Saya menatap sejenak angka yang muncul di arloji. Di tengah-tengah silau sinar mentari kala kami bertiga di stasiun LRT, saya dapat melihat angka 15.00 sayup-sayup tertera di atas layar. Hmmm.. terlambat, seperti biasanya.
Entah saya bisa menyebut semua ini according to the plan atau tidak. Yang pasti, rencana untuk pergi ke Kota Tua Jakarta di hari Idul Adha sebenarnya sudah kami diskusikan dari sejak awal bulan Juni. Dan kedatangan kami di Stasiun LRT Cikunir 1 ini, mengindikasikan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana.
Cuma ada satu hal saja yang ada diluar rencana.
Jadi kami ini kan melaksanakan Shalat Ied di rumah mertua di daerah Bekasi Timur. Nah, karena kebetulan hari Jumat, otomatis di siang harinya nanti akan ada Ibadah Shalat Jumat dong ya. Yang berarti waktunya cukup sempit.
Saya pun bilang ke Thina, “Bisa gak kita abis shalat Ied, sekitar jam 10-an tu kita langsung pulang ke rumah? Biar nantinya siap-siapnya lebih cepet gitu, ga buru-buru”
Thina pun menyetujui.
Namun apa daya, kelar dari Shalat Ied.. Kami bertiga malah tumbang semua. Sembari ditemani semilir angin Bekasi yang syahdu, kami tiidur dengan pulas di atas kasur hingga adzan waktu shalat Jumat berkumandang.
Demikianlah, dari yang tadinya rencana jam 1 – 2an sudah tiba di stasiun, eh.. ujung-ujungnya kami semua baru nongol di Stasiun LRT jam 3 sore. Ngoehehe
Tapi gapapa lah. Sebaik-baiknya liburan, itu kan liburan yang santai dan mengalir bagai air. Jadi alih-alih terkekang dan diburu-buru waktu, kami memutuskan untuk tetap santuy saja dan lanjut menuju stasiun LRT sesuai rencana awal.
Oya, semua detil trip kali ini bisa ditonton disini. Silahkan ditonton, atau lanjut scroll ke bawah.
LRT : Moda Transportasi Ternyaman

Dalam rangkaian perjalanan menuju ke Kota Tua ini, kami memilih untuk menggunakan moda transportasi LRT seperti biasanya. Alasannya? Selain karena posisinya dekat, transportasi ini juga paling ramah untuk membawa anak balita. Dan tumben-tumbenan juga, si Putri ini ngebet banget pengen diajakin jalan-jalan pake Stroller.
“Papih, boleh ga aku ke Jakarta naik setelololer?”, ucapnya dengan nada halus.
“Maksud Putri naik Stroller?”
“Iya, naik setelolololeler”
Buset, mendadak jadi panjang begitu. Hahaha
Sebuah anomali sekali ini sih. Padahal biasanya jangankan stroller, seringnya ni bocah kalo pas jalan-jalan tuh digendong aja susaaaah. Maunya lari-larian mulu.

Tapi yowis lah, berhubung perjalanan dari Bekasi ke Jakarta Kota itu lumayan jauh, akhirnya kami putuskan untuk jalan dengan membawa stroller. Lagipula, sejauh yang saya tau kereta LRT itu memang sudah sangat stroller friendly.
Mulai dari sejak kedatangan, Putri nggak mesti ribet turun karena untuk akses naiknya bisa menggunakan lift prioritas. Bukan cuma sampe gate tape in ya, tapi beneran ada lift lagi yang mengantar sampai ke area peron.
Dan begitu masuk ke area peronnya pun, aksesnya luar biasa mudah. Karena tepat di area peron, ada sebuah sign khusus di lantai yang menunjukkan gerbong mana yang memiliki spot khusus untuk para pengguna stroller dan kursi roda.
Spot khusus ini tak hanya lebih luas dan nyaman untuk menyimpan stroller. Lebih dari itu, tersedia juga sebuah pengait khusus yang bisa dipasangkan ke stroller, sehingga lebih aman dan gak mudah bergeser dari posisinya.

Angkat topi sih, LRT mikirin fasilitasnya udah sampe sedetil ini.
Dan kereta pun berangkat, meninggalkan stasiun LRT Cikunir. Mata saya mencoba menangkap sekeliling, terlihat tingkat okupansi yang tak terlalu tinggi. Wajar, karena hari ini masih hari libur nasional. Sebagian besar warga Jabodetabek sedang sibuk dengan bakaran satenya.
