Kopi hangat yang sedari tadi menanti untuk diseruput, saya tinggalkan begitu saja di atas meja. Pun begitu juga berbagai update pricelist yang sejatinya akan saya kerjakan, lekas tak dihiraukan kembali. Langsung saja saya menghambur, berlari ke parkiran motor dan segera tancap gas tanpa una inu sama sekali.
Kenapa saya ngibrit secepat dan seterburu-buru itu?
Semua karena telpon dari Thina beberapa menit sebelumnya. Dari komunikasi nirkabel itu, Thina mengabarkan kalau ia merasa pusing, mual dan muntah pasca dirinya tiba di stasiun dukuh atas.
Tadinya saya mau langsung berangkat jemput dia ke Dukuh Atas, tapi urung karena pertimbangan jarak tempuh dari Bekasi ke Jakarta Pusat yang tentu akan banyak menyita waktu. Akhirnya saya pun menyarankan Thina untuk istirahat sejenak, lalu naik kereta kembali ke arah Jatibening.
“Nanti kalo udah sampe Jatibening, langsung periksa ke dokter ya”
Dua puluh menit berselang, handphone saya berdering kembali. Thina mengabarkan kalau ia sudah tiba di Stasiun Halim, yang berarti hanya tersisa tiga stasiun lagi sebelum tiba. Maka dari itulah saya langsung tancap gas, menembus lalu lintas dan segala riuh galian kabel di kanan kiri. (Ampun dah ni galian kapan kelarnya si)
Dari situ saya udah ga pegang hape lagi sama sekali…
Terlalu Buru-Buru Itu Tidak Baik
Untunglah, jalanan kala itu lumayan bersahabat dengan saya yang sedang terburu-buru. Setibanya di stasiun LRT Cikunir, saya langsung membanting motor di parkiran seraya berlari menuju ke arah tangga naik stasiun.
Kala itu stasiun nampak amat sepi, penumpang yang hilir mudik pun bisa dihitung oleh jari. Wajar sih, karena saya kesana sekitar jam 11 siang, yang tentunya sudah diluar dari rush hours.
Saya mencoba menelpon Thina lagi, namun berakhir nihil. Hanya terdengar nada dering tanpa ada respon apapun dari nomor tujuan. Akhirnya saya pun bergegas menghampiri salah satu petugas perempuan yang sedang berjaga di depan gate masuk.
“Permisi mbak, saya mau jemput istri saya. Katanya dia lagi ada di ruang kesehatan. Itu posisinya dimana ya?”
Si mbaknya merespon dengan tenang, “Ooh ruang kesehatan ya? Ke arah sana mas..”. Ia menunjuk ke satu sudut, seraya membukakan gate dengan kartu miliknya. Saya pun berterima kasih, lalu segera lanjut berlari menuju ke ruangan yang dituju.
Sesampainya di Ruang Kesehatan, saya langsung membuka pintu. Namun alangkah kagetnya karena…….
“LHA, KOK GA ADA SIAPA-SIAPA“
Cuma ada seorang staff saja yang sepertinya sedang piket jaga. Yang langsung menangkap ekspresi kebingungan saya. Ia langsung mengeluarkan smartphone dari sakunya, seraya menunjukkan sebuah chat.
“Masnya mau jemput mbak ini ya?”, ia menunjukkan layarnya. Nampak di grup koordinasi antar petugas LRT, terlihat Thina sedang duduk di pinggir rel. Saya mengangguk, karena amat mudah mengenalinya dari sweater kuning yang ia kenakan.
“Ini posisinya di stasiun Jatibening mas.. Bukan Cikunir. Masnya mundur satu stasiun lagi dari sini..”
Owalaah, ternyata Thina turun lebih cepat dari rencana awal. Sepertinya dia ga kuat nahan mual, lalu turun di stasiun Jatibening. Mungkin dia tadi coba ngasih tau pas nelpon, tapi saya-nya udah keburu sat-set-wurrr… ngacir.
Pelajaran hari ini : Terlalu buru-buru itu tidak baik. Jangan ya dek ya..
Lho, Kok Pelayanannya Kayak Gini Sih?
