Momen idul fitri kemarin, Saya menikmati momen libur lebaran yang cukup panjang. Hampir seminggu lamanya kami sekeluarga berada di kampung halaman di Kuningan, Jawa Barat. Dan selama itulah, saya kembali bernostalgia di rumah masa kecil sekaligus tempat tumbuh besar hingga sekarang.
Kuningan, sebuah Kabupaten yang berada di ujung timur Jawa Barat ini memang selalu punya cara untuk merayu. Posisinya yang berada persis di kaki Gunung Ciremai, membuat suasananya penuh syahdu, dengan iklim yang relatif dingin yang menenangkan jiwa. Berbeda terbalik dengan tetangga dekatnya kota Cirebon, yang terkenal cukup panas karena berbatasan dengan laut.
Momen kembali ke Kuningan adalah momen yang selalu saya tunggu. Apalagi makin kesini frekuensinya semakin jarang, karena saya sudah menikah dengan seorang warga bekasi. Plus, orang tua dan seluruh kakak adik pun sudah berpindah sepenuhnya ke sekitaran Jakarta, sehingga makin tidak ada alasan bagi saya sering-sering pulang ke kampung halaman.
Hari-hari rumah di Kuningan pun kosong, hanya sesekali saja diisi oleh adik yang mampir atau Ibu yang sengaja pulang untuk beres-beres.
Tapi meski begitu, Kota ini selalu punya tempat di hati saya ini. Setiap kali raga dan jiwa bergerak meninggalkan rumah dan kembali ke perantauan, rasa rindu itu tak pernah hilang sepenuhnya.
Selalu saja ada hal yang akan dirindukan dari Kuningan, mulai dari…
1. Udara yang Jernih dan Menyejukkan

Seperti yang saya jelaskan di paragraf pembuka tadi, Kuningan ini memang berada di lokasi pegunungan dengan kontur alam yang masih asri. Dan itulah mengapa, udara di Kuningan itu relatif sejuk dan segar.
Dan ini adalah satu culture shock Thina kala pertama kali mampir ke Kuningan. Bayangin aja, dari Bekasi yang pwanas poll dan terbiasa pake AC kalo tiap mau tidur. Terus tiba-tiba di Kuningan, gak usah pake AC aja udah berasa dingin. Tiduran di ubin bisa auto masuk angin, hahaha
Saking dinginnya, nyalain kipas di kamar itu hembusan anginnya udah bisa disandingin sama hembusan blower AC. Seadem itu lho.
Udara dingin ini juga jadi penyebab Kuningan sering ditutupi oleh kabut, khususnya di pagi hari. Makanya dulu kalo pas berangkat sekolah naik motor, saya tuh selalu hati-hati. Sebab seringkali jarak pandang lumayan minim, kehalang oleh kabut yang terus bertahan sampai matahari meninggi.
2. View Ciremai yang Tinggi Menjulang

Rasanya ada yang kurang kalo di Kuningan tuh gak bangun pagi lalu berfoto bersama Gedung tertinggi di Jawa Barat ini. Yap, gunung Ciremai setinggi 3.078 meter diatas permukaan laut ini bersebelahan persis dengan kota Kuningan.
Kalau dari rumah saya, itu cukup jalan keluar rumah dikit aja udah langsung deh ketemu sama view nan epic ini.
Ketika dikombinasikan dengan hijaunya area persawahan yang masih bersih dan jalanan dua arah yang tak terlalu ramai… Kita pasti akan langsung teringat sama gambar template semasa kecil. Yang isinya gambar gunung, jalanan, dan sawah… Hayoo, siapa yang dulu suka gambar begitu?

Untuk muncak ke Gunung Ciremai sendiri relatif mudah kalo dari Kuningan. Pilihannya ada dua jalur, yakni jalur Palutungan dan jalur Linggarjati.
Jalur Palutungan lebih jauh dan menghabiskan waktu, namun lebih populer karena lebih landai dan aman untuk pemula. Sementara jalur Linggarjati itu lebih cepat, tapi jalanannya lebih ekstrim dan berbahaya.
Saya sendiri belum pernah menaklukkan Ciremai. Titik terdekat saya itu cuma sampai ke Pos Terakhir via jalur Linggarjati, yakni Pos Pengasinan. Itu pun sebenarnya udah termasuk prestasi, karena posisi pos tersebut sudah berada di atas awan. Bebas, gak bakalan kena hujan.