Perjalanan kami tak terlampau lama, hanya menyusuri 5 stasiun saja. Setelah melewati Jatibening Baru, Halim, Cawang dan Ciliwung, kami akan segera turun di Stasiun Cikoko untuk kemudian transit ke KRL menuju Jakarta kota.

Dan karena perjalanan ini tergolong singkat, saya memutuskan untuk tetap berdiri sepanjang perjalanan. Meski sesekali menyapa Putri, namun pandangan saya senantiasa menatap sisi jendela. Menikmati setiap sudut kota yang sebetulnya begitu indah untuk dinikmati. Perpindahan dari Bekasi ke Jakarta, adalah sebuah transisi penuh seni, dengan berbagai bangunan dan kendaraan yang berlalu lalang sebagai kanvasnya.

View yang sangat indah, namun seringnya tak pernah kita sadari, nikmati atau bahkan resapi. Yang ada, kita malah fokus ke layar smartphone nan sempit dan tenggelam dalam lautan distraksi, drama dan problema yang tak ada ujungnya.
Ibarat kata pepatah, “Kuman di seberang laut nampak. Gajah di pelupuk mata… Kelilipan” hahahahaha
Transit ke KRL dengan Seamless
Tiba di Stasiun LRT Cikoko, kami pun segera bergegas menuju gate tap out untuk kemudian berpindah ke stasiun KRL Cawang. Agak unik memang, mengingat LRT tuh sebenarnya ada stasiun Cawang juga. Tapi untuk ke Stasiun KRL cawang, itu malah dari Stasiun LRT Cikoko, bukan Cawang.
Tapi kalo dipikir-pikir lagi, kan Cikoko itu emang adanya di daerah Cawang juga.
Ah sudahlah, malah capek mikirin begituan, hahaha
Yang pasti, proses perpindahan dari LRT ke KRL ini sangat mudah dan nyaman. Pertama, untuk aksesnya itu bener-bener stroller friendly banget. Ada jalur tangga yang ditujukan untuk pejalan kaki, dan ada juga jalur khusus untuk stroller yang bentuknya landai tapi zigzag itu. Sehingga Putri bisa duduk santai sepenuhnya, ndak perlu turun sama sekali.
Kedua, jembatan yang mengintegrasikan LRT dengan KRL dan Transjakarta ini juga sekarang sudah benar-benar proper. Lantainya dibuat dari Kayu yang tebal, dengan lebar yang lebih luas serta besi pembatas yang kokoh. Besi pembatas ini pun dilengkapi dengan kawat-kawat pembatas yang menutup penuh hampir seluruh sudut, membuat para orang tua bisa tenang.. bahkan jika membawa toddler sekalipun.
Sayangnya, kebersamaan Putri bersama strollernya hanya sampai di depan lift saja. Karena setelah bertanya ke salah seorang petugas, saya mendapati info bahwa membawa stroller naik KRL itu “bisa bisa saja.. tapi susah”.
Jadi tepat sebelum masuk lift, stroller pun dilipat, dan Putri berpindah ke gendongan saya.
Berharap Bertemu KRL Baru
Yap, kala pertama kali menginjakkan kaki di Stasiun KRL Cawang, mata saya langsung mencoba mencari-cari keberadaan KRL baru yang ganteng itu. Sebuah kereta buatan Cina yang beberapa waktu terakhir terus memenuhi linimasa Instagram saya sehari-hari.
“Putri mau naik KRL baru ga? Yang buatan Cina”, tawar saya ke Putri.
“Mau… Buatan Cina ya“, jawabnya dengan nada bersemangat.
Pede banget. Padahal mah dapet keretanya aja belom tentu yang itu.
Dan benar saja, ketika kereta jurusan Jakarta Kota memasuki peron, sayup-sayup saya melihat dari kejauhan bahwa kereta yang datang adalah… Kereta lama. Hiks

Perasaan saya begitu masuk ke dalam gerbong, langsung terasa campur aduk. Satu sisi, saya merasa kecewa karena sebenarnya berharap bisa mencoba naik kereta terbaru yang katanya lebih canggih dan nyaman. Tapi di sisi lain, saya juga takjub karena untuk sebuah kereta lawas dan berumur… gerbong yang saya naiki ini bisa dibilang cukup terawat.