Berpindah dari stasiun Cikuning ke stasiun Jatibening itu ternyata cukup menyita waktu. Meski saya sudah pakai jurus warr-werr-syut-syut-mbledos tapi tetap saja, mengendarai motor ke stasiun tersebut menyita waktu hampir 15 menit lamanya.
Sesampainya di depan stasiun Jatibening, saya tambah bingung lagi. Karena berbeda dengan stasiun Cikunir, disini ternyata tidak ada tempat parkir sementara. Mau ndak mau saya harus melipir dulu ke arah parkiran motor yang posisinya ada di samping Forest-Hub. Agak jauh si ini parkirannya, gabisa buat dipake buru-buru.
Setelah drama singkat di parkiran, saya kembali berlari lagi untuk segera menemui Thina di Ruang Kesehatan. “Plis lah ya Gusti, jangan sampe salah stasiun lagi.”, gumam saya dalam hati. Tepat di depan gate, seorang petugas pria segera membantu saya untuk melewati gate masuk seraya mengantarkan saya ke ruang kesehatan yang saya tuju. Bahkan saya tak ditemani sendiri saja, karena seorang petugas keamanan stasiun juga ikut bergabung. Jadilah kami bertiga berjalan agak terpogoh-pogoh menuju ke Ruang Kesehatan.
Tepat ketika saya membuka pintu, saat itu pula Thina sedang Jackpot, alias muntah-muntah lagi. Untungnya di ruangan itu ada wastafel, sehingga Thina bisa mengeluarkan isi perutnya di wastafel tersebut.
Saat saya sedang membantu memijit-mijit lehernya Thina, seorang petugas tiba-tiba menyodorkan minyak kayu putih ke tangan saya.
“Ini mas, balurin ke punggungnya biar agak enakan”. Saya pun langsung melakukan sesuai yang diperintahkan.
Selesai muntah, sepertinya kondisi Thina sedikit membaik. Meskipun yhaa.. tetap sih dia merasa mual dan pusing juga. Tapi tak separah seperti yang ia rasakan sebelumnya kala masih di dalam kereta.
Petugas kesehatan itu juga langsung membuka lemari di sudut ruangan, dan membawakan kami satu strap Antasida. “Ini mbak, obatnya dikunyah terus minum air hangat ya.”
Saya amaze, karena di ruangan sekecil ini ternyata ada perbendaharaan obat yang cukup lengkap.
Karena kondisi kala itu lumayan chaos, saya pun memutuskan untuk membawa Thina ke IGD. Adapun jika mengacu ke google maps, Rumah Sakit terdekat yang bisa kami kunjungi adalah Rumah Sakit Masmitra, yang berjarak hanya 5 menit saja dari stasiun Jatibening.
“Mas, maaf. Apa ada kursi roda?”, tanya saya ke petugas kesehatan. Ia langsung menjawab dengan nada yang mantap.
“Aman mas, tenang aja. Kalo urusan itu nanti sama staff kami dibantu”
Saya agak terdiam, sepersekian detik. Agak kaget, karena ternyata ada cukup banyak staff yang berada di sekitar kami. Kurang lebih ada empat orang, yang terdiri dari seorang petugas kesehatan, seorang petugas keamanan, dan dua orang petugas housekeeping. Agak kaget sih, karena demi menangani situasi ini, sampai-sampai ada cukup banyak staff yang stand by.
Singkat cerita, tadinya saya sempat akan memesan Taksi Online. Namun kali ini, Thina menolak. Katanya dia takut kelamaan di jalan, terus nantinya malah muntah lagi di dalam mobil. Jadi sembari Thina diantar oleh kursi roda, saya akan segera berlari (lagi) untuk mengambil motor dari area parkiran.
Sebelum berangkat, mas-mas petugas kesehatan membekali kami dengan satu strap Antasida yang tadi ia ambil. Saya sempat menolak, karena jujur saya kalo obat-obatan gitu sih saya memang selalu siap sedia stock di rumah. Namun masnya memaksa..
“Gapapa mas, buat pegangan aja siapa tau nanti di jalan butuh”, katanya dengan penuh keramahan.
Angkat Topi untuk Kalian Semua
Sekembalinya saya dari parkiran motor, Thina sudah standby bersama tiga orang staff lain yang ikut menemani. Kami pun segera bersiap, bergerak meninggalkan area stasiun Jatibening.
Sebelum berangkat, saya sempatkan diri untuk mengucap terima kasih.
Asli sih, ini staff-nya mantep-mantep semua ya di LRT. Koordinasi dan informasi antar stasiunnya tertata rapi, lalu penanganan untuk penumpang yang mengalami masalah kesehatan juga oke banget. Semuanya sat set, tanpa ada birokrasi yang ribet dan biaya tambahan apapun.
Dan untuk Ruang Kesehatannya, itu useful banget si. Petugasnya ramah, dan juga sabar dalam menghadapi situasi chaos yang kami alami. Stock obat yang disediakan juga lumayan lengkap, dan sangat membantu
Pokoknya, saya angkat topi deh buat kalian semua. Doa saya :
Moga semua orang Indonesia yang kerja di perusahaan plat merah, bisa bekerja setulus, dan seprofessional kalian semua yaaa… ehehehe
Eh, trus Thina-nya jadi sakit apa?
Hmm.. Kayaknya sih kolesterol. Soalnya beberapa waktu sebelumnya kita emang baru aja abis nge-grill di rumah. Mungkin karena itu, kolesterolnya naek lagi. Yha, pusing deh….
Atau pusing karena kerjaan juga. Soalnya emang dari kemaren load kerjanya Thina emang lagi full bin padet benerrrr..
Bekasi, 6 Agustus 2024
Ditulis sembari menahan kantuk karena semalam gagal tidur
Semangat penulis kadang naik turun, jadi boleh lah support biar update terus.
Silahkan klik link dibawah
Atau bisa juga dengan cara transfer ke :
BCA : 6871338300 | DANA : 081311510225 | ShopeePay : 082110325124
Saluuuttt banget sama para staf LRT yang menangani mba Thina koordinasi dan komunikasinya efektif banget. Padahal beberapa kali naik LRT ngerasa nya kok sepi banget, agak jarang terlihat ada staf. Paling di area gate hanya 1-2 orang ternyata mereka grecep banget pas ada situasi darurat.
Bahkan ruang kesehatannya pun menyediakan banyak obat-obatan. Paham betul bahwa penumpang ada kemungkinan sakit. Saya pun pernah mengalami asam lambung naik tak tertahankan sehingga harus turun di stasiun, bedanya saya pengguna tetap KRL. Biasanya ga sampe parah, paling diem di tempat duduk st, ambil minum dan makan obat maag sambil berjemur. Habis itu misal memungkinkan lanjut otw kantor, misal ga kuat izin pulang lagi.
Semangat mba Thina, semoga lekas pulih dan membaik ya
aku gatau kalo KRL kayak gimana, tapi kayaknya yhaa ga kalah professional juga ya mbak, Sama kerennya.
Moga karyawan plat merah macem mereka semua yak hehehe
Salut gercep banget ya staf-staf LRT. Cekatan gitu sama kebutuhan penumpangnya. Tapi memang sekarang udah kelihatan banget sih kemajuan SDM buat pelayanan publik gini. Beda banget sama dulu. Semoga cepat sembuh ya Thina..
Yupsie mbak. Kalo perkeretaan mah, kayaknya hampir semua staffnya udah well trained banget ya.
Tinggal Pe Er nya adalah menduplikasi hal serupa ke semua pegawai BUMN, hehehe
Ya ampuunn makin banggaaa ama para pekerja di LRT
gokiill, paripurna bangettt service dan mitigasi klo ada penumpang yg sakit
beyond service excellence ini mahhhh
Colek petugas kantor pos sama bank-bank negara ya mbak, hahaha
Tetap bersyukur kita ketemu2 mereka yang baik hati ya saat bertugas. Karena namanya juga manusia, bisa saja mereka jg lg bad mood dan itu berpengaruh banget ketika melayani pengguna kendaraan umum. Tapi sejauh ini, saya jarang ketemu yang judes kalau lagi naik angkutan umum. Apalagi kl bawa manula ya, dengan kursi roda pula. Senang melihat mereka menjalankan tugasnya dengan baik. Dan semoga Thina cepat sembuh ya, amin.
Sekarang Thina gimana? Udah sehat lagi kah?
Alhamdulillah kalau petugas LRT pada gercep dan helpful banget bahkan ngasih obat juga.
Maybe lain kali kalau ngegrill sambil makan salad buah atau dagingnya dibungkus daun selada (kayak di Korea). Atau minumnya es timun. Biar balance gituu.
Eh ini judulnya click bait hahahaha.
wahhhh bener2 kerennnnn salut sama semua petugasnya…sigap semua tanpa diminta sudah inisiatif sendiri,,bahkan komunikasi antar stasiun juga terjalin baik jadi kitanya langsung dapet info terbaru…amat sangat membantu sie ini menurutku…bener2 jadi merasa diperhatikan sie klo kayak gini…semoga mb thania sudah sehat ya mass saat ini 🙂
semoga instansi yang lain juga bisa mengikuti yaaa..pelayanan terbaik tanpa berbelit2 🙂
Alhamdulillah sekarang udah sehat mbak. Ga kenapa-kenapa ehehehe
Keren banget ya kinerja staff LRTnya. Berasa kalau misalkan tidak terburu-buru pun tidak bikin panik. Mana, koordinasi staff antar stasiun oke banget. Jadi, kalau misalkan ada kerabat yang mencari tapi salah stasiun nggak bingung. Keren. Mantep pol.
Mari angkat topi bareng-bareng mbak.. Hehe
Ternyata pelayanan LRT ini cukup banyak ya cakupannya. Salut banget dengan petugasnya yang membantu penumpang kalau sakit seperti ini
Iya, lumayan baik dan terorganisir ya.
Angkat topi banget seh buat petugasnya dan angkat topi juga buat kamu suami yang siaga dan tergopoh2 menjemput istri. Semoga Thina segera pulih yaa.
Ini bukti nyata bahwa para staf di lrt jabodebek ini sangat profesional dan juga perhatian terhadap para pelanggannya, dan mereka juga sangat siap dengan semua peralatan yang dibutuhkan untuk kasus seperti ini mudah-mudahan Thina bisa sehat terus ya
Ini bukti nyata bahwa para staf di lrt jabodebek ini sangat profesional dan juga perhatian terhadap para pelanggannya, dan mereka juga sangat siap dengan semua peralatan yang dibutuhkan untuk kasus seperti ini mudah-mudahan Thina bisa sehat terus ya
Staff nya JEMPOL EMPAT. Alhamdulillah mba Tina dan mas Fajar bertemu orang-orang baik. Semogaaa makin banyak orang baik disekitar kita yaa.
mas fajar aku bacanya terharu, pengen nangis, aku ngebayangin keluarga sendiri kalau pas perjalanan terus mengalami hal yang sama kayak mba Thina, pasti khawatir banget, kalau pingsan di jalan gimana dan lain-lain
Salut sama karyawan di LRT yang sigap membantu, ada ruang kesehatan juga yang bersih dan persediaan obat juga cukup lengkap.
semoga mba Thina segera membaik kesehatannya
Terharu deh dengan pelayanan para staf LRT yang sigap ketika Thina sakit, semoga makin banyak petugas pelayanan pemerintah yang sekeren mereka dalam melayani penumpang..di bus BRT Trans Semarang juga sigap gini ketika ada yang sakit..salut..
Syafakillahu, ka Thinaa..
Ya Allaah.. sehat-sehat. Memang kalau lagi mual tuh perasaan pingin selimutan tus rebahaan aja.. soalnya uda lemesss.. gapingin ketemu orang karena uda tau bakalan puyeng dan byoorr byoorr lagiii..
Salut sama staf yang gercep padahal kondisinya uda lumayan malam yaa..
Apakah staf kesehatannya 24/7 ?
Maaff.. ternyata siang yaa..
huhuhu.. kurang teliti bacanya.
Alhamdullilah sudah baik “aja…. alhamdullilah juga ketemu orang”baik, gercep semua, salut
Alhamdulillah mbak, sudah sehat seperti sediakala
Wah keren juga ya nih staf LRT. Pelayanannya bisa lengkap dan macem-macem. Sekalipun mungkin ada juga yang terkesan asal-asalan, tetapi mengetahui Mbak Thina bisa ditangani seperti itu, salut juga. Semoga bisa di setiap stasiun begitu ya.