Cuma dari situ, saya ga berani lanjut lagi. Sebab tiba-tiba teringat sama mendiang Om saya yang dulu jatuh ke dalam kawah Ciremai. Singkat cerita, buat saya sih bisa sampe ke pos itu aja udah Alhamdulillah, ehehehe
3. Ngawedang di Pagi Hari

Dalam konteks budaya masyarakat Kuningan, istilah “ngawedang” merujuk pada kegiatan makan bersama secara santai dan sederhana. Biasanya sih di pagi hari. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan momen kebersamaan di mana orang-orang berkumpul untuk menikmati hidangan seadanya, tanpa formalitas atau kemewahan.
Tapi nggak mesti ada wedang ya. Ini mah istilah bahasa aja.
Biasanya sih kalo saya, pagi hari itu ngawedangnya sama teh manis anget, ditemani oleh sorabi, gemet dan pia-pia.
Ada yang tau gemet dan pia-pia itu apa? Nganu, kalo gemet itu sebutan warga kuningan untuk comro. Bedanya kalo gemet itu ukurannya lebih kecil, dan isiannya lebih sedikit. Itulah kenapa dinamakan gemet, yang berasal dari kata ‘gedena saemet’ alias ‘isinya sedikit’, hahaha
Sementara kalau pia-pia, itu kurang lebih sama kayak bala-bala alias bakwan. Cumaa yang membedakan itu bentuknya. Kalo bala-bala kan seringkali pipih dan tidak beraturan.. nah, kalo pia-pia itu bentuknya hampir bulat sempurna kayak serabi gitu. Itu aja sih bedanya, rasanya mah ya… podo wae.
4. Menikmati Wisata Alam

Kuningan itu dianugerahi oleh lanskap pegunungan yang indah dan alam yang masih terjaga dengan baik. Dan oleh karena itulah, tak sulit untuk mencari tempat wisata di sekitar sini. Pokoknya kalo yang alami-alami mah, gampang lah pokoknya.
Mau ke curug? adaa. Mau pemandian air panas? banyaak. Mau liat view perbukitan? lengkaap. Bahkan kalo mau berenang langsung di kolam yang isinya ikan dewa pun ada. Tinggal follow aja deh akun-akun informasi wisata Kuningan untuk informasi selengkapnya.
Tapi ada satu hal yang perlu dicatat : Selayaknya wisata di Jawa Barat lainnya, wisata di Kuningan itu memang cenderung muahallll.. ehehehe.
Saya inget betul, waktu honeymoon dulu saya dan Thina melipir ke area Gunungkidul, Yogyakarta. Disana, uang seratus ribu bisa sampe ke beberapa tempat. Eeeh begitu ke Kuningan, mampir ke satu curug aja udah ngabisin hampir seratus ribu sendiri… langsung culture shock lah Thina. hahaha.
Tapi gak semuanya gitu yaa. Ada juga kok tempat wisata yang worth it dan gak terlalu mahal disini. Pinter-pinternya kita aja pas nyari. (ini paragraf buat cari aman).
5. Masjid Megah, Tata Kota Rapi

Wajar aja kalo Kuningan itu senantiasa mendapatkan penghargaan Adipura. Sebab selain kota ini senantiasa bersih nan asri, tata kotanya pun cukup rapi baik di daerah Kota maupun ke pinggirannya.
Salah satu ciri khas yang paling memorable dari Kuningan adalah layout pemerintahan desanya. Biasanya, di tiap desa itu selalu ada tiga hal ini yang selalu berdampingan : Pertama, kantor kepala desa. Dua, lapangan atau alun-alun. dan Tiga, Mesjid yang Besar dan Megah.
Cobain aja deh melipir ke desa paling pelosok sekalipun, kurang lebih layout-nya akan sama. Selalu melibatkan ketiga elemen tersebut.
Yang menurut saya cukup istimewa, Masjid-masjid di Kuningan itu memang rata-rata besar dan megah. Ini berlaku baik untuk Masjid yang berada di kota maupun yang jauh dari pusat kota. Bisa dibilang hampir rata-rata terdiri dari dua lantai.
