Bangunan ini didesain dengan sempurna sehingga mengalirkan air terjun yang menyejukkan mata di area belakangnya. Jadi salah satu bahan update status Facebook paling menarik di masanya.

Sayangnya, ketika pandemi melanda Indonesia pada tahun 2020, Taman Buah Mekarsari seakan mendapatkan pukulan telak nan mendalam. Lockdown dan pembatasan sosial kala itu membuat jumlah pengunjung jadi turun signifikan. Mengakibatkan beban operasional menggunung dan berujung pada banyaknya tenaga kerja yang dirumahkan.

Efeknya terasa hingga saat ini. Meskipun pembatasan sosial telah berakhir dan ekonomi perlahan mulai pulih, namun Mekarsari tak pernah sama seperti dulu lagi.

Saat ini, Mekarsari memang tetap beroperasi… namun hanya di akhir pekan dan libur nasional saja. Tak beroperasi setiap hari selayaknya wisata pada umumnya.

Adapun untuk informasi jadwal operasional senantiasa diperbarui dan diumumkan melalui website resmi, instagram serta papan penunjuk yang terpampang sebelum gerbang masuk.

Tarif Tiket dan Biaya Masuk

Sistem parkir di Mekarsari menganut sistem fixed price, dimana kita membayar biaya parkir sepenuhnya saat akan masuk, dan terbebas dari biaya apapun ketika sudah tiba di dalam. Rincian biaya parkirnya adalah sebagai berikut :

  • Motor : Rp. 10.000,-
  • Mobil : Rp. 20.000,-
  • Bus : Rp. 40.000,-
  • Ojol & Taksi : Rp. 4.000,- (drop off)

Segini murah apa mahal? Jujur, kalo menurut saya sih tarif segitu cukup terjangkau ya. Mengingat area Mekarsari yang cukup luas, tentu kita pun akan membutuhkan waktu yang cukup lama jika ingin mengeksplorasi keseluruhannya. Untuk kondisi tersebut, tarif fixed price seperti ini menurut saya cukup fair dan nilainya juga ga kemahalan sih. Motor ceban okey lah…

Setelah membayar parkir, kami lanjut masuk ke area dalam. Dan hanya beberapa puluh meter sejak motor kami bergerak maju, mendadak Thina langsung terpana.. bukan karena kagum. Tapi lebih ke kaget saja, sebab banyak area yang dulunya primadona kini justru terbengkalai dan tak terawat.

“Ih, ini tuh tadinya ada air mancur tau…. sekarang udah ga ada ya.”

“Tadinya tuh orang-orang kalo mau masuk, antri lewat jalur ini… sekarang udah terbengkalai ya”

“Ya ampun, ini tiang tuh tadinya buat bendera beberapa negara gitu ya. Sekarang sisa tiangnya doang, benderanya udah nihil”

Mendengarnya saya cuma bisa mesem-mesem kecut saja. Agak sayang juga sih, area sebagus dan seluas ini bisa jadi abandoned seperti ini. Vibes-nya jadi kayak lagi main game Gardenscapes, tapi di lahan keluarga cendana. hahaha

Usai memarkirkan sepeda motor, kami lanjut berjalan kaki untuk menuju loket pembelian tiket. Oya, sebenarnya kalau mau beli tiket online bisa juga sih via OTA (Traveloka only), namun anehnya tiket yang tersedia di aplikasi tersebut hanya ada paket paling basic aja, tanpa paket ikut tur memetik taman buah.

Dan karena tujuan utama kami kesini adalah ingin mengajak Putri memetik buah langsung dari pohonnya, maka kami pun urung memesan tiket secara online. Langsung sajalah, beli dari loket pembelian. Toh harganya sama juga.

Untuk paket wisata disini terbagi menjadi 4 pilihan, yaitu…

Paket Reguler B

Rp. 50K
  • Wahana Kereta Keliling
  • Air Terjun Mekarsari
  • Wahana 3D Trick Art

    Petik buah sesuai musim

  • Wahana Kebun Buah

    Petik buah sesuai musim

  • Wahana D’Farm
  • 1 Tiket Wahana Pilihan

    – Perahu Naga – Istana Balon – Terapi Ikan (pilih salah satu_

Paket Reguler C

Rp. 60K
  • Wahana Kereta Keliling
  • Air Terjun Mekarsari
  • Wahana 3D Trick Art

    Petik buah sesuai musim

  • Wahana Kebun Buah

    Petik buah sesuai musim

  • Wahana D’Farm
  • 1 Tiket Wahana Pilihan

    – Motor ATV – Panahan – Kidsbound (pilih salah satu_


Drive Thru

Rp. 75K
  • Wahana Kereta Keliling
  • Air Terjun Mekarsari
  • Wahana 3D Trick Art

    Petik buah sesuai musim

  • Tur Hutan Salak
  • Wahana D’Farm
  • Wahana Pilihan 1

    – Perahu Naga – Sepeda Air

  • Wahana Pilihan 2

    – Istana Balon – Trampolin

Diliat dari tabel di atas, baru deh keliatan banget beda jomplangnya ya. Tiket yang 35 ribu tuh beneran cuma dapet akses ke danaunya aja. Ga dapet berbagai wahana lain seperti 3D trick art, wahana pilihan, bahkan sekedar metik buah sekalipun.

Karena kami sedang kepengen banget nostalgia naik ATV, maka kami pun memesan paket reguler C senilai Rp. 60.000,- . Pembayaran tak mesti uang cash, karena di loket pun tersedia barcode QRIS yang bisa digunakan. Mayan lah, jadinya ga ribet.

Saat berjalan menuju ke gate masuk, kami baru menyadari kenyataan sedih lainnya. Jadi ternyata, diantara sekian banyak loket yang tersedia disini, hanya satu yang benar-benar beroperasi. Pagar pembatas berbentuk zigzag pun sejatinya masih ada, namun sudah tak difungsikan kembali.

Yha, mungkin ini adalah satu dari sekian banyak saksi bisu kejayaan Taman Buah Mekarsari…

Eh iya, setelah tiba persis di depan gate, seorang petugas keamanan segera menghampiri kami. Beliau memeriksa tiket, seraya membubuhkan stempel di pergelangan tangan kami. Mungkin sebagai tanda, kalau sekiranya ingin keluar masuk di hari yang sama.

Nganu, agak klasik ya sistemnya. Saya jadi inget Dufan beberapa tahun yang lalu. Persis, sistemnya stempel-stempelan kayak begini…

Serunya Memetik Jambu dari Kebun

Setelah melewati gate yang tak berfungsi itu, kami langsung disambut oleh ambience yang terasa campur aduk. Rasanya seperti masuk ke zona vintage, namun bukan karena dibuat-buat, melainkan karena emang aslinya semi-semi abandoned aja.

Kami lanjut menuju gedung informasi, dimana rencana awal sebenarnya adalah untuk melipir ke 3D Trick Arts terlebih dahulu. Namun belum ada sepuluh langkah sejak masuk ke dalam gedung, kami langsung dihadang oleh seorang bapak-bapak dengan rompi berwarna beige.

“Masnya ambil paket reguler C ya? Anu mas, mungkin baiknya bisa langsung ke kebun terlebih dahulu. Soalnya ini bisnya sudah nungguin mas. Kalau ke 3D Trick Arts masih bisa nanti…”, jelasnya dengan nada yang sopan.

Saya berbalik tanya, memastikan. “Emang kalau 3D Trick Arts bukanya sampai jam berapa mas?”

“Jam 5 mas, tenang aja masih keburu kok.”

Mendengar penjelasan tersebut, kami pun langsung haluan. Sepakat untuk mengikuti arahan dari bapak berseragam untuk kemudian naik bis yang akan mengantar kami menuju ke area dalam Mekarsari.

Saya memutuskan untuk duduk si spot favorit saya, kursi terdepan di samping supir, sambil menggendong si putri. Sementara Thina ambil posisi persis di belakang supir. Tak banyak penumpang lainnya kala itu. Hanya ada saya, thina dan satu rombongan lainnya yang berjumlah lima orang. Masih banyak kursi kosong, sehingga kabin terasa luas tanpa ada himpit-himpitan.

Tak berselang lama, sang supir pun memegang roda kemudi dan langsung tancap gas.. membawa kami semua masuk mengelilingi area dalam Mekarsari.

Kalau kalian liat sang supir pake headphone, itu bukan cuma gaya-gayaan semata ya. Ternyata memang sudah SOP-nya disini, dimana si supirnya tuh ga cuma nyetik tok. Melainkan wajib menjelaskan setiap area yang dilintasi berikut tanaman apa yang ada di dalamnya.

Penjelasan dari bapaknya tentang tiap area dan tanaman yang dilewati cukup oke. Penjelasannya ringan dan tak terburu-buru, dan beliau pun cukup sabar menjawab setiap pertanyaan dari para penumpang yang berjibaku dengan isi kepalanya masing-masing.

Perhentian pertama kami adalah area kebun Jambu Kristal.

Disini, tiket kami akan diperiksa satu per satu sebelum diperkenankan masuk ke kebun dan memetik jambu langsung dari pohonnya. Untuk memetiknya bebas ya, boleh pilih buah manapun yang kita mau. Tapi hanya diperkenankan 1 buah saja per tiketnya. Itulah mengapa sebelum masuk kita diperiksa dulu.

Thina dan Putri langsung excited begitu memasuki area kebun ini. Mereka langsung berhambur, berlarian melewati rindang pepohonan yang tersusun rapi dalam jarak yang beraturan. Namun tak sampai dua menit, geraknya terhenti dan ekspresi hebohnya berangsur menjadi ekspresi kebingungan.

“Ini metiknya yang mana ya? Aku bingung…”, tanya Thina.

Mendengar pertanyaan itu, saya jadi ikutan bingung. Asli deh, biarpun saya hidup besar dan tumbuh di Kampung, tapi kalo urusan milih buah yang bagus.. saya ga ada bakat sama sekali. Nol besar.

Kebetulan, si pak supir ternyata sedang berada di area kebun juga. Saya pun meminta wejangannya, untuk dicarikan buah mana yang sekiranya bagus dan layak dipetik. Beliau langsung merespon permintaan saya dengan ramah, lalu membawa kami mengitari beberapa pohon sebelum menunjuk ke satu buah yang dirasa sudah matang sempurna dan ukurannya cukup besar.

Thina pun langsung sumringah, memetik buah jambu kristal dan memamerkannya ke depan kamera. Setelahnya, satu kesempatan tersisa kami berikan kepada Putri.. yang ternyata kesusahan saat memetiknya. Ujung-ujungnya mah kita bantu petikin juga, hehehe

Ngomong-ngomong, ini si Pak supirnya tuh emang beneran se-humble itu lho. Asli pendapat pribadi ya, ngga dilebih-lebihin. Soalnya selain banyak membantu sesuai dengan SOP-nya, beliau juga cepat tanggap saat saya dan Thina minta bantuan.

Ketika saya mau ambil foto bus tampak depan, si Bapaknya langsung nyamperin kita dan menawarkan bantuan dengan ramah. “Sini mas, saya bantu fotoin aja biar ada foto bertiga.”

Duh, saya ditawarin begitu kan… jadinya enak, hahaha

Kami tak berlama-lama di kebun jambu kristal ini. Karena Pak supir berpacu dengan waktu untuk membawa kami ke destinasi utama, yakni Area Danau.

Tapi meski waktu semakin sore, Beliau tetap tak melupakan tugasnya yakni menjelaskan berbagai koleksi tanaman yang ada di sepanjang perjalanan. Mulai dari mangga, salak, hingga buah matoa dari ranah Papua yang terkenal.

Baca Juga :  Traveling Sekeluarga ke Geopark Ciletuh

Tapi yang paling bikin saya excited, itu ketika Beliau menjelaskan tentang buah Nangkadak. Jadiii, ini tuh semacam buah hibdrida gitu, hasil persilangan antara buah Nangka dan buah Cempedak. Hasilnya, adalah buah spesies baru yang mewarisi keunggulan dari kedua buah tersebut. Rasa buahnya persis mirip nangka, dengan tekstur yang lembut. Sementara kulitnya mudah dikupas, tipis dan tidak banyak getah selayaknya cempedak.

“Seluruh buah-buahan di Mekarsari ini senantiasa berbuah sesuai musimnya. Jadi kami tidak pernah memaksakan buah agar bisa berbuah diluar musimnya. Biarlah semuanya terjadi secara alami saja”, jelas Bapaknya dengan semangat.

Tak lama, ia pun menambahkan. “Kalau mau datang kemari, baiknya di akhir atau awal tahun ya. Di bulan Desemer atau Januari. Karena di Bulan tersebut, cukup banyak buah yang akan siap dipanen. Salah satunya ya buah Matoa dan Nangkadak”

Mendengar penjelasan terakhir, saya dan Thina pun saling bertatap wajah. Tanpa ada konfirmasi verbal apapun, saat itu jua kami sepakat untuk berkunjung kembali awal tahun depan nanti.

Menikmati Ketenangan di Tepi Danau

Puas mengitari kebun dan mendapatkan ilmu-ilmu baru, bus yang mengantar kami akhirnya tiba jua di destinasi akhir. Area Danau. Disini, segala riuh jalanan dan suasana gersang di sepanjang Narogong langsung sirna sepenuhnya. Tergantikan oleh suasana teduh nan rindang dari kumpulan pepohonan, yang berpadu dengan indahnya pemandangan Danau di senja hari ini.

Sekilas, suasana di area ini tampak lebih ramai ketimbang yang kami rasakan di area depan sebelumnya. Ada beberapa rombongan yang menggelar tikar dengan santai, sembari menyanyikan lagu karaoke dengan penuh semangat. Saking semangatnya sampe-sampe lagu ama ketukan nadanya kejar-kejaran, hahaha

Tapi ini emang vibes-nya piknik banget si. Asli deh, kalo mau ngadain kumpul-kumpul santai macem arisan keluarga mah pas banget dah pokoknya.

Tak ingin membuang banyak waktu, kami segera berjalan menuju ke tujuan kami yakni wahana motor ATV. Kebetulan posisinya ga begitu jauh dari danau tadi, cukup berjalan kaki saja selama beberapa meter.

Kedatangan kami langsung disambut oleh petugas, yang dengan sigap memeriksa tiket seraya mempersilahkan kami naik ke motor ATV. Adapun area ATV ini lumayan luas, dengan jalur tanah dan kontur yang random, membuatnya terlihat agak ekstrim. Tapi untungnya Putri diperkenankan ikut ya, tanpa dikenakan biaya tiket tambahan apapun.

Benar saja, meskipun cara berkendara tak begitu jauh berbeda dari motor pada umumnya, namun saya tetap merasa kesulitan. Apalagi pas ban belakang ATV-nya nyangkut ke akar… Beuh, itu saya langsung panik, takut nyublek. Mana bareng putri pulak.

Honest review, gak kecewa sih sama ATV-nya. Meski udah nampak berumur, tapi unitnya masih enak dipakai. Daaan… lumayan lama juga loh muterin areanya sebanyak 2 kali.

Merasa masih kurang, kami pun memutuskan untuk bayar biaya tambahan demi mencoba sepeda air. Nganu, agak sayang pemandangan sebagus ini masa cuma di pinggir doang yha.. Jadi langsung lah kita gaskeun.

Lagi-lagi, petugasnya membantu dengan sigap dan penuh keramahan. Kami dipandu memilih pelampung, lalu dibantu pulak agar bisa naik ke dalam sepeda air dengan selamat. Tak cuma itu, petugasnya pun dengan sukarela menawarkan untuk memfoto kami berdua. Asliiiii saya jadinya enak banget, hahaha

Untuk durasinya sih kurang lebih sekitar 30 menitan. Tapi lewat dari itu, abang petugasnya pun nggak rewel dan ngomel-ngomel meminta kita balik secepatnya. Santai saja.. soalnya memang angin kala itu sedang berderu kencang, sehingga menyulitkan kami untuk kembali ke dermaga.

Nganu.. pegel banget nge-gowesnya ternyata, hahahaha

Oyaaa, kalo kalian pengen beli buah-buahan yang ada di kebun, di deket danau ini ada semacem koperasi gituuu. Dan serunya, ga cuma buah-buahan doang yang bisa kita angkut.. tapi benih atau bibitnya sekalian. Manatau ya kan kalian kepikiran buat nanem di depan kos-kosan, tinggal beli aja benihnya dimari.

Thina yang bersemangat, memesan 1 kg sawo dan 1 kg buah alkesa. Oya, buat yang belum tau.. Alkesa itu bentuknya mirip kayak sawo, tapi kalo kita comot.. rasanya tuh manis macem ubi gitu. Unik bangeettt…. Dan untuk harganya juga ga mahal. 2 Kiloan tuh cuma abis 30 ribuan lah totalnya.

Berfoto Ala-Ala di 3D Trick Arts

Hari semakin sore, dan tenaga kami pun kian tergerus habis. Ketika sebuah bus rendeng datang menuju ke halte terdekat, kami pun langsung ambil berlari. Masuk ke dalam bus dan bersiap kembali ke titik awal kedatangan lagi.

Teringat akan tiket 3D Trick Arts yang belum sempat digunakan, maka setibanya kembali di gedung informasi, kami langsung naik ke lantai atas. Sebuah pintu bertuliskan 3D Trick Arts menyambut kami, senada dengan petugas perempuan yang menebar senyum atas kehadiran kami.

“Masih buka kan ya mbak?”, tanya saya mengkonfirmasi.

“Masih mas.. monggo langsung ke dalam saja”

Ternyata 3D Trick Arts ini nggak pake teknologi macam-macam. Hanya terbentuk dari beberapa sekat studio berisi background unik yang sangat keren jika difoto dengan sudut yang pas.

Kita bisa berkreasi dengan berbagai background unik yang tersedia disini. Seperti Thina yang berkelahi dengan tokoh di film Star Wars, menuangkan teko di cover kaleng Khong guan, hingga menyuntikkan cairan ke pantat bayi yang… asli deh absurd banget, hahaha

Gamau kalah, saya pun ikutan bikin pose…. ngehalau manusia laba-laba mesum yang minta dikecup bibirnya. Saya toyor palanya, hahaha

Sebenarnya kami masih ingin berfoto-foto seru di sekitar area 3D Trick Arts ini, tapi apa daya. Putri sepertinya sudah lelah, dan mulai menunjukkan peringai rewelna. Tiap kami pindah ke sudut baru, dia langsung teriak, “Ndamau.. Ndamau.. Ndamau…”

Yowis lah, sepertinya anaknya udah ngantuk.

Maka demikianlah perjalanan singkat kami menuju ke Mekarsari hari ini. Memang kurang maksimal, karena kami memang datang terlampau terlambat. Tapi tak apalah, Insya Allah awal tahun nanti kami akan kembali datang untuk mengejar panen buah lagi…..

Kalau kalian, kapan terakhir kali melipir ke Mekarsari? Adakah kenangan indah dengan tempat wisata ini? Kalau ada.. boleh ketik di kolom komentar yaa…

Motor di parkiran sisa kita sendirian doang wkwkwk

Bekasi, 16 September 2024
Ditulis kembali setelah laptop mendadak rusak tanpa sebab


Semangat penulis kadang naik turun, jadi boleh lah support biar update terus.

Silahkan klik link dibawah
Atau bisa juga dengan cara transfer ke :

BCA : 6871338300 | DANA : 081311510225 | ShopeePay : 082110325124

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit. Senang bercerita bercanda lewat kata-kata.

More Reading

Post navigation

25 Comments

  • Aku sempat liat video ntah di IG atau X aku lupa yang kasih lihat kalau Mekarsari ini banyak bangunan yang udah rusak dan terlantar. Dan setelah baca, rupanya imbas dari pandemi ya. Dan jujur aja saat lihat video itu kukira Mekarsari udah ditutup.

    Tapi seneng pas tahu masih dibuka. Walaupun kelihatan sepi, nggak kayak dulu yang sering aku lihat di TV (kalau libur lebaran tuh kan suka ada liputan tempat wisata ya, kayak Ancol, TMII, Taman Safari nah Mekarsari ini pun dulu aku pernah liat ada jurnalis yang meliput).

    Semoga ke depan bisa rame lagi. Sayang kalau sampai tutup mengingat udah dibangun sejak tahun 90 (kukira baru dibangun 2000-an). Apalagi harganya ya masih affordable mengingat banyak manfaat ketika berkunjung di sana. Terutama bagi anak-anak 🙂 eh btw, kenapa foto mukanya distikerin gitu?

    • Sebenarnya banyak banget yang rusak mah nggak mas, masih lumayan oke kok tempatnya. Cuma yaa, kadang influencer tuh ambil sisi negatifnya aja, padahal mah ini masih oke bangeeet buat main-main.

  • Baru pertama ke Mekarsari pas tahun 2019 an gitu sih mas. Sebenernya emang seru banget kesana, hanya saja memang harus punya kendaraan pribadi. Kebetulan, daku saat itu kesana nya dibonceng sahabat kami reunian di sana.

    Seneng banget bisa keliling ke kebun buah-buahan dan iya borong buah harganya lebih terjangkau sangat.

    Seru juga ya naik ATV, terus naik perahu keliling danau. Duhhh jadi kepingin kesana lagi, mungkin pas deket akhir tahun sih enaknya. Musim buah-buahan panen. Alhamdulillah ya staff di sana sangat ngebantu pengunjung, pada ramah dan peka. Seneng misal ketemu sama tempat rekreasi yang staff nya ngebantu dengan sepenuh hati (senyum tulus kan berasa).

    Keren lho pose mba Thina di area 3D Trick Art Setidaknya jadi punya gambaran situasi dan fasilitas di Mekarsari jaman now nih.

    • Itu yah mba yang bikin orang segen. Coba kalo ada kereta atau Transjakarta yang ngelewatin area ini, atau minimal mendekat lah. Aku percaya ini bakalan bisa rame sih

  • Gak pernah ke sini karena: JAUH. Hahahha. Tapi abis baca, agar ngenes juga ya sekarang jadi sepi, padahal sebenarnya taman ini alternatif yang ok buat bawa keluarga jalan-jalan. Mana pegawai2nya ramah2 banget, sabar pulak dan sigap menolong pengunjung. Mudah2ah, kalau lagi liburan jadi lebih ramai ya, amin. Supaya jadi ada limpahan rejeki bagi mereka yang bekerja di sana.

    • Nah itu sih masalahnya. Terus dari sisi angkutan kesana juga agaknya kurang terintegrasi
      itu yang bikin orang-orang jadi males kesini

      • Ealaaa, Mekarsari sepi toh sekarang. Baru tau. Terakhir kesana waktu anak² masih TK, kapan tu ya, long time ago deh pokoknya hehe. Belum ada 3D trics jg kyknya. Termasuk murmer sih tiketnya. Oya klo anak segede Putri mah belom dikenai tiket masuk ya mas?

  • Aku udah lama banget denger tempat ini,dulu semasa almarhumah ibuk masih ada,kepingin ketempat ini,tapi belum kesampaian,soalnya saya dan ibu tinggal di Lampung, ya ampun ternyata masih ada ya sampe sekarang walau mungkin udah beda jauh sama waktu sebelum covid, terkesan sama bapak”yg ngejelasin..emang itu udah bagian dari tugas mereka ya, biasanya di tempat”wisata gini mereka juga bisa ambilin foto dan hasilnya cukup bagus…btw Cipendawa…jadi keinget jaman dulu waktu adik saya masih tinggal di Jatiasih Bekasi, suka wira-wiri main ke sana, berhubung kena banjir akhirnya pindah ke Jatibening, nostalgia banget naik angkot…hihi….saya belum pernah coba nangkadak..kalo nangka atau cempedak sih pernah …hiburan yg 3D itu ok juga ya..

    • Waaah jatibening mah gajauh dari tempat tinggal saya sekarang mbak. Jatikramat ke jatibening mah gelinding doang sampe.
      Kapan2 kalo lagi ke Bekasi lagi, mampir-mampir ya mbaak

  • Aku inget dulu banget waktu SD yang itu sudah berpuluh tahun yang lalu pernah ke Taman Buah Mekarsari ini dan saat itu seingatku tempatnya ramai dan bagus banget…
    Agak sedih juga waktu liat foto2 dan tulisan disini kok terlihat kondisinya yang mengenasan..mana terlihat sangat sepi sekali minim dengan penampakan pengunjung lainnya. Apalagi tempat wisata ini mempunya area yang sangat luas namun minim pengunjung jadi mikir berapa puluhan juta yang harus nombok untuk menutup biaya operasionalnya.
    Semoga suatu saat Taman Buah Mekarsari ini bisa kembali bangkit jaya seperti saat dulu dan sepertinya itu juga butuh renovasi di bbrp bagian

  • Kenapa sih fotomu di tutup ?

    Baca iniii bener2 nostalgia sebenernya. Plus sedih liat Mekarsari yg sekarang.

    Seriuuus cuma buka weekend dan hari libur? Aku baru tahu saking dah lama kesana. 2013. Terakhir. Atau 2014.

    Waktu itu ada temen malaysia DTG, JD aku bawa kesana.

    Sayangnya pas kami kesana ga lagi musim panen. Sebiji pun ga ada yg berbuah . JD aku ga bisa beli apa2 mas , .

    Jadi tahu kalo kesana bagusnya akhir tahun atau awal tahun yaaa. Okelaah.

    Pdhl udh kebayang bisa beli banyak buah segar.

    Semoga mekar sari bisa bertahan deh. Ada tempat yg sama seperti ini di Malaysia. Dan rame loh. Makanya sedih aja kalo Mekarsari ga bisa serame itu.

    • Nganu, aku lagi terserang penyakit tidak PD akut mbak 🙁

      Kayaknya karena lokasinya agak jauh dan aksesnya gersang gitu mbak. Mangkanya yang minat datang tuh lumayan sedikit, terlalu mental jaraknya.
      Tapi harusnya bisa sih dibenahin lagi. Ini asyik lhoo buat acara-acara outdoor gathering gitu.

  • Aku sudah lama banget ngga pernah ke taman buah mekar Sari karena jauh di serang Banten, kalo ngga salah 2014.

    Ternyata sekarang buka nya cuma weekend sama hari libur saja ya, beda dengan dulu buka tiap hari. Mungkin karena pengunjung turun sejak korona jadi pilih buka nya hari libur saja, yang banyak orang jalan-jalan.

    Tiketnya masih murah ya 10 ribu yang pakai motor.

  • Nah iyaa ingat Mekarsari ingat ibu Tien alm, Al Fatihah….

    Sama seperti Mas Yayan, reaksiku: haah masih buka? Jadi bingung dan kasihan deh banyak yg ke-prank ama video situasi di sana pas pandemi yg sepii jadi mereka berpikiran kalau tempat itu udh tutup padahal masih buka. Semoga setelah ini rame lagi ya. Sayang lho, konsepnya bagus.

    • Kendala di lokasi mbak, agak jauh transportasi umumnya jadi itu yang mungkin jadi dealbreaker.
      Harusnya sih bisa yaa bangkit lagi. Ini gede banget lho lahannya

  • Wah. Berasa sayang agrowisata sekeren ini harus terbengkalai. Padahal pasti asyik buat wisata edukasi. Mungkin nggak sih, kalau misalkan dibagusin lagi terus dipromosiin dengan masif bakalan rame lagi?

  • wah udah makin bagus ya sekarang taman buah mekarsari, saya lupa entah tahun kapan terakhir ke sana, mungkin 10 tahun lalu atau entah kapan, jadi pengen lihat ke sana lagi, dulu kayaknya pembayarannya pun masih cash gitu, paling seru bisa naik kereta keliling itu jadi ga capek atau pas musim buah bisa makan di sana sepuasnya pas dulu itu

  • Kalau dari tempatku Depok ke Taman Mekasari Bogor nggak jauh2 amat, tapi meski begitu aku baru empat kali kesana. Itu pun sudah lama sewaktu masih zaman Pak harto.

    Meski tidak seperti dulu lagi Aura taman mekarsari bogor masih tetap menyenangkan untuk dikunjungi yee mas Fajar.

  • bener banget dulu pas tahun 90an, kalau di kaca mobil ada sticker taman safari bogor, rasanya udah wowww kaya wkwkwkw. Dulu aku tahun segitu pas ke Bogor, malah nggak ngeh dengan yang namanya sticker
    terus nama taman buah mekarsari ini memang familiar, aku sendiri belum pernah masuk ke sana. Dan lahan keluarga cendana alamakkkk guedeeee.
    aku membayangkan perbedaan yang cukup drastis dari tempat ini, di tahun sekarang sama tahun 90an dulu, terutama dari tingkat keramaian, aku liat sekarang di foto yampunnn sepi banget ya, dan ga buka tiap hari pula.
    Kalau zaman dulu, sepertinya taman buah mekarsari jadi destinasi keluarga dimasanya

  • Ya Allah. Udah lama banget gak ke Taman Buah Mekarsari. Dulu perjuangan banget kalau kesini karena selain letaknya jauh,antrinya juga berasa banget. Sekarang masih ada ya walau ga semaksimal dulu. Selain luas, perawatan fasilitas juga pasti memakan banyak biaya. Tali senang sih baca tulisan ini berasa nostalgia. Boleh juga pankapan main kesana

  • Baca postingan ini rasanya seperti diajak bernostalgia langsung ke Mekarsari. Dulu sering banget ke sana pas kecil, petik jambu sampai puas. Kangen banget suasana pedesaannya yang asri dan buah-buahannya yang segar. Jadi inget dulu waktu kesanaaa dulu eeeuy, jadi pengen bawa keluargaku kesini juga

  • Sedih yaa..
    Beneran Taman Buah Mekarsari ini dulu seindah ituu.. Kami pernah datang pas acara pembukaannya… maklum, Bapak rahimahullah dulu salah satu ASN yang ada kerjasamanya sama keluarga Cendana.

    Dan memang kabarnyaa.. keluarga Cendana ini punya tanah berhektar-hektar, namun sayang gak punya dana untuk mengembangkannya. Ya mirip Mekarsari ini yaa… terbengkalai. Padahal mah dari sisi wisata, termasuk uda jadi kan yaa..
    Tapi tetep butuh biaya manintenance yang ga sedikit.

    Aku juga ga tau buah alkesa.
    Di bayangan aku alkesa ini markisa. Hehehe, jauh yaa…

  • kenapa tamannya kelihatan sunyi?

    saya suka tempat-tempat sebegini…banyak perkara yang boleh belajar selain bersiar-siar di sekitar taman…

    amboiiii macam2 posing fotonya ya hahaha

  • Datang ke tempat wisata seperti ini ada perasaan nostalgia dan sekaligus sedih ya melihat keadaannya yang kurang terawat lagi, tidak seperti di masa kejayaannya dulu..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *