Pernahkah kamu berada di satu titik, dimana tiba-tiba tubuh yang selama ini tangguh mendadak terasa rapuh?
Kala mentari pagi yang biasa menyapa, seakan meredup dan tertutup sinarnya. Membuatmu mengawali hari dengan rasa sendu dan gundah gulana. Perjalanan menuju kantor terasa hampa, selayaknya sebuah gelas kosong tak ada isinya. Bahkan lembut desir angin semilir seakan jadi suara yang menyakitkan telinga.
Dan kala tubuhmu tiba di hadapan kursi dan meja, rasa lelah itu kian menjalar dan menjadi nyata. Seketika jiwamu seakan telah mati rasa, membuatmu tenggelam dalam lamunan penuh tanya. Tak sering, semua ini bermuara pada perasaan putus asa.
Overthinking, jika meminjam istilah generasi masa kini.
Fase berikutnya, sebuah pertempuran antara hati dan logika terjadi dalam kepala. Semua yang telah kamu miliki seakan kehilangan maknanya. Segala pencapaian hidup yang telah kamu raih seakan tak ada artinya. Tak lagi ada kepuasan serta kebanggaan, yang kamu lakukan hanyalah komparasi ke sisi kiri dan kanan.
Seakan mereka semua adalah makhluk unggulan, sementara dirimu hanyalah sebuah tulang berbungkus daging nan rendahan.
Pernahkan ada di titik itu? Atau sekarang ini sedang kamu rasakan?
Mari rebahkan tubuh sejenak. Luruskan tubuh, pandangi langit-langit seraya menarik nafas yang tenang dan panjang…
Lewat tulisan ini, mari kita merenung bersama-sama.
Lelah Itu Biasa. Semua Pun Sama.

Tak apa jika kamu merasa lelah. Tak apa jika mendadak kamu hilang arah. Toh, dirimu itu memang hanyalah manusia biasa dengan segala kekurangannya. Diciptakan dengan jiwa, emosi dan logika yang kadang berseteru satu sama lainnya.
Satu hari kamu merasa sukses besar, hari lainnya mungkin terasa datar dan hambar. Tak mengapa, sebab itulah pertanda bahwa kamu itu manusia. Bukan seonggok robot yang tak berjiwa.
Beristirahatlah sejenak, tak perlu berlari terus tanpa henti. Tak mengapa, kamu tak harus jadi versi terbaikmu setiap hari.
Tak Mengapa Untuk Jadi Biasa-Biasa saja.

Dalam hidup ini, seringkali kita terobsesi untuk mengejar kesuksesan.
“Aku gak mau jadi orang GAGAL. Pokoknya aku harus SUKSES”
Bagus? Tentu saja. Itu akan menjadi bekal motivasi yang berharga.
Tapi satu hal yang sering kita lupakan adalah, bahwa sukses dan gagal adalah dua buah frasa dengan parameter yang abstrak. Tak pernah ada indikator baku, sehingga nilainya acapkali bisa bergeser dan berubah dari waktu ke waktu. Ubah sedikit sudut point of view-nya, maka outputnya bisa berbeda.
Satu hari saya pernah merasa gagal, sebab setelah berpuluh tahun merantau, saya masih belum sanggup untuk membeli mobil dan rumah. Sampai kemudian saya bertemu dengan teman sejawat yang punya nasib berbeda. Apa katanya?
“Wah gila lu mah udah enak banget ya. Kerjaan udah settle, motor ada, udah punya sama anak istri. Lha gue mah sampe sekarang udah mah jomblo, pengangguran pulak. Ngelamar kesana-sini belum ada yang nerima”.
Ternyata, kegagalan dalam hidup saya, adalah kesuksesan dalam sudut mata orang lain.
Pun begitu pula sebaliknya. Ada satu teman yang menurut saya sudah sukses luar biasa. Rumah terbeli, mobil pun sudah tersedia. Sesekali ia posting liburan di luar pulau bersama keluarga. Namun apa kata beliau?
“Gue mah masih kalah jauh euy. Sampe sekarang baru sanggupnya beli mobil sedan doang, bekas pulak. Di keluarga gue yang mobilnya butut kayak gini tuh cuma gue doang. Malu gue kalo lagi ngumpul.”
Ternyata sebuah kesuksesan menurut kacamata saya, adalah kegagalan dalam sudut pandang orang lain.
Itulah mengapa, tak masalah untuk menjadi manusia biasa-biasa saja. Kamu tak mesti harus selalu lebih unggul dari siapapun. Karena sejatinya kamu bisa jadi manusia sukses sembari menjadi manusia gagal di saat bersamaan. Adalah sudut pandangmu yang sejatinya paling menentukan.
Belum Jua Reda? Cobalah Untuk Bicara

Dua poin diatas sudah dicerna, tapi masih kurang membantu?
Well, kalian mungkin butuh sebuah obat yang istimewa. Obat ini tak terdapat resep kimia, bahkan tak bisa dibeli di apotek manapun. Dan kalau kalian belum tau obatnya apa, obatnya adalah…. Ngobrol.
Ya, mungkin terdengar sederhana. Tapi sebenarnya, ngobrol itu punya peranan penting dalam ketentraman jiwa. Berinteraksi dengan teman, bahkan dalam percakapan singkat, dapat meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi stres. Sebuah studi menunjukkan bahwa satu percakapan dengan teman per hari dapat memberikan efek positif signifikan pada kesehatan mental seseorang.
Kala mood-mu buruk, cobalah mengobrol dengan teman sefrekuensimu. Sebab penelitian membuktikan bahwa sebuah obrolan santai bisa memberi dampak positif pada mood secara keseluruhan.
Merasa kesepian? Ngobrol pun bisa menjadi solusinya. Berbicara dengan orang asing atau kenalan dapat mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kesehatan mental.
Tapi yang perlu diingat, ngobrolnya dengan orang yang tepat dan satu frekuensi ya. Jangan malah ngobrolnya sama orang yang toxic atau ada udang dibalik bakwan. Yang ada ntar malah makin nambah bete dan insecure deh jadinya.
Nah, kalau kalian bingung cari teman ngobrol yang tepat seperti apa. Izinkan saya memperkenalkan….
Mbak Nik : Life Coach dan Neuro Semantician

Jika obrolan sederhana dengan teman sejawat saja bisa memberi manfaat yang luar biasa, maka bayangkan kalau kamu ngobrol dengan seorang ahli yang tepat.
Dan kebetulan, Mbak Nik adalah salah satu sosok terbaik yang saya kenal. Kami berkenalan sebuah komunitas blogger, dan kala melihat isi blog-nya (www.niksukacita.com) saya bisa menangkap begitu banyak renungan dan filosofi yang mendalam. Pantas saja, kalau sudah ada begitu banyak orang yang terinspirasi dan berkembang bersamanya.
Apalagi di zaman sekarang, kala kehidupan terasa serba cepat, melelahkan dan penuh tekanan. Hal yang membuat begitu banyak generasi masa kini sering merasa hidupnya hampa dan kehilangan arah tujuannya. Saat itulah, sosok Mbak Nik akan menjadi cahaya penerang yang dibutuhkan kita semua.
Beliau punya sebuah program bernama Refresh Your Soul dan Hidup Berkehidupan. Merupakan sebuah pelatihan transformasional dengan metode Meta-NLP (Neuro Semantics).
Buat yang belum tau, Neuro-Semantics ini adalah sebuah bidang keilmuan yang
mempelajari bagaimana makna yang diberikan oleh seseorang memprogram pikiran, perasaan, ucapan dan tindakan seseorang. Pendekatan ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan refleksi untuk mencapai potensi tertinggi seseorang.
Pelatihan ini bisa cocok untuk seseorang yang ingin mencapai potensi tertingginya, agar kelak bisa menjadi diri yang lebih baik lagi ke depannya.
Kita akan dibawa untuk memahami peran dan makna kehadiran kita di dunia. Membuat kita kelak bisa menemukan alasan dalam setiap langkah, serta memaknai setiap peristiwa sebagai materi hidup dalam menggapai setiap tujuan.
Untuk detil profil beliau, bisa di unduh disini ya.
Kalian mau coba daftar untuk konsultasi? Silahkan chat langsung aja yaa ke beliau.
Bekasi, 25 April 2025
Ditulis setelah mengganti lampu malam yang sudah meredup.
Jika obrolan sederhana dengan teman sejawat saja bisa memberi manfaat yang luar biasa, maka bayangkan kalau kamu ngobrol dengan seorang ahli yang tepat. -> ah, ini bener banget. Ngobrol sama temen sefrekuensi aja terkadang sudah cukup untuk “mengobati” rasa lelah yang hinggap, apalagi kalau ngobrol dengan yang ahli. Bukan hanya hilang, tapi jadi lebih terarah dan semangat terbangun kembali.
Seneng banget yaa kalau nemu temen yang tepat kayak ginii.
Yeppp setujuu bangett, ngobrol tuh “obat” mujarab loh.
Aku sharing dikit ya Jar.
Pasca Lebaran, aku didera anxiety yang cukup gangguuu banget, karena sodara2 ipar dan sepupuku kan berprestasi di ranahnya masing2, ada yg Direktur RS, ada yang dokter patologi anatomi, calon prof di ITB, pokoke top tier dahh. Aku insecure dongg, ya ampun OVT beraatt.
apa yg kulakukan? Setelah lebaran usai, dan tamu2 pada pulang, aku main ke rumah mba Maria Tanjung, bloger/bestie aku. Wis, pokoke aku curhaaaatttt maksimal, dan legaaaa pol rasanya abis ngobrol ama dese!
Ngobrol emang obat yang tepat, karena nggak cuma ngeluarin apa yang kita rasain, tapi bisa juga dapat pandangan dari sisi lain yang mungkin selama ini tidak kita sadari.
Pas lihat foto pertama hmmm ternyata bener, Mas Fajar lagi ama Kak Nik. Ternyata bukan sekadar ngobrol ya tapi sekalian konsultasi / healing? Ilmu NLP ternyata luas ya (dulu tahunya NLP untuk bidang pendidikan).
Ngobrol itu banyak manfaatnya. Selain dari obrolan bisa tau berbagai hal bermanfaat, juga bisa melepaskan beban yang selama ini dipendam. Asalkan pas dengan teman mengobrol. Dan saya pun merasakan ada di fase itu. Kok sudah berusaha maksimal, tapi hasilnya giitu-gitu aja. Sedangkan orang lain kok bisa dapat hasil lebih. Namun kembali kuncinya harus bersyukur karena kadang sawang sinawang.
aku banget ini mas belakangan ngerasa stagnan, jenuh. apalagi kalo buka instagram malah bawaaannya overthinking, insecure, pokoknya mood jadi jelek. karena ngeliat temen2 yang sekolah atau kampus mereka bisa terlihat bahagia. meski aku selalu menyakinkan diri kalo tiap orang ada waktunya masing2. tapi ternyata nggak gampang hehe
setuju banget, ngobrl jadi salah satu cara yang efektif buat balikin mood. tapi, kendalanya adalah menemukan teman sefrekuensi yang bisa diajak ngobrol itu susah bangeeettt wwkwk.
Kemarin baru reuni jumpa teman SMA setelah 10 tahun. rasanya memang seperti obat, kala kita dalam arah kebingungan dan punya teman cerita yang mendengar. Bercakap dengan mereka benar-benar memperbaiki mood dan hari yang sedang kacau.
Ternyata bener mba nik. Pas liat foto pertama kok kayak kenaaal hahahahaha.
Aku ngerasain banget , 2019 ngerasa jenuh, ga semangat, tiap ke kantor. Dari awal pagi aja maraaaah Mulu. Ga pengen berangkat , sampe anak2 jadi pelampiasan emosi . Krn waktu itu suasana kantor udah ga enak. Job desk diganti semua.
Paham sih kita ga boleh di comfort zone. Tapi aku juga tahu kelebihan ku di mana, kekurangan ku di mana. Dan ngelakuin job desk yg memang ga sesuai Ama bidangku ya cuma bikin stress lama2. Akhirnya pikir panjang lebar, mutusin utk quit aja. Toh selama ini gajiku semuanya utk traveling kok, jadi aku berhenti pun, palingan ngefek ke jalan2 keluarga yg ga bisa sesering mungkin kayak zaman kerja.
Tp aku mentingin kewarasan mental drpd maksain kerja demi gaji tp mental ku tersiksa.
Ga nyesel Ampe skr. At least aku bisa rileks, ga marah2 lagi tiap pagi, hubungan ke anak juga membaik. Belajar hal baru kayak masak, walau msh bukan hobi, tp masak itu nyenengin juga kadang .
Coba kalo aku udh kenal mba nik pas lagi stress2 nya itu, udh ngobrol deh
Ngena banget emang. Apalagi terkait tolak ukur sukses dan gagal, nggak ada indikator serta parameter yang fix ya. Tiap orang bisa mengartikan berbeda. Faktanya overthinking itu menyiksa sekali lho kalau dibiarkan begitu saja tanpa ada solusi dan pengendalian.
Ciamik lah, ngobrol sama orang yang tepat udah paling bener. Rupanya kawan blogger lengkap, mba Nik bisa jadi Life Coach yang sukses dan bantu banyak orang dimasa mendatang. Sukses terus .
Saya sangat relate dengan apa yang disampaikan dalam artikel ini. Ada kalanya kita merasa seperti berjalan dalam kegelapan tanpa tahu arah tujuan. Mengambil jeda dan berani membuka diri memang menjadi kunci untuk menemukan kembali pijakan. Terima kasih atas perspektifnya yang membuka mata ya, Fajar. Pas banget ya ketemu sama Nik yang jadi Life Coach dan bisa konsultasi serta bertukar pikiran.
Kalau merasa hampa kayak gitu mendekart burnout gak sih namanya? Emang gejala psikis yang sering dihadapi sehari-hari harus diterapi oleh orang yang tepat dan metode yang tepat ya. Kagum juga sih sama mbak Nik pertama kali berkunjung ke blognya, punya bahasa yang “agak laen” dengan kebanyakan, tapi bisa kena juga ke hati terdalam ciyehh.. Ternyata memang profesinya sebagai Life Coach yang membuatnya beda. Ilmunya tingkat tinggi nih mbak Nik 🙂
Bener banget Kak, saat ini saya sedang dalam kondisi lelah banget, pekerjaan kantor sedang dalam puncaknya, menguras emosi, pikiran dan tenaga. Butuh break sebentar saja untuk bisa kembali dengan fresh.
Biasanya saya masih bisa me time termasuk nulis, baca buku atau sekedar chita chat dengan teman. Kali ini sampai tidak bisa melakukannya sehingga semakin menumpuk dan mau meledak rasanya.
Ok menepi sejenak dan bercakap baik dengan diri sendiri maupun dengan sahabat, termasuk sahabat seumur hidup
Terima kasih remindernya, ngena banget ini
Punten, Mas Fajar kelahiran tahun berapa dah? Kan kata overthinking udah terbilang lama istilahnya dan kata dari bahasa Inggris pula hehe.
Bener, kalo lelah istirahat aja dulu. Lakukan apa yang disuka, atau sejenak zikiran biar adem. Jangan dipaksakan harus A, lalu ke C malah jadinya gak nyaman buat raga apalagi di jiwa. Di sini perlunya diri buat peka ya.
Baru rame sekarang-sekarang sama gen z mbak hehehe
Jadi orang biasa bukan berarti tak baik
Bagi saya, lebih baik tak dikenal orang di dunia selama penghuni langit mengenal saya
Sebab tujuan akhir hidup bukan di dunia
Masih sangat panjang perjalanan
Berbincang dengan pasangan menjadi obat
Wah, sempat ketemuan sama mbak Nik ya mas?.
Pantas ya, klo aku baca tulisannya sangat filosofis, ternyata beliau seorang coach dan pakar neuro semantician ya
Btw, suka tulisannya mas. Membuat kita bisa mindful menjalani kehidupan
Iya ngobrol dengan teman saja bisa menenteramkan, apalagi ngobrol dengan ahlinya ya seperti Mbak Nik, kita bisa dapat solusi dan insight baru untuk masalah kita..
Kalo ngikutin standar orang-orang mah sepertinya gak akan ada habisnya ya.. Apalagi liat pencapaian di medsos…Sementara jiwa raga udah capek banget.. Kadang aku juga gitu ngerasa enggak sanggup.. Kalo udah gitu enggak mau maksa ah.. Yg ngerasa dampaknya kan ke diri sendiri.. Jadi kalau enggk sanggup aku say gud bay aja..dari pada aku yg senewen… Apalagi ada istilah keluar dari zona nyaman.. Ah itu mah istilah yng di buat”aja… Wong hidupku ini kepingin adem ayem… Tantangan boleh tapi kalo ngerasa enggak sanggup ya cukup tau diri dari pada ku tersiksa..hikks
Betul mbak. Gada masalah dengan comfort zone. Asalkan kita tetap berkembang dan lebihj baik, ya ndak masalah.
Gak mesti hidup tuh dibikin susah & berat mulu
Pernaaah bangeett..
Rasanya apa yang aku lakuin kek belum ada apa-apanya. Jangankan sama orang lain, biasanya circle terdekat (aka. Ibu) kerap membandingkan pencapaian satu anak dengan yang lainnya.
Dan ini menjadi bibit ternyata sikap yang kurang baik juga aku terhadap anak-anakku.
HUhuhu.. rasanya ingin stop menilai seseorang dari harta yang uda mereka miliki.
Asalkan mereka bahagia dan berjalan on track, aku rasa itu uda pencapaian terbaik.
Kadaang, aku gak bisa ngebayangin jadi seorang kak Nik yaa..
Yang kudu life coach banyak orang… apakah ka Nik juga merasakan di titik lelah yang sama?
Sehat-sehat selaluuu sahabat blogger.
Semoga lelahnya menjadi lillah.
Aamiinn~
Buat kak Nik… terima kasih atas semua tulisannya yang mengguyur jiwa-jiwa lelah ini dengan penuh kasih sayang. Semoga ka Nik senantiasa diberi keberkahan dalam menjalani hari-hari yang menyenangkan dan penuh warna.
bener banget Mas Fajar, ngobrol itu salahs atu obat mujarab untuk melelpas lelah dan penat, even kita ga ngobrolin masalahnya, tapi ngobrol yang lain, itu kayak batu ngrai banget masalah kita
Pasti seru banget niy Mas Fajar ngobrol sama mba Nik yang super filosofis, pasti kayak dapat insight banyak ya ngobrol sama mba Nik yang apalagi seorang Life Coach dan Neuro Semantician
pas liat foto awal, aku kira foto AI gitu mas Fajar, kok bisa mirip mas fajar sama mba Nik, ehh ternyata foto beneran hehehe
bener banget, obat BT adalah ngobrol dengan orang yang tepat, sahabat yang bisa dipercaya.
kalau udah gitu,biasanya perasaan akan menjadi plong
memang terkadang kita terobsesi kudu nyampe puncak dengan cara cepet, dan mengorbankan kesehatan diri sendiri dan berakhir stres, kalau udah gini bisa bikin diri sendiri juga repot
Ada rasa yang relatable banget saat dijelaskan tentang momen kehilangan arah dan overthinking, karena ya jujur aja, siapa sih yang gak pernah ngerasa kayak gitu? Tapi yang bikin tulisan ini beda adalah caranya ngajak kita buat berhenti sebentar, tarik napas dan… ngobrol. Bukan cuma nyuruh healing doang, tapi beneran ngasih sudut pandang dan solusi yang manusiawi. Apalagi pas masuk ke bagian cerita tentang sudut pandang orang terhadap sukses dan gagal—itu jleb banget. Kita sering lupa, kalau standar hidup tuh sebenarnya gak satu arah
orang lelaki kalau ada masalah mereka memilih untuk diam dan selesaikan sendiri. berbanding orang perempuan. ada masalah mereka luahkan sama ada melalui percakapan atau penulisan.
saya pernah terbaca, perempuan paling ramai jumpa kaunselor berbanding lelaki kerana itu antara cara mereka melepaskan apa yang terbuku di hati.
kalau ada pun orang lelaki yang boleh luahkan melalui kata-kata saya percaya, ia hanya berlaku kepada mereka yang dia benar-benar percaya sahaja…
Langsung tertarik baca ini karena liat foto mba nik hehehe..dalam hati kok ada foto mba nik dan terlihat serius..ada apakh ini???
Dari sini aku jadi lebih tahu lagi cerita tentang mb nik tentang bidang yg beliau tekuni maka tidak salah jika tulisan mb nik selama ini juga tentang kehidupan dengan bahasa2 yang mungkin terkesan berat 🙂
Bicara tentang kegagalan pernah merasa sebagai seorang yg gagal berusaha keluar dari lingkaran tersebut namun bingung jalan keluar mana yg harus diambil tanpa merepotkan orang2 tersayang….
Kalau jiwamu lelah, berhenti sejenak. Mengistirahatkan diri. Kalau belum reda juga bagaimana? Ya udah, ngobrol.
Itu yang selama ini kulakukan. Ada banyak masalah yang terjadi. Capek sudah pasti. Tapi, menyerah tidak mungkin terjadi.
Mending istirahat dan cari tempat curhat yang aman. Hehehe
Aku sampai sekarang masih ingat betapa hangatnya obrolan-obrolan kecil yang kutemukan di jalan. Mendengarkan cerita-cerita mereka menjadikanku lebih bersyukur, memperkuat jiwa yang sedang terombang-ambing.