Dan lebih istimewa lagi, meskipun Mesjidnya megah, tapi hampir tak pernah ada yang namanya minta-minta uang dan sodaqoh di pinggir jalan selayaknya yang kita temukan di Jakarta dan sekitarnya.
Lantas darimana uang untuk membangun Masjid Semegah itu?
Yaaa besar kemungkinan sih dari donasi para perantau. Karena Kuningan ini memang terkenal karena tingginya jumlah perantau, makanya yaa Masjid pun biasanya dapet dukungan dana dari para perantau ini. Ndak perlu lah yang namanya minta-minta duit di pinggir jalan. Ndak genah.
6. Memantau Bis yang Lalu Lalang

Dan karena faktor tingginya jumlah perantau ini, jadi alasan mengapa di Kuningan juga senantiasa banyak Bus antar kota yang berlalu lalang setiap harinya. Dan makin kesini, makin banyak juga PO Bus yang melirik Kuningan sebagai target trayek baru. Seperti Primajasa dan Sinar Jaya yang sudah mulai beroperasi.
Tapi diluar dari dua PO yang saya sebutkan tadi, Bus di Kuningan itu didominasi oleh beberapa PO lokal seperti Luragung dan Setianegara. Dan uniknya, tiap Bus dengan trayek yang berbeda itu punya nama dan desainnya masing-masing. Mulai dari Lengkong, Kesepuhan, Dewi Sartika, Rikat, Al-Farruq, dan masih banyak lagi.
Satu lagi culture shock yang bakal dialami oleh orang diluar Kuningan, yakni Busnya gak bisa beli tiket di agen. Jadi kalo mau naik, ya tinggal tunggu aja pinggir jalan dan bayar pas udah di dalam bis.
Dan kerennya, kalo momennya pas lagi rame banget.. kita bisa lho teteup dinaikin meskipun kursi bus udah penuh. Jadi nantinya si kondektur bakal ngeluarin bangku tambahan buat duduk di tengah gitu. Hasyemm dah kalo udah begini, hahahaha.
Dan satu tambahan lagi : Bus Kuningan itu tidak untuk pemula. Sebab ngacirnya bukan main, alias sat-set level maksimal. Vin Diesel sama Jason Statham aja kayaknya bakal suwun deh sama sopirnya.
Bayangin aja, dulu pas belum ada Tol Cipali itu kan semua lewat Pantura ya. Nah, kalo Pantura lagi macet, ini sopir tuh itu bisa lhooo mendadak ambil jalur kanan alias LAWAN ARAH. Gilaaaak gak tuh.
Makanya begitu Primajasa masuk ke Kuningan, malah kebalik rasanya. Jadi kayak yang lemooot banget perjalanannya, hahaha
7. Jeniper dan Tape Emberan

Pulang dari Kuningan, tentu gak lengkap kalo gak bawa oleh-oleh. Dan diantara beberapa makanan yang jadi ciri khas, menurut saya dua oleh-oleh ini yang biasanya paling dicari dan pas untuk dibawa ke kota si.
Pertama, Jeniper. Eits, jangan suudzon dulu ya. Ini bukan nama cewek apalagi model cakep. Melainkan JEruk NIpis PERas, sebuah minuman khas Kuningan yang rasanya kecut namun menyegarkan.

Dulu pas Almarhum Bapak Thina masih ada, beliau sukaaa banget pas saya bawain minuman ini. Saking sukanya, itu botolnya sampe dia sembunyiin, gak boleh ada lagi yang minum selain dia, hahaha.
Katanya sih, minuman ini tuh bagus untuk penderita diabetes. Tapi yaa katanya ya itu juga, saya mah belum ada riset lebih lanjut. Jadi silahkan cari sendiri aja.

Dan satu lagi adalah, tape. Tapi ini tape bukan sembarang tape, karena tapenya disimpan di dalam wadah ember hitam. Itulah mengapa kemudian sering disebut sebagai ‘tape emberan’.
Adapun tape ini dibuat dari beras ketan yang difermentasi dengan ragi, lalu dibungkus dengan menggunakan daun jambu air. Rasanya campuran antara manis dengan sedikit asam yang khas, yang jadi favorit bagi sebagian orang.
Biasanya tape emberan begini tuh gak tahan lama, cuma semingguan. Makanya pas beli tuh bagusnya tanyain tanggal matengnya kapan, biar pas sampe kota bisa diperkirakan kapan bakal dikonsumsinya, gituu…
————-
Daaan itulah beberapa hal yang senantiasa saya senantiasa merindukan Kuningan dari waktu ke waktu. Kalau kalian, pernah mampir ke Kuningan juga gak nih? Atau taunya cuma tukang Warmindo doang.. hahaha
Coba ketik di kolom komentar yaa!
Bekasi, 14 April 2025
Ditulis sembari begadang dan tidak tidur sampai pagi.
kalo teman saya dari kuningan dan sekitarnya suka bawa tape enak itu. tape di bungkus kaya pake daun jambu itu. enak itu
Kalau ada di daerah yang alamnya asri itu trus bangun siang, seperti kehilangan energi satu bulan. Pagi dan alam itu satu sumber energi yang paling besar.
Baca tulisanmu ini aku langsung diajak bernostalgia dengan traveling ke sudut Indonesia.
Angkot, alun-alun dan makanan selalu menjadi hal besar dalam setiap perjalanan.
Trus aku terbahak banget baca (ini paragraf buat cari aman)., Fajar oh Fajar bisaaaa banget bikin tulisan bikin ketawa wkwkwwk
Aku ke Kuningan dulu itu cuma sebentar, sampe malam paginya lgsg pulang. Dan hanya tahu oleh2 Kuningan ya Tape Ember itu duh kangen rasanya uenak tenan sementara makanan lain Gemet alias Comro dan Pia2 ga nemu Kak 😀 beneran itu Pia2 bisa bulat sempurna cakep bgt dibdg bala2 ya namanya bala2 ya jd bentuknya jg bala :D. Btw ngeri juga ya Kak itu bus-bus dulunya pernah lawan arah jd inget berita yang BRV bawa rokok ilegal lawan arah akhirnya adu banteng ya sama Bus rombongan dan meninggal duh ngeri nyak..dan Primajasa emg bus-nya slow gitu dulu blm ada Cipularang saya dr Bekasi ke Bdg bisa 4-5 jam *kolot di jlan 😀
Saya yang jauh di Surabaya saja pengen ke Kuningan
Makin pengen karena penjelasan kulinernya mantap juga di sini
Jadi ga salah kalau memang pengen setelah dengar dari Om kalau banyak hal di Kuningan bisa jadi kenangan
Seingatku, blum pernah ke Kuningan samsek.
Tapi vibes-nya rada2 mirip dgn kampung halamanku di Pacitan, Jatim.
memang slow living di desa tuh enaaakk yah.
sebenernya pengin sih, melanjutkan hidup di desa kek gini, karena udara yg bersih, view yg mantul…hanya sajaaaa….. kayaknya ga kuat kalo ngadepin ghibah2 tetangga hahahahahah
Makanya waktu itu aku juga staynya di daerah Kuningan tp cari makan di Cirebon . Krn memang sejuuuuuk banget mas. ENAAAAK loh pokoknya, buat orang yg ga kuat panas kayak aku, udh sesuai itu.
Duuuh ngeri juga sampai om mu bisa jatuh ke kawah gn ceremai . Kawahnya msh aktif ya?
Aku sempat makan di sana, tp blm aku tulis ceritanya sampe skr. Pdhl perginya udh bbrp THN lalu hahahahaha.
Tape ember itu aku sukaaaaaaa. Waktu itu dpt yg maniiis pas jadi mas. Gila sih, susah stop nya. Makanya PGN beli lagi.
Kalo di Sibolga kampungku, makan tape begitu pake ketupat ketan santan. Enak banget
Pemandangan di Kuningan cantik sekali yaa. Dek Putri juga betah main di sana karena sejuk.
Alhamdulillah lebaran ini mas Fajar bisa mudik ke sana.
Btw kalo di Malang, pia-pia itu namanya weci heehhee.
Penasaran dengan combro nih. Dulu sempat makan kripik oncom, enak. Kalo combro ada oncomnya kan ya, pasti enak juga.
Emang tukang warmindo kebanyakan dari kuningan kah mas??hehe…
AKu belum pernah ke Kuningan dan setelah baca ini serasa pengen jelajah kesana juga apalagi cuacanya yang adem dan sangat bersahabat dan juga suasana pedesaan pasti bikin betah buat menikmati kehidupan slow living tapi kenapa kok harga di tempat wisata mahal ya padahal kan di daerah pedesaan ya?? faktor karena dekat dengan daerah jabodetabek apa yaa….
Iya mba Eryka. Biasanya warung Warmindo itu yang punya orang Kuningan. Ini di daerah Bogor sih, aku suka iseng nanya gitu hahaha. Keren ya Kuningan beneran nyaman buat tinggal. Cocok buat mode slow living sambil kerja WFA gitu. Apalagi udaranya juara. Terus banyak makanan lezat dan enak.
Misal mau naik gunung bisa hiking ke Ciremai, indah nian .
Beneran kota idaman nih. Secara letaknya juga masih di Jawa Barat.
Walau suka bikin ambigu antara Kuningan Jaksel dengan Jabar, hehe, tapi yang ini sepertinya daku belum pernah eksplor lebih jauh. Terlebih ada gunung Ceremai pula, yang penasaran buat mendakinya, tapi kayaknya daku pilih yang pandai aja, biar tetep santuy hehe
Liat foto pertama langsung relate banget aku dulu sama suami jg suka megangin baju anak kalo lagi maen, wkwkwk…
Rasanya tempat sejuk kaya gini dengan view cakep bikin betah ya pengen berlama2, apalagi kalo sama anak, kaya nemu tempat yg enak buat tinggal
Memang benar, Mas. Rumah masa kecil itu memang selalu bikin rindu. saya pun rindu sekali dan samai sekarang masih terkenang rumah masa kecil saya di Makassar. Sayang sudah dijual hahaha.
Dan Mas Fajar masih sangat beruntung sekali masih bisa menikmati rumah masa kecilnya dengan segala hal yang menyenangkan dan manis yang memang wajar selalu membuat rindu. mulai dari alamnya, sampai makanannya. Jadi pengin ke kuningan nih. tapi katanya Mas fajar tadi wisatanya muahal ya hahaha.
kalau udah pulang ke kampung halaman, pasti bawaannya hepi polll
ternyata daerah Kuningan asik juga ya, bisa ngeliat view Gunung Ciremai, terus masih banyak juga sawah sawah ijo, mayan buat penyegaran di pagi hari.
nama bala-bala unik juga ini, kalau di kotaku Jember sini, sebutannya Hongkong atau weci
Akhir akhir ini saya sering pergi ke area Cirebon Majalengka dan juga Kuningan dan memang kuningan itu salah satu kota yang adem dan juga masih terasa sekali alam yang indah dan permai dan yang pasti bikin kangen buat ke sana lagi
Saya termasuk yang cukup sering main ke Kuningan mas, tapi semasa masih kecil dulu. Maklum pernah tinggal di Majalengka dan kalau weekend uwa suka ngajak buat liburan atau ketemu temannya di Kuningan.
Serasa healing memang kalau ke Kuningan. Udaranya asli sejuk banget beda sama di Majalengka. Terus makanannya mirip-mirip sama Majalengka dan paling suka tuh di rumah teman uwa banyak buah-buahan hahahhaa.
Memang ya tanah kelahiran selalu punya tempat istimewa di hati. Selalu ada alasan buat merindukan dan mampir sesekali walau tak sesering dulu. Banyak banget yang bisa dijelajahi dari Kuningan rupanya.
Menarik nih eksplore Kuningan, belum pernah aku kesana Kak. Masih banyak ruang terbukanya ya jadi udaranya lebih segar dibandingkan kota besar. Jalan-jalan menelusuri sawah, banyak kearifan lokal yang bisa dipelajari kiddos
Baru tahu ternyata Kak Fajar itu orang Kuningan. Seneng banget ya liat kota Kuningan yang masih asri, udaranya sejuk. Saya baru tahu istilah ngawedang. Senangnya pas pulangnya bisa beli buah tangan ada Tape Emberan dan Jeniper.
tadi saya kira kuningan kota Jakarta Mas, pas lihat berikutnya langsung ngeh Kuningan Jawa Barat, memang ngangenin kota ini, karena udaranya masih hijau dan apalagi ada Gunung Ciremai yang pastinya saya seagai orang yang suka alam, senang berada di kota ini, baca ini jadi kangen daki ke Ciremai deh, saya belum pernah ke Masjidnya, cantik sekali dan tape emberan itu saya baru istilahnya, itu tape ketan yang biasa dimakan di lebaran bukan Mas Fajar?
Culture shock banget yaah.. Kalau di KUningan banyak kebiasaan dan hal-hal yang bisa bikin merindukan kampung halaman. Putri jadi happy juga bisa mengalami hal-hal yang dulunya orangtuanya alami saat kecil.
Aku sendiri belum pernah ke Kuningan. Warmindo juga belum kenal. Tapi, Jeniper ini aku sudah pernah dengar sebelumnya. Aku suka sih jeruk nipis peras. Tapi bukan yang kemasan begitu. Biasanya, aku minum jeniper hangat di pagi hari. Hehehee
Kuningan punya banyak kenangan yang tak akan pernah bisa dilupakan ya mas. Apalagi pemandangan alamnya, sangat cantik memanjakan mata
Kulinernya juga endus ya
Aku pikir awalnya Kuningan itu vannass..
Jadi pas ke Kuningan, aku gak bekel baju hangat sama sekali.
Ternyataa.. kaget!
Adeemeee.. huhuhu.. padahal aku pernah sebulan PKL di Pertamina Balongan.
Eh, deket gak.. mas Fajar, Kuningan dan Balongan?
Ih si Jeniper begitu menggoda iman, apalagi kalo lagi aus… Bisa dua gelas kali ya , saya baru sekali ke Kuningan ke kampungnya embah temen saya, itupun udah jaman kapan, naik bus lur agung dari terminal Bogor, ternyata cukup jauh juga, udaranya emang dingin banget dan tiap hari yg dilihat hamparan padi yg menghijau… Luar biasa cantek.
Kebayang sejuknya daerah Kuningan yah mas. Dikelilingi gunung dan pemandangan yang luar biasa indah. Sepertinya bala-bala atau pia-pia ada di semua daerah di Indonesia deh, hanya beda nama penyebutan saja.
Kalau di daerahku, Makassar bahkan di Sulawesi Selatan umumnya pia-pia ini disebutnya kambeng-kambeng kalau bentuknya rapi itu namanya bakwan juga.
Alamnya masih asri ya, sepanjang mata memandang semuanya hijau. Segar untuk mata segar juga untuk paru”.
7 hal ini, benar-benar sederhana banget ya. Tapi memang kalau hal-hal sederhana gini bisa dimaknai lebih dalam, bakal bikin kita merindu tiada habisnya. Btw, enak juga ngewedang di pinggir sawah, lihat indahnya gunung. Orang-orang desa Kuningan, paginya wuenak pol nih.
Saya punya kenangan banyak nih di Kuningan. Dulu waktu anak saya SMP mondok di Multazam. Jaid mayan sering minimal sebulan sekali kesana. Kuningan memang adem hawanya sejuk. Saya paling suka beli tape sama jeniper seger rasanya. Kenangan banget deh pokoknya daerah Maniskidul Kuningan.
Kayaknya aku pernah ke daerah sana 20 tahun lalu, buat naik Gunung Ciremai…Sampe atas bangun tenda, ngopi sambil nunggu matahari terbit… Kalo sekarang pasti udah beda sih kalo naik gunung, krn pake rasa jompo… wkkk…
Kalo ke keliling kuningannya malah belum pernah, insya Allah next ke sini lagi dan keliling…
Belum pernah ke Kuningan, wah sedingin itu yaaa sampai bisa masuk angin kalau tidur di lantai. Sementara di Jakarta aja biar sudah hujan beuh, tetap saja panas poll.
Saya yakin sih di Kuningan sini juga banyak hidden gems tempat2 indah untuk wisata bareng keluarga yang gak bikin esmosi dompet. Karena memang kl sdh ketauan orang banyak dan ada pengelolanya, ya bakal ada harga yang harus dibayar.
Semoga Lebaran berikutnya atau kapanpun ada kesempatan, bisa ke sana lagi ya. Kebayang enaknya melihat pemandangan indah, sambil ngopi dan sarapan bala2 🙂