Ada satu pepatah legendaris yang berbunyi seperti ini, “Sebaik-baiknya rencana yang terealisasi, adalah segala realisasi yang terbentuk tanpa rencana apapun”. Kata siapa itu? Kata saya… hahaha.
Yaa begitulah. Berbulan-bulan kata PP-IPTEK sering terlontar dari moncong saya yang lancip ini, berbulan-bulan pula kami ndak jadi berangkat alias hanya menjadi wacana belaka. Tapi entah gimana awalnya, di satu akhir pekan yang random di bulan Oktober, tiba-tiba saja kami semua sudah berada disini.. di Pintu 4 Taman Mini.

Pokoknya yang saya ingat, alurnya seperti ini : Saya mencoba mencetuskan lagi ide ke PP IPTEK – Thina setuju – Saya ngajak kakak saya (a.k.a Wawa) – Wawa setuju – Kami semua berangkat – DONE.
Sederhana sekali kan? Demikianlah the power of dadakan, hahaha.

Adapun kami memilih untuk bertemu di pintu 4 Taman Mini. Sebab, pintu ini adalah akses paling mudah dan strategis untuk menuju ke PP IPTEK. Posisinya ada area paling belakang Taman Mini, dan bisa diakses melalui jalan raya Lubang Buaya. Adapun jarak dari parkiran motor ke PP IPTEK itu bener-bener deket, jadi tinggal dilanjut dengan berjalan kaki aja. Nggak mesti repot-repot nunggu kendaraan lagi.
Biar lebih santai lagi, saya memutuskan untuk membawa stroller saja. Biar nggak ribet sama si bocil satu ini yang kalo udah capek jalan pastilah langsung teriak, “Gendooong.. Gendooong…”.
Nostalgia Bersama PP-IPTEK

Menginjakkan kaki di area parkir PP IPTEK, seketika membawa saya pada kepingan memori-memori masa lampau. Saya ingat betul, orang tua saya pernah mengajak saya mampir kesini kala saya masih berumur sekitar 8 tahun. Saya bahagia, bertemu dengan berbagai alat peraga serta eksperimen fisika yang menyenangkan.
Apalagi, dulu saya memang senang dengan hal-hal berbau eksperimen. Buku fisika dan majalah orbit, adalah dua hal yang selalu saya baca setiap harinya. Membuat saya mengetahui dan mempelajari bagaimana setiap detil dunia bisa bekerja.
Aih, tiba-tiba rindu majalah orbit… hiks. Ada yang dulu pernah langganan?

Ada sebuah kesenangan tersendiri, ketika berbagai eksperimen yang tadinya berbentuk ilustrasi dua dimensi, menjadi sebuah praktek nyata berbentuk alat peraga. Dan itu adalah salah satu dream come true saya di masa lalu.
Kini, setelah puluhan tahun berlalu, saya akhirnya kembali menginjakkan kaki disini. Dari yang tadinya bocah, sekarang datang kembali sambil membawa bocah. Ada sedikit pertanyaan terbesit dalam diri, “Kira-kira seperti apa ya situasi di PP-IPTEK sekarang ini? Sudah banyak improvement kah? Atau sama saja ya?.
Pertanyaan itu agaknya mendapatkan sedikit jawabnya, kala sesosok karakter Bumble Bee menyambut kedatangan saya. Sosok yang sama yang dulu telah menyambut saya, dan kini masih berada di tempat yang sama. Tak ada beda sama sekali. Bahkan tak hanya Bumble Bee saja. Bisa dibilang, aura tempat ini masih sama dengan apa yang saya tangkap berpuluh tahun yang lalu.

