Iseng-Iseng Nyobain Naik LRT

Iseng-Iseng Nyobain Naik LRT

Cahaya matahari di senjakala itu perlahan kian meredup. Diselimuti oleh sempurna gelap malam yang temaram. Kumandang adzan maghrib seakan menjadi alarm rakasa bagi para manusia sibuk untuk sejenak berhenti dari segala aktivitasnya.

Tepat di momen yang sama, di dalam sebuah kontrakan nan sederhana, saya dan putri sedang duduk santai berdua. Gadis kecil itu sedang menonton ‘Kakak Nisa’ Kinderflix dari layar Tab kecilnya. Sementara saya sibuk membereskan alat-alat shalat sembari mempersiapkan segala perlengkapan sebelum berangkat menjemput Thina.

Iya, memang sudah menjadi rutinitas, 3 kali dalam seminggu saya akan pergi menjemput Thina di stasiun LRT Cikunir. Nasib punya kantor jauh di Jakarta Pusat, jadi mau tak mau tiap hari mesti pulang pergi naik kereta. Untungnya posisi kantor saya dekat, sehingga rutinitas antar jemput putri ke daycare dan jemput Thina ini tak membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

Posisi stasiun LRT Cikunir sendiri tak begitu jauh dari rumah. Hanya berjarak dua kilometer saja, setara 5 hingga 10 menit dalam waktu perjalanan normal.

Khusus hari ini, saya sengaja berangkat sedikit lebih awal. Sebab untuk pertama kalinya, saya ingin menjajal moda transportasi baru nan modern ini. Maklum, selama ini biasanya kami cuma nunggu di depan stasiun aja, belum pernah sekalipun icip-icip naik keretanya sama sekali.

Jadi rencananya, saya bakal bawa Putri buat naik kereta ke arah Jakarta.. kemudian pindah haluan, dan balik lagi ke arah Bekasi buat menjemput Thina.

Kurang kerjaan kan? Yha begitulah bapack-bapack kalo lagi gabut, hahaha

Sekilas Tentang LRT Jabodebek

LRT adalah kepanjangan dari Light Rail Transit, yang sesuai namanya memang memiliki kapasitas dan jangkauan rute yang lebih sedikit bila dibandingan dengan MRT (Mass Rapid Transit) dan Commuter Line.

Salah satu ciri khas yang paling menonjol, kalau LRT ini biasanya hanya menggunakan lintasan layang tersendiri. Berbeda dengan MRT yang acapkali menggunakan lintasan bawah atau Commuter line yang menggunakan lintasan di atas tanah.

Meski begitu, baik LRT, MRT dan Commuter Line memang punya trayeknya tersendiri, sehingga kehadiran ketiganya justru membuat opsi transportasi publik makin banyak dan efisien.

LRT Jabodebek sendiri saat ini baru melayani dua rute utama yaitu Cibubur Line dan Bekasi Line, yang menghubungkan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Rute Cibubur Line dimulai dari Dukuh Atas hingga Harjamukti, sementara rute Bekasi Line menghubungkan Dukuh Atas hingga Jati Mulya.

Peta rute LRT Jabodebek | Sumber : Traveloka

Tarif dan Metode Pembayaran LRT

Kalau sebelumnya sudah pernah menjajal kereta commuter line atau TransJakarta, harusnya sih ga bakal bingung ya ketika masuk ke dalam stasiun LRT. Karena secara metode pembayarannya bisa dibilang hampir sama persis, cuma beda di tarifnya aja.

Kalau punya kartu uang elektronik macem Flazz, eMoney atau Brizzi, itu semuanya bisa dipake kok disini. Pun begitu juga dengan Kartu Multi Trip. Atau kalau males repot, bisa juga pakai aplikasi LinkAja. Jadi nantinya, untuk proses tap in dan tap out-nya ga mesti ribet pake kartu lagi, melainkan bisa langsung pake smartphone.

Tapi yang perlu dicatet, tarif di LRT tuh emang paling mahal euy. Yha, mungkin efek dari biaya pembuatannya yang cukup mahal, sehingga berimbas ke tarifnya yang lumayan tinggi. Gambarannya kurang lebih seperti ini :

AspekMRT JakartaLRT JabodebekKRL Jabodetabek
Tarif DasarRp 3.000 / stasiun pertamaRp 5.000 / Km pertamaRp 3.000 / 25 Km Pertama
Tarif TambahanRp 1.000 / stasiun berikutnyaRp 700 / km berikutnyaRp 1.000 / 10 km berikutnya
Tarif MaksimalRp 14.000 /  perjalananRp 10.000 di luar jam sibuk.Rp. 10.000,-


Lha, apanya yang mahal? Itu maksimal cuma 10 rebu doang?

Nah ini, perlu kita ketahui kalo di LRT tuh ada yang namanya tarif khusus di jam sibuk alias rush hour. Yang berlaku 2 kali dalam sehari, yakni di pagi hari (06.00 – 8.59) dan sore hari (16.00 – 18.59).

Baca Juga :  Evaluasi dan Resolusi di Tahun 2024

Selama dua periode rush hour tersebut, secara tarif sih sebenarnya tidak ada perubahan ya. Tapi dari sisi tarif maksimum-nya, itu bakal meningkat drastis banget dari yang tadinya Rp. 10.000,- jadi Rp. 25.000,-.

Ini tentunya bakal kerasa banget, kalau misalkan kalian menggunakan LRT untuk jarak tempuh yang cukup jauh. Mangkanya jangan kaget, kalo misalkan di beberapa stasiun LRT itu malah ada antrian panjang pas mendekati jam 7 malam.

Itu karyawan kerah putih lagi pada nungguin rush hour kelar, hahaha

0-0x0-0-0#

Oya, ini kan rencana saya tuh pengen pengen pulang pergi, alias tap in dan tap out di stasiun yang sama. Ternyata ini juga ada aturannya juga lho! Kalau misalkan durasinya masih di bawah 1 jam, itu bakal kena biaya Rp. 5.000,- aja.

Tapi kalau misalkan lebih dari 1 jam, bakal kena tarif maksimal tergantung jam kita masuk. Jadi bisa antara Rp. 10.000,- atau Rp. 25.000,- tergantung kita masuk rush hour apa enggak.

Ah, ini kayaknya sih ga bakal sampe sejam dah. Jadi santai wae lah.

Menikmati Kereta Karya Anak Bangsa

Setelah tap in dan memasuki area peron, saya langsung merasa takjub karena vibes-nya terasa seperti di negara maju.

Berbeda dengan kereta commuter line yang area peronnya blong tanpa ada pembatas apapun, di LRT ini akses masuk keretanya dibatasi oleh dinding panjang dengan pintu otomatis. Kereta yang datang akan berhenti di posisi yang akurat sesuai ditentukan, sehingga proses naik turun menjadi sangat aman.

Memasuki kereta, hal menakjubkan lainnya sudah menyambut saya. Di area kemudi, nampak kosong melompong dan tak ada siapapun yang mengendalikan kereta ini. Aneh, sebab di saat yang bersamaan kereta sedang melaju dengan kecepatan tinggi.

Kekuatan gaib kah?

Oh tentu tidak, hahaha. Kenapa bisa kosong gitu, ya karena memang LRT itu driverless alias tanpa masinis. Keseluruhan sistem kemudi disini menggunakan sistem komputerisasi otomatis nan canggih dan dipantau dari jarak jauh oleh Pusat Kendali Operasi alias Operation Control Center (OCC).

Dan karena otomatis, maka tugas operator OCC disini memang hanya memantau saja. Mereka baru akan melakukan intervensi kalau terjadi malfungsi atau ketidaksesuaian, seperti adanya keterlambatan, gangguan suplai daya, dan sebagainya.

Lebih takjub lagi, ternyata di dalam gerbong kereta ini ada logo INKA. Menandakan bahwa kereta LRT ini bukan barang impor china, melainkan mahakarya asli dari anak bangsa. Lebih tepatnya, kereta ini diproduksi di Madiun, Jawa Timur.

Gila sih, kereta secanggih ini bisa lhoo kita bikin sendiri. Ini industri otomotif ga ada rencana bikin juga? hahaha

Suasana di dalam gerbong sendiri, menurut saya sangat nyaman. Meskipun ukuran gerbongnya memang kalah besar dibandingkan commuter line, tapi tak sampai terasa sempit dan sesak. Jumlah kursi memang tak terlalu banyak, tapi menurut saya cukup pas sih. Toh, naik kereta begini kan memang diutamakannya ya berdiri. Area kursi itu lebih ke orang-orang yang membutuhkan saja.

Informasi seputar perjalanan sangat mudah untuk diakses, karena disajikan dalam berbagai metode penyampaian. Pertama, melalui audio speaker yang akan secara berkala memberitahukan posisi kereta dan stasiun berikutnya. Kedua, layar LCD di atas pintu masuk pun selalu menampilkan informasi yang sama dalam visual yang mudah dimengerti. Dan terakhir, jika ingin melihat peta rute secara keseluruhan, ada juga kok peta yang dipajang.

Kalau masih bingung juga, maka kita bisa bertanya ke petugas yang bakal bolak balik memeriksa gerbong sepanjang perjalanan. Yah, pokoknya buat para newbie dan foreigner, moda transportasi ini sih nyaman dan mudah banget.

Baca Juga :  10 Tahun Berlalu. Ternyata Oh Ternyata, Kita Semua Sudah Tua.

Dari sisi kebersihan juga, memang luar biasa sih. Proses maintenance yang di-manage dengan baik membuat kereta senantiasa kinclong, adem dan wangi. Saya jadi teringat konten salah satu youtuber bule yang mencoba MRT, lalu membandingkannya dengan kereta di amerika.

“The area is very clean, and the people are very humble. In NYC you can find many rats roaming around and a smell of urine everywhere.”, ujar bule tersebut.

Meski begitu, Jumlah penumpang di dalam gerbong ini terpantau hanya sedikit. Bisa dilihat dari banyaknya kursi kosong yang membuat ruangan jadi sangat lengang. Tapi ini wajar, sebab kereta yang saya naiki ini memang dalam jalur contra flow, mengarah ke Jakarta di waktu pulang kerja.

Gapapa lah, kan enak jadinya putri bisa duduk santai. (Meskipun ini anak malah keliatan tegang mukanya)

Berpindah Haluan di Stasiun Halim

Setibanya di stasiun Halim, saya langsung menggendong putri turun dari kereta. Sesuai rencana, kami akan berpindah peron dan naik kereta kembali ke arah Bekasi. Tapi kemudian, saya malah terjebak dalam kebingungan.

“Lha ini pindah peronnya lewat mana? Kok bentuk stasiunnya beda ya ama stasiun pertama tadi?”

Ternyata oh ternyata, saya baru inget. Stasiun Halim ini tuh bukan cuma sekedar stasiun LRT aja, melainkan digunakan pula sebagai stasiun transit menuju ke Kereta Cepat Jakarta – Bandung alias Whoosh!

Pantesan, dari pas turun kereta aja vibes-nya udah beda. Dari pintu kereta ke gerbang peron aja sampe ada jaraknya gitu.. ya ternyata itu tuh buat akomodir kereta cepat toh rupanya..

Meski begitu, petugas yang berjaga langsung sigap melihat ekspresi saya yang kebingungan. Beliau langsung mengarahkan saya untuk turun eskalator dan menghampiri petugas lainnya.

“Ke arah sana aja mas.. arah pintu keluar, nanti bilang aja ke petugasnya mau pindah peron gitu ya..”

Saya langsung mengangguk, seraya berjalan kaki sesuai petunjuk. Petugas yang berjaga di gate pun tak kalah ramah. Saya diarahkan untuk naik eskalator, lalu turun lagi agar bisa berpindah peron sebelah.

“Nanti turunnya pake lift aja mas, gapapa kok..”, ucap masnya sambil tersenyum. Mungkin melihat saya kerepotan menggendong Putri.

Ternyata begini ya privilege kalo bawa bocil. Jadinya dibolehin pake fasilitas-fasilitan kheuseus, hahahaha

Akhirnya Ketemu di Gerbong yang Sama

Sekitar 5 menit sejak duduk manti di peron, smartphone saya kemudian berbunyi. Sepertinya Thina menelpon, ingin mengabarkan posisinya yang sudah mendekat ke arah stasiun Halim.

“Kamu di Gerbong berapa?”, tanya saya sambil mencengkram Putri.

Thina menjawabm, “Gerbong kedua dari belakang pih..”

“Oh yaudah.. nih aku juga udah sampe Halim kok”, ucapan saya langsung disambut kata ‘Hah?’ dengan nada keheranan dari Thina.

Sejurus kemudian, sebuah cahaya terang bergerak ke arah kami. Sepertinya kereta sudah semakin dekat, dan akan secepatnya tiba. Saya pun langsung berpindah posisi, mendekat ke gate nomor 5 sesuai informasi dari Thina.

Saat pintu terbuka, Putri langsung heboh. Seneng banget dia akhirnya ketemu sama maminya lagi. “Mami.. mamiii..mamiiii..”, teriaknya berulang-ulang.

Saya pun langsung memindahkan putri ke pangkuan Thina. Sembari sekilas mata saya coba menangkap suasana di sekeliling gerbong. Kali ini tingkat okupansinya lebih tinggi, lebih ramai dan banyak penumpang berdiri. Saya terus celingak celinguk, karena merasa ada sesuatu yang janggal.

Rasanya kok kayak ada yang aneh, tapi apaaa ya?

Ketika mata saya tertuju ke arah bawah, barulah saya tersadar. Buseeet, ini semuanya kan orang-orang pada pulang kerja yak.. Masih pada pake outfit-nya rapi, bahkan beberapa ada yang pake blazer dan celana bahan. Saya malah dengan santainya pake celana pendek, kaos oblong dan sendal ceplek!

Bener-bener macem fashion terrorist get on caught, alias beda sendiri, hahaha

Untungnya Thina mah udah paham ya sama kelakuan suaminya begini. Coba kalo saya janjiannya sama orang laen, mungkin tu orang langsung pura-pura ga kenal deh sama saya.

“Maaf, kamu siapa ya? Security.. tolong security.. lempar aja ni orang dari kereta.”

Bekasi, 27 Oktober 2024
Ditulis sembari menunggu jemuran mengering

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

More Reading

Post navigation

19 Comments

  • Cakep juga bagian dalam LRT ini Mas.
    Saya belum pernah mencoba naik LRT. Sekarang seringnya naik KRL saja. Itupun kalau saya berkunjung ke rumah anak, biasa naik dari Bogor, setelah turun dari kereta dari Sukabumi.

    Perlu juga nih kapan-kapan saya coba naik LRT ini.

    Salam,

  • hahahaha, kl saya liat orang pake kostum santay di LRT pas rush hour pasti mikirnya langsung gini, keren nih orang. Pasti dia keluar rumah karena ada urusan, selebihnya dia sibuk dari rumah krn WFH atau malah punya usaha sendiri (amin sodara sodari?). Eh, tp beneran aku mikirnya gitu loh. Di mall jg, kl pas lg cuti dan liat ada org bawa2 laptop dan serius bgt, lgsg kagum. Wah, dia punya usaha sendiri, jd gak perlu ngantor. Pdhal mungkin dia lagi main game :)))

  • Huâhahah endingnya lucu banget. Membayangkan outfit Mas Fajar yg santai sendiri sementara yg lain pada serius.

    Keretanya bagus ya dan bersih. Alhamdulillah tarifnya juga masih terjangkau. Semoga kelak saya bisa cobain naik LRT juga bareng Saladin.

  • bisa jadi kalau aku lagi gabut mungkin naik kereta mondar mandir juga hehehe
    seneng akhirnya negara sendiri punya MRT, LRT, memudahkan pekerja buat mobilisasi pastinya, lebih cepet sampe tujuan juga
    vibes nya naik kereta kalau pulang kerja rasanya liat orang pada semangatt gitu, jadi kan kayak kita jadi ikutan semangat yak hahaha

    seneng banget putri ketemu mamanya, jalan jalan sore yang menyenangkan ini

  • Hahahhaaa, kalimat penutupnya sukses bikin saya ngakak. Seru banget kan naik LRT. Saya pun sudah beberapa kali naik LRT, rata-rata buat datangin event sih. Salah satunya pas grand opening HokBen+ di kota Bintang Bekasi.

    Kalau bukan jam sibuk, emang nyaman banget. AC nya pun beneran berasa, view nya cakep pula. Sekalian ngonten saya kalau naik LRT atau MRT hahaha.

    Putri pun terlihat sangat happy lho. Apalagi momen pas ketemu sama Mami nya . Semoga saja kedepannya makin banyak jalur LRT. Biar makin terintegrasi gitu. Mana tau nanti Bogor juga punya LRT, bangga juga karena ini beneran karya anak bangsa yak.

  • Aku baru sekali naik LRT , yg dr velodrome ke mall klp gading . Tp Ama suami, Krn jujurnya buta bener2 mas , . MRT baru sekali juga, itu pun pas perdana jalan, msh gratis hahahaha.

    Tp seneng sih Krn MRT LRT kita bersih, teratur, semoga aja bisa ttp di maintain begitu. Bedaaa memang Ama subway di US mas . Ya Allah adidaya ga menjamin transportnya bersih yaaa.

    Aku naik pas di Boston, amit2 bau Pesing, jorok, bau ganja campur JD satu . Sujud syukur aku ga liat ada tikus.

  • Mengawali tulisan dengan sentuhan senja , ah aku suka.

    Aku salah satu orang paling beruntung karena sudah ada LRT karena area Timur dan bekasi sudah sangat dimudahkan dan lagi memang pelayanannya juga bikin nyaman.

    Makin happy lihat senyum putri dengan maminya, aah sehat2 ya kalian.

  • Huhuhu, kalo dari ceritanya kok bikin pengen nyobain sih. Apalagi aku suka kalo liat tempatnya bersih gini. Aku pernah naik MRT tapi penasaran jg sama LRT, apakah mirip sama kalayang yg di bandara soehat

  • Perjalanan seperti ini akan selalu diingat Putri. Ayah Fajar in syaa Allah jadi cinta pertamanya
    Senangnya ya ada LRT di sana. Entah kapan di kota saya bisa setertata itu transportasi umumnya.

  • Seru banget pertama kali nyobain naik LRT! Cepat, nyaman, dan gak macet. Jadi pengen sering-sering naik deh. Harapannya rute LRT bisa terus diperluas ya, biar makin banyak yang bisa menikmati transportasi umum modern ini.

  • saya sudah 2 tahun hampir full menggunakan public transportasi ini Mas, senyaman itu memang sekarang, apalagi setelah ada LRT helpful banget sama semua kerjaan super cepat dan nyaman, meskipun dari sisi harga lebih costly dibanding dengan KRL atau MRT, tapi nyaman banget

  • Kebetulan baca ini tadi saya baru naik lrt lalu pindah ke kereta cepat menuju Bandung, memang lrt ini adalah kebanggaan bangsa Indonesia karena kita punya moda transportasi yang sekarang ini

  • Aku belum pernah coba nih naik LRT pas musik Bogor padahal sepupu-sepupu yang di Bekasi sudah jadiin LRT ini transportasi utama bepergian, nggak bawa mobil pribadi lagi

  • Perlu juga nih berpetualang naik LRT.
    Tapi milih jam yang gak pas rush hour gitu yaa.. Kayanya ko ada rute dari sekolah anakku ((Harjamukti, itu Cibubur, bukan??)) sampe ke Jekarda nih..

    Waah.. beneran Jekarda mah beda yaa.. Semacam, dibalik kesulitan, ada kemudahan.
    Hehehe..

  • saya pengguna setia LRT dna MRT Mas sekarang kemana-mana enak ga usah capek nyetir dan lokasinya dekat dengan rumah, sekarang cukup nyaman transportasi untuk bolak balik Jakarta, ramah juga buat anak-anak dan lansia

  • Asyik banget bisa keliling naik LRT sama si cantik Putri ya, untung dia anteng diajak keliling ya. Dan pas juga LRTnya nyaman banget tuh, yang paling penting adalah bersih.
    Paling risih kalau naik trasportasi umum tapi kotor, meskipun pandemi udah lewat, saya masih parno dengan ketularan penyakit ini itu dari transportasi yang nggak terjaga kebersihannya.
    Btw, manis amat senyumnya Putri pas ketemu maminya ya

  • Saya sampai sekarang belum kesampaian cobain LRT Jabodebek (dan Kereta Cepat Whoosh), mas. Lho, gerbang masuknya udah ada “daun” otomatis gitu ya. Kayaknya pas terakhir lihat dari dokumentasi orang-orang, gerbang masuknya masih kayak KRL yang model dorong putar.

    Btw, dinding di peron itu namanya automated platform screen doors (PSD), kalau diindonesiakan mungkin disebut pintu peron aja. Kita patut bangga karena semua MRT dan LRT kita ada PSD. Di banyak negara, termasuk Eropa, banyak yang nggak pakai PSD karena model lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *