Mengunjungi DeHakims Aviary yang Ternyata Ada di Bekasi

Mengunjungi DeHakims Aviary yang Ternyata Ada di Bekasi

Bulan Desember ini jadi kali ketiga kami mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Shinning Kids Class. Momen sebelumnya, kami sudah mengikuti kelas berkebun di Ragunan dan pemadam kebakaran di Tebet.

Sebagai penutup akhir tahun, sebenarnya rencana awal saya ingin mengajak Putri untuk mengikuti sesi profesi masinis. Hanya saja ketika saya baca lebih detil, lho kok lokasinya tiba-tiba digeser jauh banget?. Bayangin aja, dari yang tadinya di LRT Cawang, tiba-tiba dipindah ke LRT Velodrome. Mbok ya kejauhan.

Setelah berdiskusi cukup intens, akhirnya kami memilih untuk ikut ke acara Education Trip ke DeHakims Aviary ini.

Alasannya? Ya tentu karena jaraknya deket banget. Lokasinya masih ada di sekitaran Pondok Gede, lebih tepatnya di Jalan Wadas, Kecamatan Jatiwaringin. Kalo dari rumah saya di daerah Jatikramat, itu cuma butuh waktu sekitar 10-15 menitan doang. Ngegelinding geh nyampe.

Even warga Pondok Gedenya pun sepertinya banyak yang masih belum tau lho kalo Aviary milik Irfan Hakim itu ada disini. Soalnya pas saya update ke story, langsung banyak yang bertanya, “Ini tuh dimana sih Jar? Jauh ya?”.

Lha masih di Pondok Gede wey…

Long story short, Di tanggal 22 Desember pukul 8 pagi, kami pun segera bergegas dari rumah menuju ke lokasi DeHakims Aviary. Saking sudah hafalnya sama daerah sini, saya bahkan nggak membuka Google Maps sama sekali. Pokoknya saya menyusuri Jaticempaka sampai tembus ke pinggiran Tol Jatiwaringin, sampai kemudian seorang warga lokal menyapa saya.

“Mau ke DeHakims ya Mas? Sok langsung masuk aja mas.. Parkir sebelah sana”, ucapnya dengan ramah.

Sekilas Tentang DeHakims Aviary

Setelah meninggalkan motor di Parkiran, kami langsung bergegas ke area dalam. Kedatangan kami langsung disambut oleh dua ekor Kerbau berwarna putih albino yang sedang makan rumput dengan lahapnya. Ada juga beberapa ekor merak yang sedang nangkring santai di atas pagar bata. Nampaknya sedang berjemur ria di pagi hari.

Suasana disini terasa damai dan tenang. Dengan banyak pepohonan hijau yang menyajikan keteduhan, berpadu dengan arsitektur unik selayaknya rumah tempo dulu. Sementara hewan-hewannya sendiri banyak yang dilepas-liarkan.

Adapun DeHakims Aviary ini, memang merupakan properti pribadi yang dimiliki oleh presenter kondang Irfan Hakim. Tempat ini cukup terkenal, karena rutin ditayangkan dalam akun YouTube DeHakims Channel yang kini punya 10 juta subscribers.

Karena milik pribadi, maka secara operasional tempat ini tidak dibuka bebas untuk umum. Biasanya yang datang kesini tuh cuma circle-nya mas Irfan Hakim aja macem keluarga, teman dan kolega. Meski begitu, lokasi ini menerima kunjungan kolektif seperti rombongan sekolah, komunitas dan lainnya.

Itulah kenapa akhirnya saya bisa masuk kesini. Sebab Saya, Thina dan Putri memang mengikuti education trip yang diadakan oleh Shinning Kids Class. Bukan ucluk ucluk mendadak datang sendiri.

Adapun sebuah properti pribadi, menurut saya lokasi ini cukup besar lho. Luasnya sekitar 600 meter persegi, dengan desain yang dirancang menyerupai ekosistem alam liar. Di dalamnya nanti kita akan menemukan elemen seperti danau buatan, hujan tiruan, serta pohon dan tanaman besar yang menyerupai hutan asli.

Total koleksi burung disini ada sekitar 300 ekor dari 120 jenis burung. Itu baru burungnya aja lho ya, belum termasuk hewan-hewan lain seperti kerbau di awal paragraf barusan.

DeHakims Aviary ini dibangun sekitar tahun 2020 dan diresmikan pada tahun 2021. Biaya pembangunannya diperkirakan menghabiskan biaya miliaran rupiah, meskipun angka pastinya tidak pernah dirilis resmi ke publik.

Back to story, tak jauh dari posisi kami saat ini, ada sebuah gedung pendopo yang berukuran cukup besar. Sepertinya disanalah titik kumpul dan semua poin penting acara akan dilaksanakan. Jadi langsung sajalah, kami melipir dan menyelesaikan proses registrasi.

Samping pendopo ini, ada sebuah kolam dengan ikan koi yang berukuran besar. Makin terasa sekali vibes zen nya lho. Adem dan syahdu banget suasananya. Tinggal kurang musik shiatsu aja ini sih, hahahaha.

Ternyata Kami Tidak Datang ‘Sendiri’

Saat sedang duduk bersantai di tepi kolam, tiba-tiba mata saya menangkap beberapa mobil angkot yang datang secara bersamaan. Saya hitung-hitung, total ada 5 angkot yang semuanya full berisi penumpang siswa-siswi sekolah dasar.

Setelah saya cari tahu lebih lanjut, ternyata yang datang hari ini tuh bukan cuma rombongan dari Shinning Kids Class doang. Melainkan, ada juga rombongan lain dari SD Islam Salman Alfarisi dari Rawalumbu serta Medinah Daycare dari Pekayon.

Waduh, kok jadi sarombe-rombe begini ya?

Suasana yang tadinya tenang dan syahdu, mendadak jadi ramai dan chaos.

Meski begitu, tak lama berselang acara pun segera dimulai. Seorang mas-mas muda dengan rompi cokelat dan topi koboi berdiri di tengah-tengah kami semua seraya menyampaikan sambutan nan hangat.

Namanya Mas Roy, beliau berprofesi dokter dari para hewan yang ada disini. Selain menyampaikan sambutan penerimaan, beliau juga menyampaikan instruksi Do & Don’ts kepada seluruh anak-anak yang hadir disini.

Putri pun menanggapinya dengan antusias, ekspresinya penuh konsentrasi. Seakan sudah siap untuk menghadapi semua rangkaian acara yang akan tersaji.

Tapi sejujurnya sih ya, saya lumayan kecewa. Karena gak expect aja gitu lho yang datang bakal sebanyak dan seramai ini. Rombongan dari Shinning Kids Class dan Medinah Daycare aja udah lumayan lho ya. Lha ini malah ditambah lagi sama rombongan anak sekolahan. Apa gak overcrowded?

Nganu, maksud saya apa gak baiknya dipisah aja gitu lho jadi beberapa sesi kunjungan?

Yah, entahlah…

Sejumlah Drama Akhirnya Tercipta

Benar saja, kekhawatiran saya pun segera terbukti. Berhubung yang datang hari ini cukup banyak, akhirnya pun rombongan dibagi menjadi dua.

Rombongan dari SD Rawalumbu akan masuk ke dalam Aviary terlebih dahulu, sementara rombongan Medinah Daycare dan Shinning Kids Class akan menonton Pertunjukan Parade Hewan.

Nah jujur ini saya agak kurang sreg si. Karena menurut saya, parade hewan ini tuh harusnya jadi ‘momen puncak’ yang disimpan di akhir. Bukannya malah disajikan di momen-momen awal. Tapi yowes lah, kita mah ngikut aja.

Sayangnya, drama gak berhenti sampai disana.

Untuk mengikuti sesi parade hewan ini, pengunjung akan diminta untuk duduk rapi di sekitar tangga pendopo. Nah masalahnya, area tangga ini cukup terbatas. Alhasil drama pun tercipta perkara Ibu-ibu dari Medinah Daycare pada gak kebagian tempat duduk.

Ujung-ujungnya, para bapack-bapack pulalah yang akhirnya disuruh ngalah. Saya dan beberapa bapak lainnya disuruh berdiri, memisahkan diri dan berdiri di area belakang tangga. Akhirnya tuh Ibu-ibu dari Medinah Daycare kebagian duduk semua.

Tapi Thina-nya jadi mesem. Perkara kagak jadi duduk ngumpul bertiga. hadeuh.

Sebenernya ada satu lagi kekhawatiran saya sih, yakni keamanan. Itu rombongan kan ngumpul semua di tangga ya. Sementara saya perhatiin kok struktur tangganya gak yang full ditutup gitu. Melainkan ya kopong aja, dengan beberapa tiang penyangga. Jujur saya worry banget si.

Tapi ya Alhamdulillahnya si aman ya, gak ada insiden apa-apa. Cuma drama aja sitik.

Menonton Pertunjukan Parade Hewan

Well, mari kesampingkan drama barusan sejenak. Setelah situasi dirasa lebih kondusif, akhirnya parade pertunjukan hewan pun dimulai. Kira-kira seperti apa ya? Apakah hewannya bakal jalan beriringan gitu macem parade hewan di Teletubbies?

Ternyata tidak ya saudara-saudara.

Jadi parade ini, hewannya akan dikeluarkan satu per satu, kemudian dijelaskan beberapa fun fact-nya oleh Mas Roy.

Salah satu hewan yang dikeluarkan adalah Burung Unta, si unggas raksasa terbesar di Dunia. Bobotnya lumayan juga lho, bisa sampai 100 kg lebih. Lehernya panjang, kakinya pun besar-besar. Kalo kata Mas Roy, gak perlu takut terkena patok burung unta, karena gak sakit. Yang perlu diwaspadai adalah tendangan mereka, yang cukup brutal dan berbahaya.

Ketiga ekor burung unta ini namanya adalah Susi, Subur, dan Romeo. Mereka semua sudah cukup lama tinggal disini. Tapi sayangnya, untuk breeding-nya masih gagal euy. Jadi belum ada satu pun embrio yang berhasil dihidupkan.

Gak cuma burung unta, ternyata disini pun ada Unta beneran juga. Ini spesies unta punuk satu, yang berasal dari dataran Arabia. Konon katanya punuk mereka itu berisi cadangan energi, yang disimpan untuk mengarungi gurun yang luas.

Lanjut, hewan berikutnya yang dipanggil adalah sepasang Kerbau bernama Bella dan Berry. Ini bukan sembarang kerbau ya, karena keduanya merupakan kerbau Albino. Makanya alih-alih berwarna hitam, kulit mereka justru berwarna cerah macem Bule.

Info dari Mas Roy, katanya Bella lagi mengandung 3 bulan. Ihiiiiiyy.. Semoga sehat selalu yaa.

Ada Kerbau, tentu ada sapi juga ya. Kali ini yang dibawa keluar bukan cuma satu, tapi banyak jenis. Ada jenis sapi perah yang warnanya tutu-tutul, sapi brahma dari India, juga sapi lokal yang tak kalah uniknya.

Sapi-sapi disini sangat terawat ya. Keliatan dari kulitnya yang berwarna cerah dan bersih. Bahkan, sejujurnya sapi yang dikeluarkan ini cuma satu dari berbagai sapi lain yang masih di Kandang.

Nganu, sapi-sapi di kandang ukurannya jumbo banget! Sampe 1 ton lebih lho beratnya. Kayaknya sih disimpan buat nanti Lebaran Haji.

Terakhir, ada juga beberapa hewan unik lain yang dibawa keluar seperti binturong, kuda poni, ular sanca, kapibara serta kambing bertanduk empat. Semuanya dijelaskan satu persatu dengan terperinci.

Setelah puas melihat parade hewan ini, kita semua diperkenankan turun dan memberi makan hewan-hewan ini secara langsung. Tentunya bisa bisa langsung ditebak ya, kalau yang terjadi berikutnya adalah chaos. Alias rame bangettt..

Putri & Thina keliatan Antusias banget sih. Walaupun memang agak syulit beradu gesrek sama rombongan emak-emak, tapi akhirnya bisa juga berfoto sama uler dan binturong, hehehe.

Melihat Aviary dan Ekosistem Buatan

Setelah puas berinteraksi dengan sejumlah hewan, Mas Roy lantas mengajak kami semua untuk bersiap memasuki area Aviary. Seluruh anak-anak dan orang tua pun berbaris rapi di depan pintu.

Tapi sayangnya, lagi-lagi ada drama.