Sejenak bergeming, saya akhirnya melangkahkan kaki menuju loket masuk. Disana tertera informasi harga sebesar Rp. 27.500,- per orang. Tak mahal, namun tak bisa dibilang murah juga. Apalagi sekarang untuk sekedar masuk Taman Mini pun harus merogoh kocek dalam-dalam, hampir 150 ribu hanya untuk berdua.
Berasa bangeeeeeetttt…


Selain poster berisi tarif masuk, saya juga menangkap sebuah poster bertuliskan “Ragam Wahana Baru”, yang sayangnya berisi informasi wahana berbayar, alias diluar dari harga tiket 27.500 ribu tadi. Saya pribadi sih nggak begitu tertarik, jadi wis lah yang penting masuk aja dulu. Perkara tiket terusan, itu bisa dipikirin lagi di dalam nanti.
Disambut Oleh Dinosaurus

“Papiiiih, ada Dinooooo…”, teriak Putri begitu stroller kami melewati pintu masuk. Yap, selain Bumble Bee yang jadi sosok ‘penunggu’ terkenal, di PP IPTEK ini juga ada sebuah boneka robotik berbentuk dinosaurus yang akan menyambut para tamu yang datang. Gerakannya terbatas, tapi sudah cukup untuk membuat anak kecil jadi tertawa bahagia. Merasa seperti dinosaurus yang biasanya berbentuk kartun kini bertransformasi menjadi objek nyata.
Ada Tyrannosaurus Rex, Triceratops, serta kadal raksasa yang akan bergerak hidup saat kita semua mendekatinya. Kenapa bisa begitu? Bukan karena digerakin sama operator yaa, melainkam semua boneka ini sudah menggunakan sensor.


Oya. Di sepanjang pagar yang berhadapan dengan Dinosaurus ini, saya menemukan beberapa unit standing AC. Langsung sajalah, saya berdiri di depannya alias ngadem. Abisan di luar panas banget oooyy... Untungnya disini sih lumayan enak, adem dan gak berasa gerah.
Kami sempat berkeliling sejenak ke area bawah. Disini ada beberapa alat peraga dengan tema seputar gelombang dan kelistrikan. Namun sayang sekali, hampir semua peraga di area bawah sini rusak. Bahkan bisa dibilang, gak ada satupun yang berfungsi sama sekali. Kecewa beraaat…

Tiba-tiba, sebuah pengumuman terdengar dari speaker yang agak grusak grusuk…
Menonton Peluncuran Roket Air

Setelah mencoba mencerna informasi dari suara serak sember speaker pengumuman tadi, akhirnya saya mendapat informasi bahwa akan ada demo peluncuran roket air di area sebelah kiri gedung. Kami semua tentu langsung antusias, setengah berlari menuju lokasi peluncuran roket.
Seorang perempuan paruh baya dengan masker hitam, nampak sedang berdiri sembari memegang sebuah roket air sederhana dengan kedua tangannya. Di depannya, ada seperangkat alat peluncur yang terhubung dengan pompa angin.

Seakan terhipnotis, kami semua langsung ambil posisi di area tangga dan menikmati semua penjelasan yang disampaikan. Even Putri aja fokus banget lho, nggak kedip sama sekali, hahaha.

Secara garis besar, demo ini menjelaskan bagaimana proses dorongan bisa terjadi. Awalnya roket hanya diisi dengan angin bertekanan saja, dan hasilnya tidak maksimal. Tapi begitu diisi dengan air, tekanan yang tercipta seakan kian menguat berpuluh kali lipat.
Yap, roketnya langsung meluncur jauuuuuuuhh sekali… Meninggalkan kami semua dalam keadaan takjub sekaligus excited.

Mencoba Alat Peraga yang (Kian) Usang

Lanjut dari area demonstrasi, kami meluncur menuju ke lantai 2 untuk mencoba deretan alat peraga yang tersedia. Disini, ada tiap sudut memiliki tema dan detil ceritanya masing-masing. Ada yang menjelaskan cara kerja satelit, cara kerja rem mobil, cara kerja cermin, daaaan masih banyak lagi.




Tapi sayangnya, saya pribadi merasa semua alat peraga disini itu semacam frozen in times.. alias, gini-gini aja. Dari semua koleksi alat peraga tersedia, hampir tak ada koleksi yang baru sama sekali. Semuanya masih sama dengan apa yang pernah saya temui berpuluh tahun silam.
Saya mendapati sebuah komputer peraga yang masih menggunakan Macromedia Flash, alias sebuah software lawas keluaran tahun 1996. Bahkan gak cuma itu, komputernya aja ada yang masih pake windows 98 coy. Buseeet dah, ini gak ada budget apa gimana, hiks.


Tapi yang paling nelangsa sih, ya karena beberapa alat disini itu emang udah rusak dan kondisinya tidak terawat. Bayangin aja ya, ada satu alat peraga yang menunjukkan cara kerja rem di kendaraan. And you know what? Itu remnya ngeblong, alias udah gak bisa dipake sama sekali. Kan kocaaaaaak..

Menonton Pertunjukan Puppet Show

Setelah lelah berkeliling kesana kemari demi menghilangkan rasa penasaran bocil. Tiba-tiba telinga saya menangkap sebuah informasi penting lagi. Kali ini, speaker indoor menginformasikan bahwa akan ada sebuah pertunjukan spesial Puppet Show alias Pentas Boneka yang akan segera digelar.
Saya pun langsung antusias, mendorong stroller Putri menuju titik temu. Kedatangan kami disambut tiga banner besar bertuliskan Puppet Show yang penuh warna dan kemeriahan. Jujur, liat poster ini saya ada harapan lumayan besar si. Apalagi ini ada embel-embel ‘Spektakuler’-nya segala.
Tapi gatau kenapa, kok feeling saya rada ga enak ya. Mungkin karena ini tuh kita mesti bayar lagi. Gak mahal si, cuma 10 rebuan aja per orang. Tapi yang jadi tanda tanya adalah, “ini kok sepi amaaat ya?”.
Nganu, hampir gak ada penonton lain selain kami berempat lho. Mana yang jaga di deket pintu masuknya juga cuma 1 orang doang euy.
Tapi yaudahlah ya, udah kadung janji sama Putri. Jadi kita cuss, masuk ke dalam.

And here are the things. Orang yang tadi jaga sendirian di deket pintu masuk, itu adalah orang yang kelak akan membawakan cerita. Iya, dia sendirian doang. Ga ada siapa-siapa lagi.
Lebih uwow-nya lagi ya, nggak ada musik sama sekali. Jadi ini show tuh beneran cuma 1 orang bawain 1 cerita. Udah, itu aja.


Untungnya ada Putri dah ya. Dia sih excited banget mengikuti alur cerita show ini, yang bercerita tentang bahayanya jika malas menyikat gigi sebelum tidur. Yah, meskipun agak sepi, tapi buat bocil mah.. ini mungkin hiburan yang mantap djiwa sekali.
Lain halnya kalau cuma datang berdua bersama pasangan. Saya jamin 100%, pastilah bakal krik-krik-krik sekali iniii…. wkwkwkw

Hal-hal Lain yang Kami Coba
Beberapa hal lain yang kami coba di PP IPTEK, diantaranya adalah :
– Memegang Bola Listrik

Ini mirip kayak di film Mr Bean ya. Jadi kalo kita pegang bolanya, pelan-pelan akan memunculkan listrik statis yang bisa bikin rambut kita jadi berdiri. Putri langsung saya suruh nyobain, dan dia langsung semangat 45.
Nganu, ini mbaknya tuh anak magang alias PKL ya.
– Menonton Demonstrasi Tesla Coil

Tesla coil itu semacam transformator yang memungkinkan untuk menyalakan objek yang butuh tenaga listrik tanpa harus terhubung secara langsung alias nirkabel. Sama seperti poin sebelumnya, demonstrasi hari ini juga dipimpin sama anak PKL.
Saya langsung mikir, “Lhaa ini karyawannya pada kemana dah?”
– Mampir ke Makam Firaun



Salah satu wahana berbayar yang kami coba. Mesti rogoh kocek sebesar 22 ribu memang, tapi lumayan oke lah ya. Isi di dalamnya ada replika makan firaun, serta beberapa informasi penting seputar detil makam firaun dan seisinya.
Secara ukuran, sebenarnya gak begitu panjang sih ya.
Kesimpulan Akhir

Setelah menimbang, saya memberikan nilai 6/10 untuk tempat ini.
Jujur, saya pribadi senang karena PP IPTEK masih ada. Tapi sekedar ada saja, tentu tidak cukup. Saya berharap ke depannya akan ada revitalisasi besar-besaran, atau mungkin minimal sekedar pembaharuan saja terhadap koleksi alat peraga dan unit-unit penunjang lainnya. Sebisa mungkin, lebih terawat dan lebih mutakhir.
Kan gak lucu yaaa.. masa sebuah tempat yang mengandung kata IPTEK, eh.. malah ketinggalan teknologi. Seems like an irony to me.
Sederhananya : tempat ini emang musti dirombah habis-habisan. Ganti semuanya, perbaiki semaksimal mungkin. Macem seperti Taman Burung, yang semenjak dikelola Jagat Satwa kini jadi mendingan.
Yah, semoga aja pelan-pelan bakal ada pembenahan ya.. Amiiin.
Kalo kalian, kapan terakhir kali pernah mampir ke PP IPTEK? Coba cerita dongs.
Bekasi, 25 November 2025
Ditulis sembari membaca berita perselingkuhan artis yang gak ada abisnya.




Ih seriuuuuuus, sedih loh bacanyaaa . Aduuuuh ini kalao dijaga, dirawat, diupgrade, pasti bisa sekeren museum science yang di penang itu. Orang2 jadi rame datang, terutama anak sekolah yg mau belajar science.
Lah kalau kondisinya begini, yg suka palingan anak kecil doang . Betul katamu mas, krik krik krik kalau dtgnya ama pasangan .
Staff terbatas, udh pasti krn budget ga ada kan. Pdhl uang masuk dr pintu tmii udh mahal, masuk wahana bayar lagi.
Paling ngakak baca yg rem blong . Ah sudahlaaaaah…. Ntah sampai kapan berharap museum di Indonesia bisa maju dan menarik
Di satu sisi kalau nggak ada perubahan itu seperti mengenang masa lalu Mas, tp di sisi lain berarti nggak ada ugrade gitu…hehe Sayang juga nggak sih. Padahal di era sekarang teknologi semakin maju, mungkin kalau diupgrade bakal keren banget sih itu.
Keknya aku kok familiar ya sama Roket air….setelah kupikir-pikir ternyata aku pernah ke sana di tahun2 sebelum pandemi, duh kok bisa sampe lupa.
Pokoknya keluarga Mas Fajar keren dah. Suami, istri dan anak sama-sama ayo aja tiap diajak jalan. Sehat-sehat terus sekeluarga Mas
Beberapa kali ke TMII, nggak pernah mampir ke PP IPTEK sekarang-sekarang ini. Terakhir masuk sekitar masih SD, dan majalah Orbit salah satu yang saya baca dan nantikan setiap serinya. Bagus dan bikin saya suka sekali sama Fisika.
Hmppp, setelah membaca kisah mas Fajar, Mba Thina, Wawa dan Putri masuk ke PP IPTEK rasanya nggak ada perubahan berarti ya. Malah makin terlihat usang dan maaaf banget pas baca terkait PUPPET Show aku auto ngakak, yang jaga multi talenta sekali. Beneran sendirian udah gitu nggak ada musik? Beneran sih kalau orang dewasa masuk ke area itu rasanya bakalan alamak nyesel
Banyak part berbayarnya yak. Dengan fasilitas yang terasa kurang worth it, semoga saja segera berbenah dan petugas standby kecuali jam istirahat boleh lah agak sepi (walau aneh, biasanya tempat rekreasi orangnya akan standby bergantian).
Menyambangi satu tempat secara mendadak emang penuh kejutan dan selalu fix jadi. Makanya di tahun ini sering dadakan aja pergi ke sana ke sini, biar nggak pusing kalau emang bisa ya cus meluncur kalau nggak yaudah hahaha.
PP Iptek ini menjadi salah satu destinasi andalan kalau sekolah lagi pada ngadain study tour.. berpuluh taun lalu tapinya.
Sekarang antara sekolah sudah pada tak tertarik lagi untuk mengunjunginya pada acara study tour dan atau diperkuat dengan tidak atau kurangnya alat peraga menarik di PP Iptek yang benar-benar kekinian. Mungkin kalau terus tak ada up grade, cocoknya PP Iptek namanya diganti menjadi museum barang-barang jadul, kali ya
Aku tuh mikir, dikau datang dari bocah sampai bawa bocah, benar-benar nostalgia banget dong kamu. Trus itu si Bumble Bee benaran era bocahmu masih ada sampai saat ini? kok aku makin terasa ya, era robot kuning itu dikau masih bocah sedangkan aku udah bekarja lama. Ketahuan banget beda umurnya wkwkkwwk.
Jadi mengenang masa kecil juga, beruntung loh dirimu bisa menikmati tempat seperti ini, bisa belajar banyak dan ada alat peraganya juga. Aku sendiri karena sekolah di desa ya gitu deh hihii. Ikut miris seh dengan keadaan PP-IPTEK ini, tidak terawat dan belum ada perubahan alat. Karena bagaimanapun katak IPTEK seperlunya di update. Apalagi di era semakin dinamis dan teknologi yang jadi kuncinya.
Walau dengan keterbatasan, Putri tetap senang ya dan semoga nanti ketika dia balik lagi, sudah ada perubahan dan lebih seru menikmatinya.
Yeaaayy ke PP Iptek. Keknya duluuuuu banget zaman gadis juga pernah ke sana hahaha. Pengen ke TMII yang setelah direnov wurung2 aja, moga2 nanti pas liburan sekolah bisa ke sana. Eh seriusan masuk TMII sekarang 150 ribu? Eh berdua ya ini? Jadi 75 ribu yaaa? Trus masuk2 wahanan wisata2nya berarti bayar2 lagi yaa/ Wah mayan yaa haha.
Hihihi aura PP Iptek masih sama aja yaaa, jadi berasa kembali ke masa lampau donk ya 😀
Wah kirain abis renov akan jadi lebih baik hiks. Sedih juga sih yaaa, harusnya bisa jadi tempat buat anak2 belajar malah vibesnya alat2 tua gitu.
Ngakak bagian yang jagain puppet show dia sendiri yang jadi aktornya =))
Apa mereka kekurangan pegawai atau gimana itu deh.
Jujurly aku pengen ke TMII tu mau nostalgia naik kereta gantung, sama satu laghi mau nonton pertunjukan tari yang katanya sore yaa.
wisata edukasi kaya gini teh kurang ka uy di bandung , ada sih di Bandung Barat tapi jauh bangeut hehe , eh ada sih museum geologi hehe . Aku ingin bangeut ajak anak aku tuh ke tempat wisata edukasi walau pun pastinya belum paham sepenuhnya setidak nya ada memori ih aku pernah kesini. Btw aku juga belum pernah ke PP IPTEK , dulu hanya lewat aja hehe
Beberapa kali ke TMII, belum pernah nih masuk PP IPTEK. Bukannya ga penasaran, kadang males aja kalo alat peraganya rata-rata udah usang. Dan terbukti benar ya kak Fajar. Beberapa demo alat di beberapa bagian malah ga bisa digerakkan. Ga ada inovasi atau revitalisasi ke alat lebih modern lagi.
Inilah sebabnya anak2 jadi males ke museum. Isinya barang mati. Kita yang seharusnya bisa belajar dari sejarah, malah kita hanya menyaksikan sejarah itu telah usang. Sayang banget sih. Semoga ada perbaikan serius di PP IPTEK. Kan kita udah bayar.
Nostalgiaaaa…. Saat masa anak-anak ya , Mas. Ke sana pas masih bocah 8 tahun, sekarang datang lagi sudah bawa bocah hahaha. Saya ke Taman mini itu bulan 9. Tapi ke museum penerangan. Jadi free masuk. Dan ternyata tiket masuk TMII sudah mahal juga ya Mas. Terus masuk ke tempat di dalam bayar lagi. Kayak IPTEK ini masuk 27 ribu. Ke wahana lagi bayar. Pas lihat pertunjukan boneka, jadi ingat kayak boneka Muppet hehehe. Setuju sih, karena tema IPTEK, maka harus menonjolkan seputar teknologi zaman now juga
kurang sesuai dengan namanya ya. Seharusnya update seiring perubahan teknologi nih, malu lah kalau isinya ga berubaha beberapa tahun, aplaagi ini beberapa dekade kan ya. Semoga pengelolanya segera sadar dan melakukan perombakan total. Apalagi ini kan letaknya strategis to ya
Saya belum pernah ke PP IPTEK tapi kayanya setelah baca cerita ini, selama belum ada renovasi atau apa, mending nggak berkunjung ya. Sedih sih, padahal kalau dimaksimalkan pasti lebih keren lagi.
Ini tuh dikelola negara apa gimana sih?
Yaahh, jadi gak ada perubahan ya Mas?
Daku tuh ke sana pas jaman SMA dan ketika diklat pas kerja, gak begitu engeh ada perubahannya atau nggak.
Tapi ya minimalnya dapat kan ya, terang gitu. Jadi gak yang serem, tapi masih asik buat dikunjungi kalo bareng-bareng keluarga ke sana.
PP IPTEK nih bagus yaa mengenalkan sains pada anak-anak sayangnya tidak dikelola dengan baik masa koleksinya tidak bertambah atau diperbaiki biar lebih menarik.. aku ada tuh foto keluarga depan Transformer, pas anak-anak masih SD..
Seumur hidup saya belum pernah datang ke tempat ini tapi menarik sih karena menjadi semacam kapsul waktu kembali ke tahun 90-an apalagi seperti dibilang bahwa ini tampak membeku dalam waktu. Dan kayaknya itu peragaan rem blong itu memang memperlihatkan bagaimana kondisi rem belong itu seperti itu adanya
Liburan kenaikan kelas kemarin kami juga ke TMII, tapi sayang sekali sampai sana hujan, sedih ngga bisa eksplor ke musium2nya, padahal anak-anak udah exited banget.
Pantesan Taman Burungnya udah nampak modern gitu ternyata diambil alih sama Jagat Satwa.
Sepertinya PP IPTEK ini harus diambil alih sama pihak swasta agar makin maju dan modern, sayang banget banyak peraga yang udah usang dan rusak dibiarin begitu aja, seperti terbengkalai. Padahal saya lihat di gerbang pintu masuk dan toko sovenir juga sudah bagus karena dirombak total.
Untuk pengembangan, mungkin butuh dana yang ga sedikit juga yaa..
Tapi selalu optimis karena anak-anak pasti bakalan excited ke PP IPTEK.
Mungkin ga untuk Dateng berkali kali..huhuhu.. paitpaitpait.
Kalo di Bandung, ada juga tuh mas Fajar mirip mirip PP IPTEK, Puspa IPTEK Sundial di KBP.
Wah, senangnya bisa jalan jalan ke PP IPTEK ini
Sayangnya beberapa alat peraga sudah usang ya, harusnya ada pembaharuan ya
Anaky pasti suka kalau diajak kesini ya mas
yhaaa beginilah Indonesia
punya spot yg (seharusnya) menarik dan sarat faedah, tapi malah di_mangkrak_ kan.
Melas jaya ✌️
budget IKN kepake 1 persen aja, bs banget bikin spot ini jadi terawat dan upgrading ye kan.
malesin bgt emang kamarentah +62
Semoga PP IPTEK bisa segera berbenah dan melakukan banyak perbaikan ya
Karena menurut saya harga tiketnya pun tidak murah murah amat
Apalagi sebetulnya anak anak sangat butuh mengenal tempat seperti ini ya Mas
Tapi pasti meskipun terlihat usang masih ada yang bisa dipelajari sambil ngadem >.<