Memang, secara kasat mata saya bisa melihat berbagai kekurangan di sana sini. Mulai dari lapisan di samping kursi yang sudah mulai mengelupas, sticker di pintu yang mulai menguning, serta papan pengumuman yang kehilangan isinya. Ditambah lagi, tak ada LCD informasi seperti kereta LRT sebelumnya. Hanya ada sticker yang berisi rute lengkap KRL Jabodetabek saja.



Meski begitu, saya tetap kagum karena secara keseluruhan kereta ini memang masih layak jalan. Lantai dan berbagai sudutnya senantiasa bersih, dan tentunya dibersihkan secara berkala. Ketiadaan LCD informasi pun tak jadi masalah, sebab speaker pengumuman dan suara masinisnya masih bisa terdengar secara jelas.
Jika mengintip kode yang ada di dalam kereta, saya menebak-nebak bahwa kereta ini adalah kereta eks Jepang buatan tahun 1998, yang kemudian diimpor ke Indonesia di sekitar tahun 2014-an lalu. Itu artinya, in total kereta ini sudah beroperasi selama hampir 27 tahun lamanya.

Kereta berumur setua itu, menghadapi tingkat okupansi yang gilanya bukan main. Jujur menurut saya masih bisa jalan aja udah keren banget lho. Sebuah indikasi kalo proses maintenancenya selama ini berjalan dengan baik.
Bandingin sama Transjakarta, yang dulu busnya sebelum regenerasi. Saya masih inget dah itu bisnya buluk dan dekil banget. Mana pintunya banyak yang rusak, dan bunyi ngak ngik nguk pula. Dibandingin sama KAI mah, jauh kemana-mana!
Senja Hari di Kota Tua Jakarta

Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya kami pun tiba di Stasiun Akhir, Stasiun Jakarta Kota. Saya biasa menyebut Stasiun ini dengan sebutan Stasiun Beos, sebagaimana kedua orang tua saya menyebutnya demikian.
Belakangan, saya baru tau kalau nama ‘Beos’ ini berasal dari nama peninggalan Belanda yakni Batavia BOS (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij). Dan entah kenapa, sebutan ini masih terjaga di beberapa warga lokal khususnya warga betawi.

Setibanya di Stasiun, Thina langsung membawa Putri ke dalam toilet untuk mengganti pampers. Sementara saya kembali duduk menanti dan mencoba menangkap sekeliling.
Dibuka sejak tahun 1929, Stasiun ini menyajikan suasana khas belanda yang sangat kental di hampir seluruh sudutnya. Wajar, karena stasiun ini pun memang berada persis di seberang area Kota Tua dengan segala arsitektur peninggalan Belandanya. Sehingga untuk pergi kesana, kami hanya perlu berjalan kaki menyeberang sebentar saja.

Area Kota Tua kini memang sudah steril, tak boleh lagi ada pedagang makanan di area dalamnya. Jadinya para pedagang pun berpindah, ke sepanjang sisi jalan di samping Stasiun Jakarta Kota. Dan sejauh saya mengamati, pedagangnya juga itu-itu saja si. Ya telor gulung, ya minuman, dan berbagai jajanan lainnya.
Saya sempat mencoba beli bakso bakar seharga Rp. 2.000,- per pcs, dan ternyata… ZONK. Asli dah itu mah beneran cuma aci doang isinya. Padahal di Bekasi, saya bisa dapat dengan harga setengahnya dan rasa yang lebih enak. Heuh

Matahari senja menyambut kedatangan kami di Area Kota Tua. Sinarnya mewarnai langit Jakarta dengan semburat oranye yang menentramkan jiwa. Sayangnya, tenaga kami justru mulai berada ada di level yang rendah. Mungkin karena lelah, membawa bocil ini menyusuri Bekasi hingga Jakarta.

Setelah berkeliling sejenak mengitari berbagai sudut Kota Tua, membeli botol promo di Mixue seharga Rp. 17.000, serta menyantap ayam goreng di salah satu franchise mainsteam. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk kembali lagi menuju ke Bekasi.
Sebuah perjalanan singkat, namun tetap menyenangkan.
Dan sesuai prediksi, Putri pun tertidur sepanjang perjalanan pulang ke rumah.
Bekasi, 9 Juni 2025
Ditulis sembari mempersiapkan persiapan untuk Badminton
Stroller-nya lumayan berat itu dibawa kemana-mana
Coba yang agak kecilan dikit tapiii kekurangannya si kecil gak bisa rebahan kalau pas ngantuk, haha
Kudu digendong.
Jadi memang setiap keputusan jalan-jalan bawa anak tuh punya risikonya masing-masing, haha
Ke Kota Tua Surabaya yuk Putri ajak ayah sama bunda yaaa…
Kami lebih suka stroller model begini bu, soalnya kalo anaknya tidur.. posisinya lebih proper. Dan kebetulan kalau yg sy punya ini, bisa dilipat kecil gitu biar masuk ke tengah-tengah motor matic bu, hehehe.
Insya Allah, nanti kami pengen melipir kesana yaaaa
Ya ampun, perjalanan yang panjang dan beberapa transit
eh kok cuma sebentar
Kalau ke sana, enaknya dari pagi, sampai sana jam delapan lah, sehingg nanti pulangnya sore
Kalau bisa masuk ke museum nya, jadi lebih seru.
Saol kulineran, bawa dari rumah atau ke kantin yang ada dipojok itu
Memang tujuan kami menikmati perjalanannya mas. Karena terkadang seni dalam sebuah petualangan adalah perjalanannya, bukan sebatas destinasinya saja.
Apalagi kami juga bawa anak kecil, jadi gak bijak kalau jalan2 selama itu tanpa ada waktu istirahat.
seneng ya mas, klo udh punya anak sma bini.
jalan-jalannya jadi seru hehe
Yes mas, menyenangkan jadinya hehehe
Putrinya imut! Suka betul bila dibawa jalan2 naik kereta sama ibu dan ayah
Fasilitas di LRT tu bagus ya, stroller dan wheelchair friendly. Seharusnya semua public transport itu harus mudah diakses oleh semua orang kan
Betul, tapi untuk saat ini jika KRL memang belum stroller friendly kak. Karena memang KRL itu lebih banyak dipakai pegawai-pegawai dengan tingkat okupansi yang sangat tinggi.
GAlfok sama LRT nya ternyata bersih dan rapi banget yaa…dan ada area khusus juga buat stroller serta kursi roda jadi bener2 membantu buat para disabilitas juga sayang yng KRL masih belum disabilitas stroller friendly yaa….
Klo ke Kota Tua memang enaknya pagi atau sore gt kan yaa jadi gak terlalu panas, tapi mungkin ini memang waktunya yg meper yaa jadi gak bisa berlama2 sudah lelah duluan karena perjalanan jauh jga 🙂
Sebenarnya kalo cuma berdua aman-aman aja mbak. Cuma kalo bawa bocil, beuh.. tenaganya kayak kesirep banyak wkwkwk. Padahal ini udah mending ya bawa stroller. Kalo digendong / dituntun mah lebih berasa lagi.
Seru sekaliiii. Pasti Putri happy banget ituu, bisa naek transportasi umum tapi tetep bisa bawa setelolololeler pula. Jujur belum pernah naik LRT karena gatau juga mau kemana kalo pake LRT hehehe tapi jadinya ada gambaran lah setelah baca tulisan ini. Kalo LRT berati aman ya bawa kursi roda atau stroler.. soalnya kalo KRL itu agak sulit ya apalagi jam kerja
Aman banget mbak. Sayangnya trayek LRT gak begitu jauh. Kalau bisa lebih jauh, harusnya bisa lebih menyenangkan lagi sih
aku juga suka ke Kota Tua karena adem dan bisa banyak tempat untuk di explore 😀
Kalo adem enaknya pagi atau sore pak. kalau siang beuh.. panasnya luar biasa.
Putri tuh sayang sama orang tuanya jadinya dia minta bawa stroller, ceritanya meringankan.
Coba aja tuh kalau ga dibawa, kebayang dong saat doi lagi capek gitu, papi atau maminya akan menggedongnya.
Bekasi ke Kota dengan ulasan detail seperti itu, seperti waktu diberi keutuhan dengan nyawa. Hidup dan menyenangkan. Kalau waktu bisa berbicara, dia akan berkata,
” Terima kasih sudah hidup dan menikmati apa yang sudah aku tawarkan”
Meskipun sampai disana cuma mampir bentar ya mbak, hahaha. Yang lebih dinikmati justru perjalanannya, terutama transportasi kereta yang kian menyenangkan.
Mixue pun ada di sana…
wah, udah tua station nya tu, dari tahun 1929.
Iya, peninggalan belanda ini kak. Makanya masih banyak yang sebut dengan nama belanda.
Serius se-seruuu itu kalo naik transum di Jabodetabek
karena sebagai warga Suroboyo, aku nyadar bahwa transum di kota kami “gak ada apa-apanya.”
tahun lalu, aku naik Whoosh dari BDG, turun di st Halim… lanjut naik LRT, trus ganti MRT (kalo ga kliru) demi meet up ama beberapa temen blogger di Blok M Square.
Ya ampuun, asik bangetttt lihat panorama dan fasilitas KA-nyaaaaa, sambil membatin ((SURABAYA KAPAANNN ADA GINIAN))
Moga Surabaya juga bisa makin keren yaaa transportasinyaa, dan terintegrasi juga.
Sebenarnya Jakarta udah enak buat transumnya, cuma kalo hari kerja.. Beuh, kayak miniatur neraka disini hahahaha
Putri cantiiik dan ceria sekali kalau diajak jalan-jalan yaaa. Keretanya juga bersih (walau jadul) dan berfungsi dengan baik.
Langsung ngakak pas bagian cerita zonk makan bakso bakar (itu mah pentol ya? atau cilok?). Memang lebih baik beli makanan di tempat yg udah terbukti enak, misalnya di resto franchise atau di eskrim ni ai wo, wo ai ni mixue ice cream and tea (singing).
Mas, bisa request tulisan tips jalan2 sambil bawa anak?
Kata putri : maacih auntyyy. Kalo bakso, asli aku emang ngerasa nyesel banget wkwkwk. 10 rebu cuma dapet lima, mana kayak aci pulak.
Boleeh, aku tampung dulu ya mbak. Moga ada ilham buat tulisannya
Dek putri, om juga mau dong jalan-jalan naik stroller
Rubuh om strollernya, hahahahaha
Seru banget jalan-jalan naik KRL saat Idul Adha. KRL emang transportasi umum terbaik sih, nyaman banget dan murah. Sampai sedetail itu ya mikirin khusus pengguna stroller. Ya walaupun masih ada kekurangannya juga. Kalau fasilitas umumnya udah bagus, seharusnya kita lebih bijak menjaganya dengan baik ya.
Betul, semoga saja ini akan awet terus ya sepanjang masa…
Sebaik-baiknya liburan, itu kan liburan yang santai dan mengalir bagai air -> beneerr banget mas. Kalau udah terbiasa jalan sama anak mah udah santai weh, hehehe. Ada sih rencana atau itinerary, tapi aplikasinya ya tergantung nanti xp
Tapi kalau anaknya emang udah terbiasa diajak jalan, lama kelamaan bakal mengikuti dan kita juga bakal nemu pace sendiri. Kadang mengalir, kadang stick to the plan, kombinasi aja gitu.
Nah, emang nih di LRT tuh cakeep dan dingin sih, ihihi. Terus KRL aku juga belum ngerasain yang terbaru nih, padahal pengen juga sih. Cuma kalau dibandingkan sama jaman dulu, memang udah lebih rapi dan bagus emang. Terus ini mah suepiii banget yaa KRLnya, maklum ya ke Kota sore-sore, pas Idul Adha pula. Hari biasa aja tuh emang sesepi itu KRL ke Kota (beda dengan yang ke Bogor).
Betul mbak, yang penting seirama aja ya.. Jadinya apapun tujuannya, semuanya bakal dibawa enjoy. hehehe
jujur masih penasaran sih sama KRL baru. Apalagi yang buatan INKA juga kayaknya udah mengudara juga yaa. Heuheu, pengen bikin konten reviewnya
Masss, aku lihat putri tuh merasa dia anak yang ceriwissss dan banyak tanyaaakk. Bener nggak ya? Wkwkwwk.. Semoga tebakanku bener ya.
Lihat anak seperti putri tuh, ngerasa dia bakal jadi anak cerdas dan menghibur sama celotehnya, meski kadang melelahkan. 😀
Serius, anak kecil tuh kalau ngomong kata yang stroler yang konsonannya bertetangga kadang suka panjaaaaaaanggg… Hihihi, bikin gemes. 😀
Betulll, sangat-sangat ceriwis dan random mbaak. Pernah satu waktu dia minta kostum kupu-kupu warna ungu yang ada lampunya (spesifik banget). Terus yaudah, seterusnya tiap hari aku dikejar-kejar sama dia minta beliin kostum itu wkwkwkwk.
Seru juga nih perjalanan menggunakan transporasi umum, LRTnya dah nyaman ya, Kapan lalu om cerita juga kalau sekarang transportasi umum di Jakarta sekarang beneran sudah mendukung aktivitas warganya, beneran kota metropolitan
Saya juga dapat pengalaman kurang menyenangkan pas ke Kota Tua tahun lalu, ceritanya mampir sejenak sekalian cari makan malam, ternyata pilihan makanannya ga banyak dan harganya juga ga sesuai dengan rasa hehe
Iyaa, tinggal macetnya aja sih yang dikurangi.. khehehe
kalo transumnya sih sebenarnya sudah mantap sekali.
hahahaha nak naik stroller pergi jakarta?
bisa diatur putri…
tapi akan tiba jakarta tahun depan hahahaha
Naik kereta api auntyyy hehehe. Kalau naik stroller mah kesian ibu bapaknya tumbang di jalan, hehehe
Ntr balik dari road trip Medan, aku mau ajakin suami utk naik KRL ah. Kalau LRT , MRT udh pernah, tapi KRL yg sampe skr aku ga pernah naikin , denger cerita doang hahahahah. Kayaknya keburu serem Ama perjuangan anker pas jam pulang dan pergi ke kantor mas. Langsung keder aku nya. Secara rame nya kan ampun2an ya , sampe saling sikut.
Kalo weekend harus nya adem ayem yaa
Yg mau aku datangin kalo ke kota tua, museum yg katanya ada penemuan arkeologi pas pembuatan MRT. Penasaran aja sih. Baru kemudian kuliner2 legend yg banyak dijual
Putri anteeng banget hahahahaha. Tp memang anak2 seumur itu sukaa sih naik kereta.
Semoga aja kebagian KRL baru mbak, yang INKA atau Cina. Soalnya memang beda banget vibesnya.
Kalau weekend biasanya aman si, tapi gak jamin juga. Kalau ada event atau kayak demo gitu bisa jadi KRL tetep penuh.
Berkabar mbak kalo mau ke kota tua, bareng2 sama temen blogger lain hehehe
Berarti yang salah angin bekasi yang berhembus. Makanya Mas Fajar ketiduran sampai menjelang adzan jumatan hahaha.
Tapi sekarang memang sangat dimudahkan, Mas. Mau ke mana-mana enak. Naik KRL, LRT, MRT sambung menyambung. Pokoknya semakin nyaman. Saya baru rabu kemarin ke Kota Tua lagi. selalu menyenangkan berada di sana.
Ikut maaasssss wkwkwkw. Saya juga pengen euy sesekali kesana dalam rangka liburan beneran. Gak bawa bocil
Ah…jadi kangen Kota Tua ini mah, Mas.
Sudah lama banget saya tak main ke Kota Tua. Terakhir entah tahun berapa, sekeluarga kesana, full naik kereta dari Sukabumi.
Oh iya dulu sekali suka diadakan festival jazz tahunan disana. Namanya Jazz Kota Tua. Panggungnya di belakang musium. Dua kali saya hadiri. Entah kenapa sekarang tidak ada kabar lagi tentang festival ini.
Salam,
Wah, saya malah baru tau ada festival jazz euy.
Saya juga udah lama gak kesini pak. Baru kemarin2 ini, karena lg pengen liburan murah meriah
Habis shalat Idul Adha emang rawan ketiduran sih hahahhaa. Luar biasa yaaa, rencana awal jadi rada ngaret beberapa jam karena insiden ketiduran, gapapaa. Tetap enjoy aja.
Daku sengaja jam 9 pagi udah otw St Bogor di lebaran Idul Adha. Biar bisa naik KRL baru yang kiranya nonggol sekitar 09.42 WIB di St Bogor. AC nya adem banget dan kinclong sangat yaaa namanya baru.
Ngomongin LRT, daku happy naik LRT dan bener seperti yang mas Fajar gambarkan. Nyaman banget, andai ada sampe ke St Bogor, bolehlah saya naikin buat PP Bogor-Jakarta. Sayangnya belum ada nih LRT, jalurnya juga rada rumit sih kalau ke Bogor ya.
Syukurnya Cikoko ke Cawang emang terintegrasi banget yak. Jadi perjalanan mas Fajar dan keluarga nyaman dan terkendali. Menikmati Jakarta Kota menjelang senja emang best dan saking nyamannya Putri pulang dengan tertidur nyaman Masha Allah, indahnya.
Bener mbak, LRT itu memang nyaman bangetttt.. cuma minusnya satu : lelet, wkwkwkwk. Entah kenapa, mungkin karena banyak tikungan atau apa ya. Jadinya dia tuh sering banget ada perlambatannya. Jauh banget dah speednya kalo diadu sama KRL mah. Untungnya skrg udah ada KRL baru juga ya, jadi sekarang tuh menurutku pelan-pelan KRL juga bisa lebih nyaman lagi.
Wah kami terakhir ke kota tua pas lebaran kemarin, mana kek cendol wkwk, dan hujan huhu sediiihh. Padahal waktu itu ngajakin ortu yang datang ke Jkt #malahcurcol.
Anak2ku juga sedih, jadi keknya liburan sekolah ntar mau ngajakin ke kota tua lagi deh.
Asyik ya mas bisa dilewatin LRT yang ramah stroller dan cenderung gak terllau berdesakan.
Kalau rute kami green line jadi gak naik LRT tapi naik KRL rute Tanah Abang lanjut yang ke arah Angke trus ke Kota Tua hehe. Kalau KRL yang ini cenderung sepi dibandingkan yang jalur ke Kota Tua dari arah Manggarai.
Btw jadi kepikiran ngajakin anak2 naik LRT juga nanti pas libur karena selama ini mereka belum pernah hehe.
Wah kalo udah jalur KRL mah enak mbak, gak perlu transit-transit lagi.
Kalau LRT enaknya dia udah tembus ke mall mbak. Jadi turun dari stasiun, bisa langsung masuk mall. kalo di bekasi bisa turun di halte bekasi, tembus ke Revo. kalo di Harjamukti, bisa tembus cibubur junction. Wasyeeek dah
Saya pernah pas lagi di Jakarta jalan-jalan naik LRT. Gak punya tujuan kemana mana cuma ingin naik-naik aja. Sarana transportasi kereta macam LRT ini bagus menurut saya karena akan banyak orang terangkut daripada orang orang naik mobil dan menuh menuhin jalan jadi macet. Keretanya juga bagus yaa rapih, bersih dan nyaman.
Aku juga kalo lagi gabut, suka naik LRT kok mbak. Malah makin kesini, makin males bawa motor ke Jakarta. Selagi masih bisa diakses pake LRT, aku mah mending naik LRT
Di TiJe juga ada ruangan khusus kayak macam LRT gitu buat taro stroller atau semisal ada yang membawa kursi roda. Yang MRT kalo gak salah belum daku temukan.
Apik ya perjalanannya dan damai pula pas libur lebaran.
Btw, daku juga belikan naik KRL baru dong hahah
Aku malahan belom coba euy sampe sekaraang. Pengen nyobain, tapi takut kena macet wkwkwk. Kalo LRT MRT dan KRL itu kan enaknya hampir minim delay secara operasionalnya
Seru banget perjalanannya, aku pengen ajak anak-anak nih mencoba LRT dan MRT kalau ke Jakarta, di Ungaran adanya BRT hihi.. seru juga ya naik transportasi umum yang nyaman begini..
BRT juga sekarang udah banyakkkk, cuma kalo dari rumahku Bekasi agak jauh euy menuju halte BRT
Kadang dilema ya klo jalan jalan bawa stroller
Klo g bawa nanti capek gendong, klo bawa kadang juga repot
Tapi gpp lah ya, bisa jadi kenangan hangat untuk anak
Diajak jalan jalan
Kalo transumnya aman, dan disananya lebih enak eksplor via stroller, Aku sih mending bawa mbak
Aku gak bosen-bosen bilang bahwa Jakarta itu MEWAH.
Banyak sekali hal baru yang aku kagumi yang sebenernya bagi orang Jekarda maah.. uda jadi bagian keseharian mereka.
Kayak ini nih…. contohnya.
Kemana-mana naik LRT, MRT, Jaklingko, Trans Jakarta, dan transportasi massal lainnya.
Rasanyaa.. KEWREEENN giituu..
Coba kalo di Bandung, kemana-mana mah ngandelin ojeek..
Kalok ujan beceekk, ntar ga ada ojek, kata Cinca Lawraaa..
Sukaa juga main-main yang meleset dari rencana.
Pokona mah.. punya anak kicik pasti banyaakk bangeett uzurnya.
Yang inilaaah… itulaah..
Alhamdulillah aja jadi berangkat. Biasanya re-schedule tuuh..
Hihihi.. ((pengalaman pribadi yang sering begituu))
Nah itu dia juga mbak. Makanya aku tuh pas RK dikritik perkara biaya bangun mesjid Al-jabar, sebenarnya kepikiran juga.
Kok bisaaa jawa barat tuh gap transportasinya separah itu euy. bener-bener mau kesana kemiri tuh gak banyak opsi transumnya. jadi berasa banget kesenjangannya lho.
Aku ke kota tua kayaknya Desember thn yang lalu deh.. Emang udah enggak bnyak yang jualan. Lebih teratur aja.. Moda transportasi udah cukup bagus sih ya.. Bersih dan cukup nyaman, aku geh kalo naik kayak kereta atau transportasi gini jarang banget pegang hape, lebih banyak menikmati pemandangan atau suasana sekitar, rugi kalo cuman main HP aja.. Sesekali aja kalo mau ambil foto buat keperluan ngeblok
Nah iya mbak, kecuali kalo jalannya jauuuuh banget ya, boleh deh sesekali pegang hape. Tapi kalo gak begitu jauh, menurutku sebaik2nya ya menikmati suasana sekeliling harusnya
Agak OOT: saya lihat penumpang KRL itu lebih barbar daripada busway, jadi memang gerbong KRL itu mesti dijaga banget… Wkwkwkwk… Busway yg generasi pertama itu ada yg kebakaran lah, ac gak berfungsi, pintunya suka ngebuka sendiri… Jangan sampailah terulang lagi…
Walau singkat acara jalan2nya tapi tetap menyenangkan ya. Putri kayaknya bakal minta jalan-jalan pakai setelololer lagi nih 🙂
Iyaaa mbak, ngenes banget deh kalo inget zaman-zaman itu. Beneran naik bus TJ tuh berasa kayak naik rongsokan berjalan.
Alhamdulillah sekarang banyak perbaikan ya
Cerita di kota tuanya singkat amat hehe.. kesorean sih ya. Putri lagi mager yaa, jd pingin naik strololololler… :))
Btw perihal stasiun LRT Cikoko, aku dapet info dr penduduk situ, katanya yg bener namanya memang Cikoko di situ. Tp krn dari awal stasiun KRL di wilayah Cawang adanya di situ, jd namanya ttp stasiun Cawang. Alhasil jd bikin bingung ya.. KRL nya Cawang, LRT nya Cikoko.
Hahahaha, iyaaa.. beneran emang cuma nikmatin perjalanannya aja ini mbak.
Nah itu dia, emang agak bingungin ya mbak. Tp yowis lah, nikmatin aa hehehe
Nikmatilah beragam kerempongan bersama anak apalagi bawa stroller ke mana2 hahahah 😀 Zaman itu telah berlalu, anak2ku udah remaja semua, mas 🙂 Senangnya wisata ke Kota Tua naik transporatsi umu, ada KRL, LRT mantap ya aman dan nyaman. Yang penting pada gembira semua deh, walaupun iya pasti capek wkwkwkwkwk 😀
Hahaha, iya mbaak mumpung anakku masih bocah nih. Ntr gedean dikit juga udah ogah kayaknya maen ama emak bapaknya.
Duh, mas. Kalau jalan sama anak mah, bisa terwujud aja udah syukuuurrr. Molor dari jadwal itu hal biasa, hahaha.
Enak ya kalau rumah deket LRT atau MRT, dan ternyata LRT Jabodebek itu udah ramah stroller. Nah, soal KRL baru, nambah nih wishlist saya kalau bisa ke Jakarta lagi nanti.
Makanya, toleransinya mesti luaaas banget hahahaha.
Alhamdulillah, lumayan deket mas. Aku ke stasiun cuma sekitar 3 Km. Tapi kalo ke KRL agak lumayan jauh.
Sayang sih, soalnya KRL lebih murah hahaha
Beberapa kali ke Kotu belum pernah nyoba pas senja, bakalan cuakep banget sih buritan senja dipadu dengan bangunan era kolonial, primetimenya fotografer banget! Bener Mas, LRT itu ada tempat khusus buat kursi roda, stroler, sepeda lipat, aku pernah bawa sepeda lipat naek LRT dan sama juga turun di Cikoko, enak banget tinggal dorong doang karena udah ada jalurnya. KRL terbaru aku udah nyobain, hehe, 2 hari setelah diluncurkan, pas itu baru satu kereta doang yang dioperasikan kalau sekarang sudah lumayan banyak. Memang nggak bisa modal kebetulan, aku cari tahu jadwalnya dan sengaja nunggu di stasiun Bogor, niat banget hahahah
Whaa beruntungnya mbak Ire udah bisa nyobain. Saya udah 3kali bolak balik belom pernah kesampean, cuma liat doang papasan tp gak pas naik heuheu.
Walah, tp memang niat ya kalau sampai nyari jadwalnya dan rela nungguin lama.. hahaha