Dalam kunjungan ke AEON Mall Jakarta Garden City bulan September kemarin, Aku dan Thina sempat terpikat oleh sebuah restoran jepang yang punya fitur lumayan unik. Sushi King sebutannya. Restoran yang satu ini berhasil menarik perhatian kami karena ia punya semacam ‘sirkuit mini’ yang membuat piring sushi dapat bergerak lincah kesana kemari. Unik sekali!
Sayangnya, perjumpaan kami dengan Sushi King kala itu hanya sebatas disitu saja, karena hari sudah terlalu malam dan kami sedang terburu-buru untuk berjalan pulang. Tapi tentu saja, kami telah mencatat Sushi King pada bookmark destinasi kuliner. Sehingga akhirnya di hari minggu pertengahan Oktober ini, kami pun kompak melanjutkan agenda yang tertunda.
Sejujurnya Aku dan Thina sempat merasa sedikit gundah, tak yakin apakah kami perlu benar-benar datang. Penyebabnya tak lain karena sejumlah review buruk dan rating standar sebesar 3.0 di sejumlah media review kuliner seperti Zomato dan PergiKuliner. Lebih dalam kupandangi, tak sedikit pula netizen yang memberikan bintang 1 hingga 2 dengan berbagai keluhan, hujatan dan makian.
“Jadi, kita berangkat ga nih?” Tanyaku untuk mendapatkan penegasan. Sejenak Thina bimbang, namun tak butuh waktu lama baginya untuk menguatkan tekad, “Yaudah ah, jalan aja gapapa. Kan namanya juga penasaran”.
Okelah, yuk berangkat…
Impresi pertama : dekorasi simpel, pelayannya ramah dan informatif.
Meski berada di tengah-tengah AEON Mall yang notabene adalah mall kelas atas, namun aura Sushi King justru lebih menyiratkan kesederhanaan khas bangsa jepang dibandingkan kemewahan. Hal ini bisa kurasakan dari dekorasi venue penuh sentuhan kayu yang terasa minimalis, dengan hanya sedikit sentuhan hiasan berbentuk sekat kayu di pinggir dan langit-langit restoran. Tapi tak apa, karena daku memang seorang ihsan pendamba kesederhanaan.
Sepakat untuk duduk di area luar restoran, kami pun segera duduk dan merapihkan barang bawaan masing-masing. Seorang pelayan segera menyambut kami dengan senyuman hangat dan sepasang buku menu. Sempat bingung bagaimana cara memesan makan, ternyata sistem order Sushi King tak se-njelimet yang kuperkirakan. Untuk makanan besar, ice cream dan minuman kita bisa memesan langsung kepada pelayan. Sama seperti restoran pada umumnya. Sedangkan untuk sushi dalam piring yang terus bergerak muter-muter itu, boleh kita comot sesuai dengan keinginan.
Tapi hati-hati, perhatikan warna piring dari ‘sushi bergerak’ yang kita ambil. Setiap warna menunjukkan harga, ada piring biru, merah, merah muda, abu dan ungu. Harganya lumayan bervariasi, mulai dari 10 hingga 30 ribu per porsi. Sayangnya porsi sushi di piring ini kecil sekali. Jadi untuk tipikal manusia kapal keruk sepertiku, porsi ini sepertinya bisa kuhabiskan dalam sekali lahap.
Masih bingung? no need to worry. Kita bisa memanggil pelayan lagi dengan menekan tombol merah di samping meja.
Biar Irit Romantis, Pesannya Cukup Semangkuk Berdua
Karena sedari awal Aku dan Thina hanya tertarik dengan kumpulan ‘sushi bergerak’ ketimbang makanan berat, jadi kami sepakat untuk memesan 1 porsi chicken katsu don saja. Sementara untuk minumnya, kami sepakat untuk memesan sepasang ice coffee. Kombinasi yang kurang nyambung memang, tapi tak apa. Sesekali kita coba minuman yang berbeda biar ngga ocha-ocha mulu tiap ke Japanese Resto.
Sambil menunggu pesanan diantarkan, Thina sepertinya sudah antusias untuk segera menangkap satu porsi sushi salmon yang bergerak disampingnya. Aku pun tak mau kalah, segera mengambil sushi yang ada di piring biru alias yang paling murah. Ehehehe.. naluri sarjana ekonominya keluar lagi.
Bagaimana rasanya? Hmm.. not bad, but not so special also. Dapat kurasakan sushi yang kulahap dapat lumer dengan begitu syahdunya di dalam rongga mulutku. Namun sayang, rasanya sudah tidak hangat lagi. Mungkin karena dibawa berkeliling terus tanpa penghangat ya, jadi suhunya pun sudah menjadi lebih dingin. But oke, it doesn’t such a bad thing for me. Selama rasanya enak, suhu bukan masalah.
Tak lama setelah kali menghabiskan sushi, pelayan resto menghampiri kami dengan membawa seluruh pesanan. Jeda waktu dari memesan hingga tiba sekitar 10 menit, sedikit lambat untuk kondisi resto yang tidak begitu ramai Tapi sudahlah, kucoba untuk mengabaikan dan fokus mencicipi makanan ronde kedua hari ini, Chicken Katsu Don.
Menu yang satu ini adalah kombinasi dari nasi, ayam goreng tanpa tulang, telur dan bawang bombay. Suapan pertama, lidahku tak kesulitan untuk beradaptasi. Katsunya meskipun masih mengandung tulang, tapi tulangnya itu tulang rawan. Sehingga terasa gurih dan tak membuat gigiku bergemeletak saat menggigitnya. Sayang sekali telurnya agak kelewat asin, mungkin karena dicampur dengan bumbu salted egg. Porsinya agak sedikit, tapi masih bisa dinikmati oleh kami berdua. (Yha, aku yang mendominasi sih)
Oya untuk rasa ice coffee-nya…. Biasa aja 🙁
Overall : Melebihi Ekspektasi Kami (Yang Banyak Dipengaruhi oleh Kicau Netizen)
“Realita terkadang tak sekejam komentar netizen”, itulah salah satu kesimpulan yang bisa saya ambil dari kunjungan ke Sushi King kali ini. Untuk sebuah restoran yang dihujani makian dan rating yang rendah, ternyata kami justru menemukan hal yang sebaliknya. Pelayanan yang ramah, venue yang asyik untuk ngobrol berlama-lama, serta makanan yang cukup nikmat dan seru dipandang, membuat saya merasa Sushi King tak seburuk apa yang ditampilkan di media online.
Meski begitu, masih ada beberapa hal yang mungkin perlu dievaluasi seperti kecepatan pelayanan yang masih sedikit lambat, padahal kala itu restoran belum terlalu ramai.
Rate from me : 4 / 5
Sedikit tips & trick :
- Datanglah diatas jam 10, karena gerbang mall AEON baru buka jam 10 siang
- Sebaiknya ambil posisi diluar, karena sepertinya mejanya lebih luas dibandingkan meja di dalam.
- Manfaatkan pembayaran digital untuk mendapatkan diskon tambahan.
Bekasi, 22 Oktober 2019
Ditulis sambil menghitung hari gajian yang masih seminggu lagi.
Wahaaaa, kayaknya seru yaaaaa, kayak nungguin sushi pilihan yang diputerputer wgwgw.
Saya makan sushi kayaknya baru di satu tempat, namanya sushi story, itu terkenal murahnya wgwgw.
Sushi tei?
Lewaaaaaaaaat.
kelewatan mahal maksudnya wgwgw
Sushi memang lumayan komersil sih, karena rasanya lumayan familiar di lidah orang indonesia.
Kapan kapan cobain kuliner dari negara lain, ehehehe. Semisal dari negara India atau Korea, hehe
Hahaha makanan india penasaran sih, dulu pernah nyoba apa gitu ya, lupa, bentuknya kek kebab gitu.
Tapi kurang suka ._.
Ini kan makanan jepaang. ehehe
wah mantap, tempatnya asyik banget dan sushi2 nya seperti enak, jadi pengen nyoba makan sushi
Ayo cobain kaaak
Wah… mau dong ikutan makan, eh… salah… Maaf, kalau aku ikutan kan jadi nggak romantis lagi.
Menurutku 10 menit lumayan sih dengan sushi yang sudah siap jadi ya Kak.
Tapi, it’s fine… seru juga lihat makanan diputer-puter gitu.
Pasti seru ke sananya…
Seru juga sih liatin sushi muter-muter gitu.
wahh..tempatnya oke banget nih mas
penegn dong kesanaa mampirr…hhe
Ayoo mampir kak, kapan lagi bisa liat makanan muter muter kayak tamiya, ehehehe
Kunjungan balik mas.. Orang mah skrg mo komen apa aja kadang suka ga difikir.. Btw sy paling banter makan ke resto ato kafe” makanan jepang ya yg standar ky di mall biasanya mas.. Blom pernah sih nemuin yg model gini… Biasanya itu jg jdi bagian ato atraksi yg menarik ya
Makasih sudah mampirrr hehehe. Iya, aku pun kaget pas liat makanannya ngider2 gitu. Mirip kayak supir tamiya.
Mungkin karena pelayanan yang agak lama dan rasa biasa saja ini bikin orang kasih review jelek sedang makanan sejenis menyajikan yang lebih baik. Kadang keunikan juga harus dibarengi oleh dua faktor rasa dan servis ya?
Betul sekali kak. Untuk cita rasa dan atmosfernya sebetulnya lumayan. Tapi apa daya, kalau nunggu terlalu lama ya kita bisa kesel juga hehehe
Wahhh bisa jadi masukan ini dari pihak sananya agar bisa diperbaiki dan diperbaharui lagi
Betul kak, makasih yaa sudah berkunjung
sebagai pecinta sushi, ngiler banget deh lihatnya. Di sini belum ada restoran sushi dengan piring muter-muter gitu.
Ayoo cobain kak. Harganya ga terlalu mahal kok, ga overprice
Wah asyik sekali bisa lihat sushi bergerak, jadi penasaran nih mas,…btw ternyata nggak seperti yg di komen orang lain ya
Betul kak, ga selamanya komentar netizen itu sesuai realita. Kadang ga separah itu kok
Wah, sepertinya tempatnya asyiik banget, ya! Gimana sih rasanya makan sushi dengan suasana begini? 😀 Biasanya cukup duduk manis kemudian diantar…Jadi nggak ada seru-serunya…hehe
Seru banget kak.. Serasa lagi ada di sirkuit tamiya ehehehe
Gw gak doyan sushi. Pernah diajak makan di restoran sushi mewah sama temen, cuman gw liatin doang, wkwkwkwk
Suka banget sama sushi.. kalau sepiring berdua mah bakal kurang 😀
-Traveler Paruh Waktu
Wah disini mah pasti kurang, ehehehe. Wong porsinya dikit dikit doang
Sushi yang mutar-mutar gitu bikin penasaran karena asyik lihat parade makanan memamerkan dengan cara yang bikin lapar mata sekaligus lapar perut.
Seumur hidup belum pernah coba makan sushi, di Balubur Limbangan Garut belum ada yang jualan, nih.
Paling adanya kebab, burger, thai tea, dan makanan-minuman populer lainnya.
kadang emang tulisan orang atau pun pendapat orang lain, bisa mempengaruhi kita untuk mengambil pilihan. terlebih, jika banyak yang mengatakan bahwa benda ataupun suatu tempat itu tidak asik untuk di kunjungi, lalu akhirnya kita malah menghentikan diri kita sendiri untuk membeli ataupun datang ke tempat seperti itu. rasanya ya emang harus bodo amat aja sih.
selama liburan kemarin di jakarta, enggak pernah ke tempat sushi seperti ini. karena lebih ngerasa, untuk memakan makanan khas yang hanya di jual. tapi nanti, harus nyobain sekali lah. penasaran soalnya.
Betul sekali. Kadang pengalaman buruk orang bisa jadi pengaruh besar ke yang lain. Padahal, mungkin kala itu dia cuma lagi apes aja ehehehe.
cukup mahal juga yaaa yang sushi salmon itu, satunya 25ribu haha.. kan ga bikin kenyang juga 😀
Iya lumayan ehehehe. Tapi sebanding dengan suasananya kak