Jadi pas di depan pintu, kami mendapati instruksi, “Untuk anak-anaknya mohon baris di depan yaa. Biar anak-anak duluan, nantinya akan dijaga oleh keeper kami.” Mendengar itu, kami pun membawa Putri ke depan, antri bersama anak-anak seumurannya.

Tapi apa yang terjadi kemudian? Momen ketika gerbang dibuka, yang masuk justru emak dan bapak duluan. Bingung dong kami jadinya. Manalah Putri udah ditinggal begitu aja di barisan paling depan. Hadeuh.

“Gimana sih, malah ga jelas begini dah..”, ucap Thina misuh-misuh.

Tapi okelah, setelahnya si semuanya biasa saja. Kami langsung dibuat gagal fokus, sebab suasana di dalam Aviary ini memang cukup rindang dan indah. Pepohonannya membawa suasana syahdu, sedikit menenangkan hati kami yang kecewa. Tiba-tiba saja saya teringat dengan suasana di Aviary milik Animalium BRIN. Kurang lebih sama persis.

Para keeper membawa rombongan ini menuju satu sudut di ujung ruangan. Dan ternyataaaaa, ini tuh berisi kura-kura terbesar kedua sedunia. Ada yang tau namanya apa?

Yups, Aldabraaaa!

Nganu, ini hewan kalo dituker mobil, bisa dapet Fortuner kayaknya sih, hahahaha.

Keeper yang berjaga di lokasi, menjelaskan sekilas tentang cara memberi makan kura Aldabra ini. Katanya kita harus menggenggam sayurnya di ujung, dengan jarak pemberian cukup jauh. Karena dikhawatirkan nantinya tangan kita bisa tergigit.

Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, niatnya sih kami pengen nimbrung memberi makan. Tapi apa daya, sepertinya energi Thina dan Putri sudah mulai habis. Putri jadi cranky dan ngomel-ngomel, sementara Thina sudah terlihat lesu.

Wajar sih, soalnya emang antrian di sudut ini padet banget. Bener-bener overcrowded, heuheu.

Jadi demi kebaikan bersama, akhirnya saya memutuskan untuk memisahkan diri dari rombongan. Sepertinya kami butuh menghirup udara segar sejenak, menjauh dari rombongan manusia dengan segera perebutan oksigennya.

Ternyata di sudut ini, malah ada banyak hewan-hewan lain yang tidak dijelaskan oleh sang Keeper. Seperti kura-kura sulcata, burung belibis, bahkan ada ikan pari juga.

Memainkan Angklung Bersama-sama

Sebagai penutup dari rangkaian acara singkat ini, kami semua kembali berkumpul di area pendopo. Untuk apa? Untuk main angkluuuunggg euy…

Kenapa angklung? Karenaaaa.. Irfan Hakim itu selain seorang pembawa acara dan selebritas kondang, ternyata oh ternyata dia juga merupakan Duta Angklung Jawa Barat. Manteppp, sibuk bener ya Bapak satu ini, hehehe.

Cara memainkannya ternyata mudah saja. Pertama angklung dibagikan ke seluruh rombongan. Tiap angklung, itu memiliki kodenya masing-masing. Kode inilah yang akan jadi fokus dari tiap individu nantinya.

LCD TV kemudian dinyalakan, dan menampilkan grafik selayaknya di Game Guitar Hero. Nganu, lewat layar inilah nantinya seluruh rombongan akan mendapatkan patokan untuk mengiringi sebuah lagu. Dan karena tiap orang cuma fokus ke satu kode nada, jadinya akan terasa mudah sekali.

Kami semua memainkan berbagai lagu, salah satunya Burung Kakaktua.

Lumayan seru sih ini. Malahan lebih excited emak bapaknya ketimbang bocahnya, hahaha. Semacem mengisi inner child yang belum terpenuhi.

Oya, dari Shinning Kids Class, juga ada persembahan spesial menyambut Hari Ibu. Jadi anak-anak diajak untuk bikin bentuk bunga gitu dari sebuah balon panjang. Tapi yaaa… apa daya. Bukannya jadi bunga, balon yang saya bikin malah lebih mirip kayak tunas buah kelapa, hahahaha.

Yha, meskipun bentuknya tidak sempurna. Tapi cintaku padamu senantiasa sempurna. *uhuk

Penutup & Kesimpulan Akhir

Langsung saja ya. Saya memberi nilai 6.5/10.

Mungkin terdengar agak kejam. Mengingat untuk sebuah properti pribadi yang cukup populer, DeHakims Aviary ini sebenarnya terkenal dan punya reputasi positif di berbagai media sosial.

Dan sebenarnya saya pun setuju sih. Secara koleksi, hewannya cukup banyak dan semuanya terawat. Hanya saja kalau dibandingkan dengan mini zoo lain, sebenarnya ya ga ada yang bener-bener istimewa banget. Mungkin akan terasa WOW Effect-nya kalau kalian suka nontonin channel DeHakims.

Tapi untuk saya yang gak begitu ngikutin YouTube dan sosial medianya, rasanya sih gak ada yang bener-bener istimewa atau WOW ya.

Ditambah lagi, keputusan untuk menerima 3 rombongan sekaligus tanpa dibagi menjadi beberapa sesi menurut saya adalah keputusan yang kurang bijak. Hasilnya? Banyak drama tercipta perkara rombongan yang terlalu crowded. Kami pun jadi merasa lelah, dan cukup drain energy rasanya.

Semoga aja bisa jadi perbaikan di masa mendatang yaa.

Bekasi, 25 Desember 2025
Ditulis sembari memakan satu porsi Indomie Jumbo dengan telur.


Yuk, bantu penulis agar makin semangat membuat tulisan baru.
Kamu bisa melakukan transfer secara langsung ke rekening BCA : 6871338300.

Untuk info ratecard dan ajakan kerjasama, silahkan klik tombol berikut :

Fajar Fathurrahman

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

More Reading

Post navigation

12 Comments

  • Ohh iyaa saya pernah nonton di TV tentang hewan peliharaannya Irfan Hakim ini, tapi nggak tau kalo ternyata sampai buka mini zoo gini. Padahal hewannya terawat dan unik-unik juga ya, tapi sayang pengelolaannya belum begitu pro. Kalau saya di tengah ke-crowded-an itu pasti udah pusing dan milih minggir, Mas. Apalagi anak disuruh maju duluan gabung sama rombongan anak lain yang nggak tau siapa? Haa..

    Semoga dinotice dan jadi perbaikan untuk mereka ke depannya.

  • Baru engeh sama luasnya DeHakims Aviary ini, sampai 600 meter².
    Tahunya yang hewan ternaknya, karena suka nongol di FYP. Apalagi yang pas lebaran Idul Adha, suka muncul itu sapi-sapinya.
    Asik juga bisa dikunjungi oleh umum, sehingga Putri bisa kenal lebih dekat nih suasana asiknya DeHakims Aviary.

  • Saya termasuk yang suka nonton beberapa video aviary punyanya Irvan Hakim ini di Youtube, beberapa episode ada yang mendatangkan tamu dari luar negeri, rata-rata mereka terkesima dengan aviary yang sangat luas di Bekasi ini.

    Kalau yang datang sampai 3 rombongan begini memang kebayang banget crowded-nya. Next sepertinya harus diperbaiki manajemen aviary ini biar pengunjung jadi lebih nyaman, ya

  • Oh jadi ga dibuka umum ya , pantesan di youtube nya kaya anak2 tk hehe , mirip mini zoo ya jdinya, resiko sih ya om ketika bawa anak terus keadaan chaos bikin suasana berubah , aku juha sering mengalami itu anak2 yg aku takutin teh berubah mood yah ku pribadi nerimo ajah.

  • Kalau komunitas / sekolah mau kunjungan ke sana, bayar berapa, Mas?
    Sebenernya tempat itu seru yaa (apalagi kalau ketemu Aa Irfan juga), bisa lihat banyak hewan, dan dikonsep bagus gitu. Tapi sayang agak chaos gegara kebanyakan orang. Semoga ada perbaikan ke depannya.

    Seneng deh lihat foto Dek Putri yang makin besar, umur berapa sekarang?

  • Jujur kalau baca info DeHakim Aviary tuh aku agak kaget lho mas. Luasnya nggak terlalu luas dengan isinya yg cukup padat dan ditambah dengan pengunjung yang padat. Mana banyak anak kecil pula..

    Aku pernah sekilas nonton chanelnya Irfan Hakim, dan menurutku konsepnya tuh bagus ya. Mana klo nggak salah inget si Irfan ini kan pecinta hewan juga dan salah satu yg kuinget jelas tuh Ular. Wkwk.. Cuma kalau emang bisa melakukan kunjungan ya, ada baiknya di jadwal atau minimal di buat kuota kunjungan per harinya sesuai daya tampung.

    Toh kalau di buat konsep gitu, pengunjung happy dan si hewan² juga rasanya nggak stress juga ngelihat orang²..

  • Aku kok ikutan bengep bacanya . Kebayang itu secrowded apaaa.

    Btw jl Wadas ini tempat tinggal adikku jugaa. Malah aku ga tahu di sana ada aviary punya Irfan hakim mas .

    Trus pas lihat foto si sapi albino, ya Allah bisa2nya aku ngira itu babi . Padahal mahal si albino ini .

    Jadi trnyata ga dibuka utk umum, memang harus ikutan trip sekolah ya mas. Tp aku setuju, next nya dibuat jgn terlalu banyak kek. Apalagi anak2 begini. Kan ya berasa banget crowded nya kalau keramean. Btw aku juga ga ikutin dan ga pernah nonton YouTube nya dhakims.

    Kebayang aja kamu dan rombongan yg tengah khusyuk melihat hewan, tiba2 kedatangan rombongan lain 2 angkot .

    Kalau ttg keamanan Tangga berundak nya, aku ikutan worry sih. Takut aja yg duduk overload . Semoga udah dipikirin sampe sana yaaa

    Pas lihat burung unta, aku JD inget perlombaan lari Ama burung unta . Blog siapa yg aku baca yaaa, inget banget ceritanya wkwkwkkwk

  • Sayang banget ya padahal kalau dalam sehari cuman satu atau maksimal dua rombongan aja mungkin nggak akan terlalu crowded. Dehakim Aviary ini nggak dibuka untuk umum kecuali dengan izin khusus. Coba bisa terjadwal waktunya biar nggak terlalu ramai. Ada momen para bapak harus ngalah biar tempatnya cukup buat para Ibu-ibu ya. Mungkin Mba Tina berharapnya bisa barengan gitu liat pertunjukan hewannya bareng Putri dan Ka Fajar.

  • Sayang banget ini keputusan mempersilakan tiga rombongan berkunjung dalam satu waktu. Kelihatan sangat padat banget dan yup orang banyak meski anak-anak itu nggak mudah buat mengakomodir apalagi instruksinya banyak berubah. Disayangkan sekali.

    Padahal senang bisa lihat unta, bahkan ada Sapi albino (sepintas dari belakang kayak B2 warna kulitnya) Koleksi burungnya juga banyak banget ya. Nice ini buat jadi salah satu tempat wisata, hanya saja emang ngga dibuka buat umum ya. Mungkin kalau rombongan ada surat menyurat izin berizin gitu kali ya.

    Pembelajaran berharga banget sih bisa berkunjung ke DeHakims Aviary. Kabar baiknya dekat sama rumah jadi mudah ya mas saat otw.

  • Sayang ya acara yang seharusnya seru karena itu area pribadi jadi ternodai. Setidaknya emmang dibatasi jumlah pengunjung agar pengawas dan pendamping tidak terlalu lelah. Maksud hati ingin memuaskan pengunjung malah jadi tidak optimal.
    Btw galfok dengan kerbau albino, saya pikir tadi babi lho, kan fotonya dari samping begitu, ternyata kerbau ya.

  • Putri pasti senang sekali diajak jalan-jalan ya mas. Sayang yang pelatihan masinis ga jadi. Padahal LRT Velodrome kalau dekat rumah saya di Pulo Gadung dekat hehehe.
    Memang secara tempat dan rangkaian acara, aviary milik Irfan Hakim ini sudah mencukupi. Tempatnya bagus. Koleksi hewan cukup banyak, ada parade hewan dan pemainan angklung juga. Dari sisi anak-anak pasti menyenangkan dan menambah pengetahuan.
    Tapi Memang harusnya, kapasitas disesuaikan dengan jumlah pengunjung. Dari foto saja, rombongan Mas Fajar sudah banyak. Ini malah ditambah 2 rombongan lagi. Selain tidak nyaman, bisa saja fasilitas rusak. Jadi bagusnya dibatasi rombongan atau dibagi per sesi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *