Mendadak Ke Kantor Shopee (Lagi)

Mendadak Ke Kantor Shopee (Lagi)

“Lu mau berangkat ke kantor Shopee jam berapa?”, tanya Kakak saya singkat melalui chat WhatsApp.

“Jam 1 lewat baru jalan kayaknya sih. Paling nanti naik LRT, soalnya posisi gedungnya persis sebrang stasiun Rasuna Said. Oya, nanti jam 4 tolong jemputin Putri di Daycare ya.”

“Yaudeh aman..” jawab Kakak saya singkat, tak banyak bertanya. Sepertinya dia mengerti betul kalau adiknya ini sedang uring-uringan. Dan membiarkan saya berangkat mencari suasana baru adalah sebuah bentuk perhatian dalam kebisuannya.

Singkat cerita, tepat pukul 13.00 saya pun segera bergegas meninggalkan kantor. Motor Vario putih yang dekil nan lusuh itu bergerak mendekat menuju stasiun LRT Cikunir, namun kemudian berbelok ke arah Masjid yang ada di seberangnya. Kebetulan, di area parkir masjid ini ada jasa penitipan motor yang lumayan ramai dan harganya pun cukup murah – hanya 5 ribu rupiah.

Sebenarnya ada peraturan unik yang bikin saya sedikit shock disini, yaitu wajib meninggalkan kunci kendaraan. Agak bikin worry, tapi melihat deretan parkir yang penuh namun tersusun rapi, serta manajemen karcis yang jelas, membuat saya rela memasrahkan kendaraan saya di tempat ini.

Setelah motor terparkir dengan sempurna, saya segera bergegas menyeberang dan masuk ke dalam stasiun LRT Cikunir. Saat itulah, akhirnya untuk pertama kalinya saya kembali merasa sedang berada dimana saya sedang berada. Detail-detail suasana siang hari itu berhasil ditangkap sempurna oleh seluruh indera. Mulai dari suara announcer yang terus mengulang informasi, hembusan angin sejuk yang menggelitik kulit hingga ke tulang, serta hiruk sibuk manusia yang berbaris rapi dan berlalu-lalang.

LRT memang tak begitu ramai, apalagi di jalur Jakarta saat jam kerja seperti ini. Saya pun tak segan untuk duduk di kursi prioritas, sebab kala itu memang mayoritas kursi sedang kosong, tak berpenumpang. Sesaat kemudian, kereta pun bergerak maju meninggalkan stasiun Cikunir.

Urung membuka ponsel pintar, saya memilih untuk mengisi waktu dengan membaca buku. Mumpung lagi naik transportasi umum dan dalam situasi sesantai ini, maka sebuah novel berjudul ‘Sophismata’ karya Alanda Kariza pun menjadi teman perjalanan kali ini.

Source : https://bukureview.com/

Dan lagi-lagi, untuk pertama kalinya saya bisa membaca dengan tenang tanpa banyak distraksi. Seakan seluruh penumpang lain menghilang meninggalkan diri saya seorang, perhalan kian dalam saya tenggelam meju paragraf demi paragraf di dalam novel romansa dengan premis politik tersebut.

Sebuah paragraf lantas terasa menampar wajah saya hingga ke relung jiwa.

Lagipula, perkara do what you love itu terlalu utopis. Semua kerjaan, semenyenangkan apapun, pasti pada satu titik akan melelahkan.


Alanda Kariza – Sophismata

Jika bukan karena suara announcement yang mengingatkan stasiun Rasuna Said adalah stasiun berikutnya, mungkin saya akan terus tenggelam hingga tak sadar terbawa kembali ke arah Jatimulya.

“Permisi mas, kalau mau ke arah Gama Tower, exit-nya ambil arah mana ya?”, tanya saya sopan ke seorang petugas berseragam.

Pria muda itu tersenyum, lalu memberikan penjelasan ramah dengan gestur ilustrasi tangan yang lengkap, “Oh Gama Tower ya? Dari sini ambil arah kanan aja mas. Jalan kaki gak begitu jauh kok.”

Jakarta memang kota yang keras dengan biaya hidup yang tinggi. Tapi jika keras dan mahalnya hidup di Jakarta digunakan untuk membayar orang-orang professional nan ramah seperti para staff di KAI, rasa-rasanya saya bisa ikhlas sepenuhnya.

Nggak seperti staff nganu, yang menghabiskan anggaran tapi tujuannya gak jelas itu.

Cerita Kocak Norak di Dalam Lift

Gedung Gama Tower itu berdiri dengan gagah di depan mata. Membuat saya harus mengangkat kepala ke sudut tertinggi, sembari memposisikan tangan di atas dahi demi menghindari pancaran sinar mentari.

Wajar, sebab gedung ini memang salah satu gedung pencakar langit tertinggi yang ada di Jakarta. Dengan tinggi 285,5 meter dan total 69 lantai, dulunya gedung ini adalah pemegang puncak tahkta sebelum dikalahkan oleh Autograph Tower.

Proses masuk ke dalam gedung ini memang sedikit ribet selayaknya gedung tinggi pada umumnya. Setelah melewati rangkaian pemeriksaan dan pemindaian sinar x, saya harus menukar dokumen identitas untuk mendapatkan kartu akses ke dalam gedung.

“Permisi mas, saya mau ke acara Shopee. Di lantai 12 ya.”

Segera setelah mendapatkan kartu akses, saya pun masuk ke salah satu koridor berisi enam buah lift. Seperti biasa, tombol fisik seakan menjadi barang haram disini. Saya hanya bisa mengakses lantai sesuai dengan data yang di-input ke dalam kartu akses. Aman memang, tapi ribet.

Tampak saat itu ada dua orang lain yang mengantri dengan outfit kemeja putih dibalut blazer hitam yang elegan. Keduanya mengapit tas jinjing minimalis, dengan smartwatch nan mewah dipergelangannya masing-masing.

Jauh beda layaknya bumi dan langit dengan saya, yang kala itu dengan santainya mengenakan T-shirt berwarna khaki, serta celana bahan yang berwarna khaki juga. Dua warna nubruk itu bertemu dengan ransel diskon dan jam tangan SKMEI murah berwarna hitam nan membosankan. Jika dilihat sekilas, saya lebih terlihat seperti backpacker ilegal yang diusir oleh kantor imigrasi.

Dan gak cuma itu, kekonyolan nan bodoh lain pun menimpa saya.

Saat men-tap kartu ke layar, alih-alih menunjukkan angka 12.. yang muncul malah angka 67. Dari sini harusnya kan saya langsung ambil langkah mundur, kembali ke resepsionis ya. Dasar pe’ak, saya malah dengan pede-nya masuk ke salah satu lift yang sedang terbuka.

Pikir saya, “Ah, mungkin tadi error kali ya. Nanti di dalem lift tinggal di tap ulang biar bisa ke lantai yang bener”

And guess what? Di dalem lift itu ga ada layar untuk tap sama sekali.

Saya pun menelan ludah. “Duh, mampus..” kata saya dalam hati.

Mau tidak mau, saya pun merelakan tubuh renta saya ini dibawa naik sampai ke lantai 67. Agak panik, tapi saya mencoba tarik nafas perlahan. Kala itu hanya ada saya seorang saja di dalam lift, dengan posisi lampu di dalam yang gelap nan remang-remang. Saking remangnya, tombol buka tutup pintu saja tak terlihat.

Waktu terasa sangat lama, hingga akhirnya saya tiba di lantai 67. Seorang waiter yang mendapati saya kebingungan ini, lantas memandu saya untuk kembali ke lantai dasar dan bertemu dengan resepsionis.

Singkat cerita, setelah melewati beberapa menit yang melelahkan, saya akhirnya turun 67 lantai dan kembali menghadap ke meja resepsionis.

“Mas, kok ini kayaknya salah lantai ya. Harusnya kan ke lantai 12, tapi malah dibawa ke lantai 67.”

Petugasnya tersenyum simpul, seakan ingin menahan tawa. “Walah mas, akses lifnya koridor sebelah sana lho mas. Kan ada angkanya tuh…”

Saya melihat ke sudut yang ditunjuk oleh mas-mas resepsionis. Dan benar, untuk akses gedung setinggi ini memang biasanya dibagi jadi dua koridor : lantai dasar hingga lantai menengah, serta lantai menengah hingga lantai tertinggi. Sayanya aja emang yang gak awas, dan terlalu santuy ngeluyur.

Pada akhirnya saya cuma bisa mesem-mesem, sembari teriak dalam hati. “Dasar noraaaaaak….”

Sebuah Reuni yang Terasa Asing

Kedatangan saya di lantai 12 disambut senyum ramah seorang staff yang berjaga. Tanpa banyak berbasa-basi, ia langsung mengkonfirmasi data dan meminta saya untuk mengisi daftar kehadiran di google form.

Sekilas saya memicingkan mata, mencoba menangkap hal-hal yang ada di sekitar. Ruangannya memang cukup lega, namun terasa cukup kosong. Tak ada deretan meja penuh dengan para pekerja seperti startup pada umumnya. Hanya ada beberapa tempat duduk santai dengan sentuhan ornamen ondel-ondel khas Jakarta.

Area pantry-nya pun nampak sepi, hanya ada dispenser tinggi tanpa ada makanan, kopi, atau bahkan gelas sekalipun. Berbeda sekali dengan kunjungan terakhir saya ke kantor Shopee beberapa tahun lalu. Kala itu isi pantry-nya penuh dengan berbagai cemilan dan kopi yang tersedia, bahkan es krim pun bebas dicomot sepuasnya.

Tapi ya wajar sih ya, sebab tempat memang ini bukanlah kantor utama Shopee, melainkan Kampus UMKM Shopee Jakarta. Sebuah pusat pelatihan dan pengembangan yang didirikan oleh Shopee untuk mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam memanfaatkan platform digital.

Tak ingin membuang waktu, saya pun segera masuk ke ruang training sesuai instruksi staff yang berhaga.

“Silahkan masuk, monggo ambil tempat duduknya ya”, ucap mas-mas berambut ikal menyambut kehadiran saya dengan ramah dan hangat.

Agak mengkaget, sebab ruangan ini tak seramai yang saya bayangkan. Kursi-kursi masih banyak yang kosong, dengan pengunjung mayoritas perempuan dan hanya mengisi beberapa sudut saja. Rasanya beda jauh kalau dibandingkan acara shopee yang pernah saya handle beberapa tahun lalu. Yang riuh ramainya bisa terdengar hingga radius satu kilometer, saking ramainya.

Tapi tak apa, tujuan saya kesini memang hanya ingin cari suasana baru saja. Sekedar naik LRT dan menikmati jalan kaki di sudut Jakarta saja sudah bisa membuat saya lebih refresh dari biasanya.

Makanya pas Thina tanya di WhatsApp, “Emang materinya yang dibahas apa hari ini?”

Dengan polosnya saya jawab, “Nggak tau.. hahahaha”

Belakangan baru saya tau, kalau ternyata materi kali ini adalah seputar tips menentukan harga jual. Dan yap, tentu saja saya mengambil posisi di salah satu sudut kursi yang cukup jauh di belakang.

Biar apa? Biar bisa nyambi baca novel Sophismata lagi dongs, hahaha.

Memaknai Hari, Menghargai Diri

Perjalanan singkat menuju Gama Tower ini membawa sedikit refreshment untuk jiwa yang sedang renta. Memang terkadang, saat jenuh dan stress melanda, yang kita butuhkan hanyalah rehat sejenak dan mencoba hal baru.

Seperti kali ini, meski hanya sesederhana singgah sejenak dan naik kereta.. tapi rasanya sudah lebih dari cukup.

Untuk pertama kalinya, saya bisa menyelesaikan buku yang ingin saya baca. Menikmati dan merasakan kembali setiap hal yang mendetil yang ada di sekitar.

Dan yang terpenting : Berada di momen dimana saat dirimu berada, memaknai kehadiran kita sebagai insan manusia.

Bekasi, 21 Februari 2025
Ditulis setelah prepare memasak nasi selama 15 menit.


Semangat penulis kadang naik turun, jadi boleh lah support biar update terus.

Silahkan klik link dibawah
Atau bisa juga dengan cara transfer ke :

BCA : 6871338300 | DANA : 081311510225 | ShopeePay : 082110325124

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

More Reading

Post navigation

24 Comments

  • Aku kyknya pernah sekali ke kantor sopi ini pas ada event tapi udah lama bangeeettt hehe.Jauh sebelum pandemi 😀
    Hihihi kalau di lift gedung gitu biasanya aku nanya dulu ke petugas lift mana yang bisa bawa ke lantai tersebut. Soalnya dulu pernah nyasar juga, malah bingung gak bisa turun karena gak ada barengan trauma, maan gedungnya sepiii haha.

  • Untuk aku yang jarang naik lift, dan kalaupun naik lift ya bakalan hanya satu jalur, bakalan kebingungan juga kalau main ke Gama Tower. Baru dari cerita ini aku tahu kalau gedung di Jakarta memisahkan jalur liftnya, ini bagus juga biar efektif sih ya.

    Mengenai kunci motor, aku juga bakalan kepikiran. Paling kalau gantungan kuncinya menyatu dengan dompet STNK, STNKnya diambil dulu sih ya buat jaga-jaga.

    Suka aku dengan suasana kantor shopee walaupun sempat mikir, simple juga (karena aku keinget kantor google yang wow). Tapi untuk ngadain acara kayak gitu udah oke banget. Nyaman dan menyenangkan.

  • Pastinya agak gimana gitu ya, Mas. Naik lift seorang diri , sedangkan salah lantai tujuan hehehe. Tapi Mas Fajar sih, orangnya santai.. kayak di pantai hahaha.
    Saya juga kadang seperti ini, Mas. Jalan saja walau sekadar naik tije atau krl. Terus pulang hehehe.
    O, iya, jarang-jarang ada parkiran yang menyerahkan kunci kontak motor. Biasanya cukup jangan dikunci stang.

  • Kantor Head Quarter Shopee pindah ke Solo, yha? Hmmm.
    Pantesan yg di JKT kayak “seadanya” gitu ya Jar.
    Yhaaaaa, semogaaa kondisi ekonomi baik2 saja.
    Entahlah, aku baca postingan ini dan berita2 belakangan ini, sungguh bikin hati jadi dar der dor

  • Wah bagian yg bikin deg-degan bukan pas salah naik lift. Tapi pas nitip sepeda motor. Sama kuncinya? Alhamdulillah petugas di sana amanah ya. Bayarnya juga murah.

    Aku penasaran dengan bukunya A Kariza ituu. Dia kan pernah jadi finalis Miss Cosmo girl, duluu. Cantik dan berprestasi.

  • Sederhana sebenarnya. Merasakan diri berada di momen di mana diri berada. Tapi kenyataannya, tidak semudah itu.

    Aku sendiri lebih sering merasa ngelag sama diri sendiri. Kayak, aku memikirkan apa tapi yang kulakukan adalah hal yang berbeda.

    Mungkin aku juga butuh punya waktu untuk sekedar merileks an diri ya. Ampun, ke kantor Shopee, alih-alih serius ikutan training malah menyelesaikan membaca buku ya, Kak. Hehehee

  • Hahahahaha Lt 67 itu sama dengan pas aku bungee jumping di Macau mas . Udh kayak burung bisa terbang wkwkwkwkwk.

    Btw yaa kalo memang salah lift, tak kan harusnya ga bisa tap dong yaaa. Krn kan biar gimana settingnya Lt 12. Pas salah tapping, ya harusnya blank. Malah kluar lt 67 . Eror juga sistem mereka berarti

    Oh JD ini training utk para penjual UMKM di shoppee yaaa. Memang dapat undangan atau harus bayar utk trainingnya mas?

    Aku tuh inget pas zaman msh kerja di HSBC, bersyukur banget dapat cabang yg bukan di gedung. Tp bangunan terpisah kayak ruko. Soalnya pernah juga tugas untuk cover staff yg cuti kebetulan duty dia di gedung WTC Sudirman. Duuuh ngeliat para staff di sana, pada rapi dan kliatan mahal . Bedaaa lah auranya Ama staff yg duty utama di kantor cabang yg biasa ruko .

    Kdg aku suka ga PD juga kalo ketemu staff di kantor utama gini. Dan ga enaknya kalo dpt penempatan di kantor utama dalam gedung, semua serba mahal. Makan siangnya juga mahaaal. . Tekor aku kalo harus cover staff yg di kantor utama

  • jadi kantor Shopee nggak cuman ada di satu gedung aja ya
    Ini kayak semacam gedung untuk area pelatihan
    dari dulu aku tu penasaran pengen masuk ke kantor e-commerce kayak gini, penasaran melihat suasana kerjanya

    seru juga ini mas Fajar, mengisi hari dengan kegiatan yang bener-bener positif, ya meskipun kita ada curi waktu buat baca novel hehehe

  • Aku juga pernah salah lift… wkk, dan lift yang aku masukin itu lift bos-bos… malu deh, hahaha…
    untungnya ke sana sebagai tamu, jadi kemungkinan gak ke sana lagi dalam waktu dekat… hehehe…
    Sesekali salah nggak apa-apa laaah… (memaklumi diri sendiri)

  • hahahaha, aku juga norak banget kalau ke gedung2 perkantoran di SCBD sama jalan Sudirman. Maklum deh, kantorku rukan tiga lantai jadi ya langsung norak abis kalau ke gedung perkantoran. Kadang2 suka kesel sm diri sendiri sama staff yang di lobby, mbok ya ngasih tau gitu caranya gimana biar gak kyk anak ilang :)))

  • Jakarta memang kota yang keras dengan biaya hidup yang tinggi. Tapi jika keras dan mahalnya hidup di Jakarta digunakan untuk membayar orang-orang professional nan ramah seperti para staff di KAI, rasa-rasanya saya bisa ikhlas sepenuhnya. <<< maaf ya kalau di copas.

    Kalimat itu buatuku sangat epic dan JUARA. Suka pake banget dan belajar menulis seperti itu.

    Kemudian aku memberi hormat tertinggi padamu karena sudah melakukan sesuatu yang tepat disaat kondisi yang mungkin sedikit rumit, Melangkah dan lihat apa yang terjadi.

    Anw bukunya menarik deh, lanjut di pertemuan ngopi bareng yaa, sepertinya kita banyak yang perlu diskusi, melanjutkan tulisan ini ini. #eh.

  • Daku nyaris pernah mengalami seperti Mas Fajar, cuma kalau daku hampir kebawa lantai yang tidak tepat.
    Alhamdulillah-nya inget sama petugasnya bahwa kalo ke lantai yang dituju itu, perhatiin arah masuk sesuai sama koridornya. Karena biasanya kalo lantainya lebih dari 50 beda posisi liftnya. Kalau gak salah waktu itu daku untuk keperluan interviu di menara BCA.

  • O jadi refreshing ala mas Fajar ni naik turun lift sampai ke lantai 67, lalu mojok di ruangan tuk baca novel hahaha. Yunix sekali . Aya aya wae ah.

  • Penutup yang super epic sekali, kalimatnya begitu ngena ke ulu hati. Dan saya pun senang sekali nih mendapati transportasi publik sepi penumpang, ada banyak bangku kosong lalu bisa duduk leluasa sambil baca buku. Tenang dan fokus, beneran seutuhnya diri ada di situ tanpa distraksi.

    Walaupun pas momen lift jujur pengen ngakak juga yak, ada-ada bae jadilah ngerasain sampai ke lantai tertinggi. Tapi, hal ini lumrah karena saya pun pernah mengalami nya. Walaupun malu dikit yaudahlah ya nikmati aja hahahha.

  • Haha i’m back to this post yang kemarin kepencet publish hihi..memang agak aneh ya rasanya kembali ke tempat yang dulu biasa dikunjungi dan menemukan suasana berbeda kayak ada yang hilang…kayak aku ke mal di Bogor yang dulu rame dan sekarang sekarat dan sepi..sedih..

  • Perkara salah naik lift dan juga salah tempat itu pastinya jadi pengalaman lucu yang menarik tapi betul kok kita itu sudah ditakdirkan berada di tempat yang benar dan di waktu yang benar untuk mendapatkan rezeki yang sudah ditakdirkan kepada kita oleh Tuhan. Pokoke tetap semangat berkarya

  • saya udah bisa bayangin sih paniknya Mas Fajar soal lift itu, saya pertama kali juga begitu, keliru pilih koridor alhasil naik sampai lantai atas, awal-awal kerja lulus kuliah banyak yang harus dipelajari termasuk urusan soal gedung begini ketika bekerja di Jakarta di gedung-gedung tinggi, wah pasti dapat ilmu banyak ya dari acara ini

  • Aku suka belanja di Copi..
    Mesi katanya perang harga, tapi nyatanya, kalau lagi beruntung, aku nemu seller yang jual tas branded harga oks.. jadi aku bahagiaa..
    Uda diingetin bolak-balik juga sii.. orang aku kan hampir ENGGA PERNAH keluar rumah, trus ngapain juga koleksi tas yaak??

    Aku jadi ikutan pengalaman mas Fajar..
    Kalo gak diceritain gini, aku gak tau kalau ada pembagian lift dan kartu yang di tap disesuaikan lantainya.

    Seruu juga yaa… ngantor di gedung tinggi beginii..
    hehehe.. ga kebayang pas pulang kerja tuh pada ngantri lift ama pintu keluar gitu gak yaah??

  • Serunya bisa belajar soal Shopee
    Jadi tahu bagaimana memaksimalkan aplikasinya
    Jadi gak sekadar belanja
    Soal salah naik lift aku pernah baru saja terjadi kemarin
    Harusnya ke hotel ah malah ke area apartemen

  • Ini perpaduan antara tulisan kocak dan berat dan endingnya ini bener bikin dahi berkerut sambil mikir hehe…
    Tapi bener sie semua pekerjaan sebaik apapun, sesuai dengan passion kita pun pasti ada titik kita merasa jenuh atau stuck dan keluar mencari suasana berbeda bisa menjadi salah satu solusinya…
    Btw jadi inget juga dl aku juga pernak ikut kampus shopee dan segala macam pelatihannya gt karena dl sempet buka lapak online yang sekarang sudah mati suri hehe

  • Kaget juga ada parkiran yang pakai sistem tinggal kunci, kalau aku bakal mikir ulang sih Mas buat nitip di situ, he. Ngakak banget pas baca, “backpacker ilegal yang diusir kantor imigrasi, wkwkw mungkin itu perasaan Mas Fajar aja. Terus kalau aku di sana mungkin bakal banyak salah juga, mana salah naik lift sampai ke lantai 67, mungkin ada baiknya waktu menunggu naik turun dipakai buat baca buku Mas,he.
    Bisa aja nih nyimak penjelasan sembari curi waktu buat baca buku, mantabbsss hahaha (kok kaya semacam mendukung murid yang mau cabut dari mata pelajaran ya?) 😀

  • Tapi kalau ga ke lantai 67 ga akan ada cerita serunya ya kak :D, akupun pernah begini di salah satu hotel malunya sampe ubun2 untung ada yg ngasih aksesnya jadi aman deh :p kalau sendirian berasa noraknya 😛

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *