Angin semilir kota Kuningan memang selalu menenangkan hati, menusuk hingga ke relung jiwa. Dan saya beruntung, sebab lebaran tahun ini kebagian jatah untuk berlebaran di Kuningan. Gantian, setelah tahun kemarin lebaran di Bekasi.
Sudah hari kedua pasca hari raya, dan tumpukan cucian kotor mulai bersaing tingginya Gunung Ciremai; sementara hujan masih turun terus tiap menjelang sore hari. Akhirnya, Saya dan Thina pun memutuskan untuk pergi pagi-pagi ke salah satu laundromat yang ada di sekitar Kuningan Kota.
Setibanya disana, kami cukup beruntung tak perlu menunggu lama. Setelah semua pakain masuk ke mesin, angka 40 menit pun muncul di-display.
“Keluar aja yuk, cari sarapan. 40 menit cukup lah ya”, ajak saya kepada Thina dan Putri. Kami bertiga pun segera meninggalkan laundromat dan berjalanan menjauh sembari melihat di sisi kanan kiri jalan raya.
Tiba-tiba mata saya menangkap sebuah gerobak nan sederhana, dengan tulisan “Hucap” di sampingnya.
“Wah ini.. kita sarapan Hucap aja yuk!”
Sekilas Tentang Hucap

Buat yang belum tau, hucap itu adalah salah satu makanan khas dari Kabupaten Kuningan. Namanya berasal dari kata tahu kecap, yang secara tampilan memang sesederhana namanya. Namun meski begitu, sebenarnya kuliner ini punya sejarah yang cukup panjang. Sebab hucap sudah ada sejak abad ke-14, dibawa oleh komunitas Tionghoa di daerah Kuningan.
Awalnya dikenal sebagai taufu mapo, hidangan yang dibawa oleh anak buah Putri Ong Tin Nio, seorang tokoh Tionghoa yang menetap di daerah Luragung. Seiring waktu, nama taufu mapo mengalami perubahan pelafalan oleh masyarakat setempat menjadi “tahu hucap,” yang akhirnya disingkat menjadi “hucap” .
Hucap dan Kesederhanaan

Dan yap, hucap ini memang sajian yang sederhana. Hanya terdiri dari potongan ketupat, tahu goreng, diguyut dengan saus kacang nan kental lalu dilengkapi dengan kecap manis dan taburan bawang goreng. Sesederhana itu saja.
Meski begitu, saus kacang dari hucap ini punya cita rasa yang berbeda dibanding saus kacang pada umumnya. Teksturnya agak kasar, dengan rasa manis dan gurih yang khas. Agak sulit dideskripsikan lewat kata-kata, tapi kala mencobanya kita bisa langsung membedakannya dengan saus kacang di sate ayam.
Seporsi hucap ini murah saja, hanya dihargai Rp. 8.000,- per porsi. Sudah termasuk dengan kerupuk, minum air hangat dan gratis obrolan dua arah dengan warga lokal yang penuh keramahan.
Filosofi dari Sepiring Hucap

Memakan sepiring hucap ini membuat saya merenungkan kembali tentang makna kesederhanaan, dan hidup di desa. Sederhananya komposisi dari hucap, membuatnya menjadi sajian yang pas untuk memulai hari sebagai sarapan pagi.
Tak ada yang berlebihan, dan tak ada part of komposisi yang bersinar sendiri. Setiap bahan dari hucap seakan sudah jadi sebuah kombinasi yang pas. Sederhana, namun tetap aneh jika ada salah satu yang dihilangkan.
Itulah bagaimana kita seharusnya menjalani hidup sebagai manusia. Kadang tak perlu mengejar segala sesuatu yang kompleks dan melelahkan, tapi cukup menjadi sederhana tapi punya value dan makna.
Dan kita sebagai manusia pun tak mesti harus terus bersinar. Karena seringkali untuk sebuah pencapaian, itu hadir bukan dari dominasi personal yang menyilaukan mata. Melainkan dari kombinasi manusia yang bersinergi, mencapai sebuah tujuan bersama-sama.
Wedew, gimana Mbak Nik? Udah masuk belom nih filosofi dari saya, hahaha
————–
Kalian udah yang pernah cobain hucap belom? Kalau pernah, coba ceritain pendapat kalian tentang sajian ini di kolom komentar yaa!
Bekasi, 11 April 2025
Ditulis sepulang dari main Badminton (lagi)
Humble breakfast sekalian belajar mengenai sejarah yang ada di belakang tahu kecap yang jadi hucap 🙂 tahu goreng nyaris gak pernah gagal deh buat dinikmati 🙂
Pas baca judulnya widih makanan apakah ini kok keren banget “HUCAP” lalu mulai terkuat ternyata Tahu Kecap *jadi ngakak sendiri* pas baca kepanjangan HUCAP ini. Kalau di Cimahi/Bandung yang gini disebut Kupat Tahu Kak, mirip tampilannya kupat kasih tahu kasih toge dan saus kental. Harganya skrg jd Rp 12.000,- lumayan mahal dibanding di Kuningan ya masih Rp 8.000 saja.
Alhamdulillah bisa sarapan hucap yg murah meriah tapi enak. Ntar cari resepnya ahh lalu recook di rumah. Ini beda dengan tahu Tek Surabaya kah?
Ternyata hucap yg sederhana penuh dengan filosofi ya. Hidup penuh dengan sinergi…
Dalam artian gak boleh egois
Pas baca Hucap sih belum tahu akan seperti apa makanannya. Cuma pas baca ternyata tahu kecap, aku kira cuma tahu sama kecap. Ternyata masih ada lontongnya. Hehehe
Aiiiish aku LGS inget kupat tahu sebenarnya. Ini aku pasti sukaaaa sih mas. Ketupat Ama tahu, diguyur saus kacang, ga mungkin ga enak . Pas aku ke Kuningan dulu malah ga ketemu menu ini.
Setuju sih, menu yg simple begini, sbnrnya justru paling memorable banget. Ga ribet bikin, rasa sederhana, tp merasuk bangettttt rasanya . Ini sama kayak kuliner solo, cabuk rambak. Padahal cuma ketupat nasi disiram kuah wijen dan kemiri. Mirip2 beginilah. Tp minus tahu.
Kalo ke Kuningan lagi pasti aku cari sih hucap
Tadinya kupikir apaan itu Hucap, oh ternyata tahu kecap. Jujur belum pernah nyoba dan baru denger sih Mas. Apakah sambel kacangnya mirip-mirip ketoprak? tapi bener ya kalau Hucap lebih sederhana secara isi, simpel banget isinya. Aku mikir itu dimakannya sama apa ya? adakah lauk tambahan, atau ya memang dimakan gitu aja?
Kalau di Semarang ada tahu Gimbal tapi ada bakwan udangnya, kalau ketoprak juga ada tambahan mie bihun. Ini beneran lebih sederhana sih, tapi malah jadi bikin penasaran kaya apa ya rasanya kira-kira?
Ahh, kok enak sarapan Hucap
Simple dan porsi pas untuk sarapan yang memang g kudu porsi besar ya mas
Di sini nggak ada sih Hucap, adanya tahu tek. Mirip tapi ada tambahan toge, lontong, dan telur plus krupuk
aku belum pernah coba Hucap, jadi penasaran dengan rasanya. pasti enak 😀
Kalau di Kediri ada tahu lontong, di Surabaya-Sidoarjo ada tahu tek, mirip dengan hucap ini. Saos kacangnya diulek kasar. Bedanya dengan hucap, kalau di 3 kota tadi ada tambahan petis, dan kadang ada yang request tambahan telur
Filosofinya dapat nih, kesederhanaan.
Kesederhanaan kehidupan desa itu menenangkan dan menyenangkan menurutku, lauk tahu tempe dan sayur rebus serta sambal tomat aja sudah nikmat banget
Nyari-nyari komentarnya ka Nik, wkkwk..
memang kesederhanaan di era digital saat ini sesuatu yang langka yaa.. di saat semua orang berlomba-lomba memajang sesuatu di sosmed yang mereka miliki hanya demi sebuah pencitraan atau validasi orang lain.
Suka kepikiran filosofi dari makanan ternyata yaa..
Jadi inget filmnya Dinsas “Aruna dan Lidahnya”.
Hehhee…
Kayaknya kalo di Jatim, Hucap ini adalah tahu tek-tek yaah..
Cuma “tahu” judulnya.. tapi temennya ada lontong ((karbo)) dan telur ((protein)) lalu diguyur dengan bumbu kacang dan kecap.
aku baru denger nama makanan hucap ini. dan ternyata tahu kecap wkwk. unik banget. sekilas aku pikir tampilannya bakalan kayak tahu tek. ternyata ini pake ketupat ya bukan lontong.
tampilannya beneran sederhana ya. dan isinya juga secukupnya nggak macem2. jadi pengen cobain. penasaran sama bumbu kacangnya
kening saya langsung berkerut saat membaca judulnya, Mas. Hucap??? makanan apa itu ya? saya baru dengar, dan belum pernah mencobanya. Ternyata perpaduan tahu, lontong, guyuran bumbu kacang, lalu pelengkapnya kerupuk ya. Namun kelebihannya ada dibumbu kacangnya yang beda dari lainnya. Ehm saya jadi penasaran nih, soalnya di Depok belum pernah lihat ada yang jualan Hucap. Dan memang sesuatu yang walau sederhana, namun komposisinya pas, akan menghadirkan sesuatu yang luar biasa, Mas.
Baru denger saya, Hucap ini. Tahu Kecap ya. sekilas dari penampakannya seperti siomay ya mas. Soalnya ada saus kacangnya, Cocok nih misal untuk diet hucap ini tapi saus kacang dikurangi. Bolehlah saya buat hucap ala-ala di rumah sepertinya enak
sekilas dari penampakan hucap, kalau di kotaku seperti mirip dengan tahu tek. bahannya juga sederhana, cuman ada bahan bahan yang nggak ada di Hucap
namanya unik juga ya, aku kira makanan apaa gitu, ternyata ada asal usul yang menarik.
harganya juga murah bener ini, astagahh aku gak mengira kalau disana juga ada harga makanan 8000 aja
Aku langsung terbang nih, akhir tulisan menyebut namaku. Terima kasih Fajar.
Senang sekali dengan kalimat ” keberhasilan bukan dari dominasi personal …, Melainkan dari kombinasi manusia yang bersinergi, mencapai sebuah tujuan bersama-sama.”
Sepakat sekali, karena manusia diciptakan untuk terkait satu sama lain untuk merawat hidup. Melanjutkan membentuk kisah kemudian diwariskan, setiap kisah tidak akan pernah dirangkai dengan satu insan, perlu insan lainnya memainkan perannya.
Ternyata tuh hucap dari kata tahu kecap. Terus terpikirkankan satu kalimat,
“Percayalah, hanya dalam kesederhanaan ada kebahagian sejati”
Tulisan yang menarik, lanjutkan yaa. Ditunggu cerita lainnya.
Makanan sederhana simple tapi sangat bermakna ternyata si hucap ini. Mengenyangkan tapi juga memenuhi selera lidah orang banyak kalau di Bandung atau di Tasik ini disebut juga dengan kupat tahu yang populer sebagai sarapan
Daku belum nyobain ini Kak.
Kalao baca deskripsi terus lihat fotonya, entah kenapa yang ada dipikiran daku malah seperti tahu yang ada di ketoprak hehe, karena ada saus kacangnya.
Keknya perlu nyobain sendiri si hucap ini. Semisal tambah nasi hangat, kalo bukan lontong masih aman kan yak?
Melihat sepiring Hucap, membuat saya menerawang ke masa kecil. Saat masih tinggal di Majalengka, kalau weekend tiba sering diajak uwa ke daerah Kuningan dan uwa suka makan Hucap. Jadi kangen momen tersebut deh, masa kanak-kanak yang ceria dan ringan.
Menarik sekali, tahu kecap alias Hucap bisa kembali menyentil dan mengingatkan manusia bahwa tidak harus selalu bersinar dan wah untuk menjadi sosok yang bahagia. Bahkan sinergi dan kebersamaan yang nyata bisa membuat semua proses lebihan bermakna. Terima kasih tulisan kerennya.
Baca namanya aku mikir keras, makanan mana ini kog baru denger, Hucap, hucapan siapa pula dijadiin nama makanan .
Pas baca baru ngeuh singkatan .
Aku pikir cuma tahu ama kecap aja, ternyata ada kupatnya juga, sekilas mirip ga sih sama Ketoprak Semarang?
Pakai bihun ngga?
Hucap ini jadi reminder manis kalau hal-hal sederhana dalam hidup tuh justru yang paling ngena, kayak sepiring ketupat tahu yang gak neko-neko tapi bisa ngasih kehangatan, rasa nyaman, bahkan filosofi hidup yang dalem. Hidup emang gak selalu harus heboh, kadang cukup kayak hucap: kompak, ngalir, dan bikin hati adem.
Beneran aku baru tahu soal HUCAP ini
Aku kira typo tadinya
Ternyata memang kuliner khas Kuningan
Jadi penasan mau coba karena sepertinya bumbunya juga beda racikan
Jujur Kak, saya itu suka banget makan lontong atau ketupat dengan saus kacang, makanya saya suka rujak, gado-gado, sama ketoprak. Makan sate pun sukanya ya pakai lontong, bukan nasi. Nah, pernah tuh Kak pas saya kerja di Depok dikasih makanan kayak hucap ini sama temen. Beneran tahu goreng, ketupat, dan saus kacang. Cuma waktu itu saya gak nanya nama makanannya apa ke temen, kayaknya dia juga gak tahu.
Saya hucap kan terimkasih atas postingan hucapnya wwkwkk, mirip somay tahu mungkin ya.. Cuman bumbu kacangnya agak kasar… Harga murah meriah tapi rasa maknyus, udah deh gitu pun udah nikmat yang luar biasa.
Kapan hari aku kan pergi ke Solo.
Pesen Hucap alias kalo di Solo sebutannya kupat tahu.
ya amppuuunn, muansissss banget dahh, aku sampai request cabe iris diuleg ke bapak yang jual, karena manisss ga ketulungan.
Memang di tiap kota beda yha patokan/standar kuliner Hucap ini.
Dan aku selalu demen ama cara kamu mengupas sebuah filosofi makanan.
Keren!