Minuman Manis. Kesegaran yang Membunuhmu

Minuman Manis. Kesegaran yang Membunuhmu

Tuhan itu.. kalau ingin memberikan petunjuk pada hamba-Nya, seringkali melalui jalur yang tidak disangka-sangka. Seperti yang saya alami beberapa hari lalu, kala sedang menunggu Thina di ruang IGD RS Masmitra.

Sejatinya, tak ada perlu saya khawatirkan sama sekali saat itu. Proses registrasi dan klaim BPJS lancar tanpa halangan, Thina-nya juga sudah lumayan membaik. Ia mulai tidur terlelap, sementara saya duduk menanti di hadapannya sembari sesekali membuka WhatsApp dan scroll sosial media.

Mendadak, muncul sebuah pemandangan tak biasa dari ruang sebelah. Sepertinya bukan bagian dari ruang IGD, melainkan ruang Isolasi. Adapun posisi kami benar-benar bersebelahan, dan hanya dibatasi oleh sebuah kaca transparan tanpa sekat apapun. Otomatis, saya bisa melihat jelas segala sesuatu di ruangan sebelah sana.

Entah apa lagi maksud semesta kali ini. Hari ini, di siang hari nan bolong ini.. saya diperlihatkan pasien yang nampak mengkhawatirkan. Seorang pria paruh baya yang jika saya tebak umurnya, mungkin di kisaran 50 hingga 60 tahunan. Tidur terbaring tak berdaya, dengan elektrokardiograf terpasang di tubuhnya.

Ilustrasi : Generated by AI

Sekilas mungkin tak ada yang aneh dari apa yang saya deskripsikan barusan. Namun batin saya langsung merinding, kala melihat kaki si Bapak tersebut. Kakinya nampak membengkak, penuh luka, serta membiru di beberapa sudut. Bahkan, jika saya perhatikan lebih dalam lagi sepertinya ada beberapa titik yang nampak agak membusuk.

Reflenks, batin saya langsung bergumam, “Walah… Diabetes”

Tapi cerita tak selesai sampai disana. Selang beberapa menit kemudian, dokter memanggil anggota keluarga dari si Bapak tersebut untuk diskusi bersama. Karena posisi saya berada persis di meja kerja sang dokter, maka sayup-sayup saya bisa menangkap beberapa hal dari perkara yang mereka bicarakan.

“Bu, ini kondisi si Bapak sudah lumayan parah. Gula darahnya cukup tinggi, melampaui batas normal. Terus kami cek juga kondisi ginjalnya sudah rusak parah. Adapun saran kami, lebih baik dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar. Supaya fasilitasnya lebih lengkap, dan bisa juga dilakukan cuci darah”

Telinga saya seakan tak sanggup lagi menguping obrolan mereka. Tak terdengan lagi banyak diskusi atau argumen apapun, hanya suara isak tangis keluarga yang menggema hingga ke sudut ruangan.

———–

Singkat cerita, hari itu kami memutuskan tidak jadi rawat inap. Thina pun saya bawa pulang, untuk melanjutkan pengobatan secara mandiri di rumah.

Malam harinya, Ibunya Thina menghubungi kami via Video Call. Saya menceritakan kembali apa yang saya lihat di siang hari tadi. Tentang kondisi bapak di ruang sebelah, tentang kakinya, serta isak tangis keluarga yang menggema.

Seakan mempertebal petunjuk ilahi kepada saya hari ini, Ibunya Thina malah menceritakan hal serupa yang belum lama ini ia perhatikan sendiri.

“Kamu tau Mbak Mawar ngga? Ada lah tetangga deket Duren Jaya sini. Itu dia belum lama kan dibawa ke rumah sakit juga.”

“Awalnya gatel-gatel gitu, eh pas diperiksa di rumah sakit. Kok gula darahnya tinggi, ampe 400 lebih. Baru deh dia cerita kalo selama ini tuh dalam sehari dia bisa minum teh manis pinggir jalan, sampe 6 cup sehari”

Saya terdiam, dan fokus mendengar. Sempet kepikiran buat bikin popcorn, tapi sepertinya waktunya ga cukup.

“Terus pas diperiksa lebih dalam lagi ternyata ginjalnya juga udah rusak parah. Akhirnya kata dokternya ini dia musti rutin cuci darah. Terus makan minum juga udah dibates lagi, gabisa sembarangan kayak dulu. Pokoknya ga enak banget dah idupnya sekarang. Mau nyesel juga ya gimana, udah telat…”

Kali ini saya benar-benar terdiam. Bukan… bukan perkara popcorn. Melainkan karena merasa tertampar dengan 2 cerita dejavu, yang terus membayangi saya sepanjang hari ini.

Bulu ketek saya rasanya merinding (etdah.. ngapa malah ketek yak), menyadari bahwa saya sendiri juga seringkali jajan minum-minuman manis dalam beberapa waktu terakhir. Kalau lagi haus di jalan… sukanya melipir beli es teh lima ribuan. Kalau kepala lagi mumet sama kerjaan.. sukanya ke warung, beli coca cola botolan.

Baca Juga :  Pengalaman Ngurus Sendiri Mutasi Motor Jakarta ke Bekasi - Part 1

“Duh ya Tuhaaaan.. Jauhkan nasibku dari penyakit-penyakit seperti dua cerita diatas pliiis…”

Kita Harus Aware Perkara Gula-Gulaan.

Jika mengacu kepada rekomendasi dari Kementrian Kesehatan. Seharusnya kita-kita yang sudah berumur dewasa ini, hanya diperkenankan untuk mengkonsumsi gula maksimal 4 sendok atau 50 gram saja setiap harinya.

Kalau sampai konsumsi gula kita berlebih, (apalagi terus menerus) maka bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti Diabetes, Serangan Jantung, hingga Gagal Ginjal.

It’s seeems to be a lot of trouble. Right?
So we need to reduce it. Right?

Sayangnya, fakta justru mengatakan kebalikannya. Karena kenyataannya, Penduduk Indonesia itu justru berada di peringkat tertinggi ketiga dalam tingkat konsumsi minuman berpemanis se-Asia Tenggara. Konsumsi rata-rata minuman berpemanis kita per tahunnya adalah 20.23 liter. Cuma kalah dari Thailand (59,81 liter) serta Maldives (37.86 Liter). Punten, ini mah bukan prestasi ya.

Fakta ini sejalan dengan data statistik yang mengatakan, bahwa jumlah penderita diabetes itu senantiasa naik dari tahun ke tahun. Dari data prevalensi 10.9% di tahun 2018, jadi 11,7 di tahun 2023. Jika menilik jumlah penduduk Indonesia yang ada di angka 277 juta jiwa, itu berarti kurang lebih ada 32.5 juta orang yang menderita penyakit diabetes tiap tahunnya.

Serem? Banget!

Statistik macem gini, tentu bakal membawa dampak negatif di masa mendatang. Karena kalau pasien diabetes di rumah sakit semakin bertambah, maka biaya yang harus dikeluarkan negara untuk mengatasi masalah ini juga makin besar.

Tahun 2020 aja, buat ngatasin masalah ini.. Pemerintah musti ngeluarin biaya sampai 14.4 Triliun. Bukan main, itu duit semua ya. Ngga dicampur pake daun jawer kotok separo.

Kenapa Minuman Manis Populer Banget?

Ilustrasi : AI Generated

Kalau menurut saya pribadi, ada beberapa faktor yang bikin minuman manis tuh jadi sangat populer di kalangan masyarakat. Bahkan, minuman kayak gini udah jadi bagian dari kesehariannya warga Indonesia. Beberapa diantaranya adalah :

Perubahan Gaya Hidup

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Lifestyle kita juga jadi berubah banget. Dari yang dulunya santai dan bersinergi dengan alam, sekarang jadi serba buru-buru dan maunya instan.

Akhirnya untuk yaa konsumsi minuman pun, kita seringnya beli air minum kemasan botolan. Soalnya kan emang praktis, dan bisa dibeli dan dikonsumsi langsung kapanpun kita mau.

Ketersediaan Melimpah

Minuman manis tuh bener-bener bisa kita temuin dimana aja. Mulai dari supermarket yang gede, sampe warung kecil di pinggir jalan. Ini bikin chance kita untuk beli jadi tambah besar, karena yaa segitu gampangnya untuk beli kalo kita lagi pengen.

Apalagi sekarang kan Franchise teh manis lima ribuan juga lagi banyak menjamur. Terus sistem belanjanya bisa drive thru, alias gausah turun dari motor. Padahal ya lagi-lagi, minuman pinggir jalan gitu kadar gulanya seringkali ga jelas sama sekali.

Pemasaran yang Agresif

Produsen-produsen minuman manis ini seringkali disokong oleh dana yang melimpah untuk melakukan promosi di berbagai media, mulai dari TV, radio, media cetak hingga sosial media.

Mirisnya, para produsen ini tuh seringkali cuma promosiin hal-hal positifnya aja seperti Vitamin, Zat Besi, dan berbagai kandungan lainnya. Tapi penjelasan mengenai kandungan gula, serta bahayanya untuk jangka panjang itu ga disebutin. Padahal itu yang bahaya lhooo!

Kesadaran Masih Minim

Sejalan dengan edukasi pergula-an yang masih minim, maka yhaa kesadaran dari masyarakat kita akan bahaya gula juga minim banget. Hampir sebagian dari kita tuh ga aware, berapa kadar gula yang udah kita minum tiap harinya. Bahkan, mungkin sebagian besar dari kita juga ga tau, dan ga pernah kontrol kandungan gula darahnya masing-masing.

Baru ketauannya tuh ya nanti, kalo udah ada gejala-gejala penyakit udah muncul. Yang artinya semuanya sudah terlambat.

Pengaruh Sosial & Budaya

“Maaf ya pak, bu. Duh ini saya ga bisa nyuguhin apa-apa. Cuma ada ini doang nih.. Tumpeng.”

Kebiasaan minum manis ini juga udah jadi budaya yang cukup mengakar di masyarakat Indonesia. Mungkin ya karena efek pemasaran yang masif dari zaman jebot juga kali ya. Jadinya udah kebiasaan, tiap kali lagi menjamu tamu kita bakal suguhin teh manis atau kopi hitam (dengan gula, tentunya). Terus kalo abis makan di restoran atau warung makan, biasanya dilanjut minum es teh atau minuman manis lainnya.

Minum air putih malah kadang stigma negatif, dianggap pelit. Aneh ya?

Mari Hentikan Lingkaran Setan Ini!

Pertanyaan sederhana yang timbul dari berbagai penjelasan di atas adalah. Mau sampai kapan semua ini berlanjut? Masa mesti kena diabetes dulu, baru kita sadar? Masa mesti didiagnosa gagal ginjal dulu, baru kita tobat?

Baca Juga :  Nyobain Laundry Koin Ala-Ala Mr Bean

Kalau udah ada di fase itu, semuanya sudah terlambat. Ingat, penyesalan itu datangnya belakangan. Karena kalau di awal itu namanya registrasi sama uang pangkal, hahaha

Setelah membaca dan riset berbagai hal tentang minuman manis ini, saya punya beberapa rekomendasi hal-hal yang bisa kita lakukan bersama.

Mari kita mulai perubahan dari hal sederhana, semisal :

Banyakin Minum Air Putih

Source : AI Generated

Ini yang paling penting sih. Mari kita tanamkan kebiasaan, untuk minum air putih dalam setiap kesempatan. Lagi pula air putih itu kan murah, dan sama-sama tersedia dimana-mana. Kalau dirasa berat, coba minum air putih dingin. Tenang aja, air putih itu mau anget maupun panas; kandungannya tetap sama kok.

Kalo ada yang bilang minum air dingin bikin gemuk, itu mitos! Yang bikin gemuk itu bukan air putihnya, tapi kandungan gulanya.

Biasain Baca Tabel Komposisi

Sebelum beli minuman manis, biasain deh liat dulu kandungan yang ditulis di pinggir kemasannya. Kalau misalkan kandungan gulanya terlampau tinggi, saran saya skip dulu dan coba cari alternatif yang gulanya lebih sedikit.

Inget : Yang ditulis paling awal, itu biasanya merupakan bahan baku utamanya. Jadi kalau misalkan kalian beli susu, tapi yang ditulis paling awalnya gula. Itu artinya minuman itu sebagian besar bahannya adalah gula, bukan susu. Jangan kejebak ya.

Follow Influencer Pegiat Gula

Sekarang udah banyak banget kok influencer yang speak up dan mengedukasi perihal kandungan gula dalam minuman ini. Beberapa bahkan terang-terangan menunjukkan produknya lalu membuat ilustrasi berapa banyak kandungan gula dalam produk tersebut. Ini bagus banget lho, biar kadar keimanan kita ga naik turun.

Yang kayak begini tuh, yang mustinya kita follow. Jangan liatnya lambe turah mulu, hahahaha

Pekerjaan Rumah Buat Pemerintah

Mengandalkan kesadaran masyarakat semata, tentunya tidak akan cukup. Jika menginginkan perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan, maka pemerintah juga harus ikut serta dalam proses menyelesaikan perkara ini.

Menurut saya, masih ada banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah kita saat ini, yang harusnya bisa dieksekusi dalam waktu dekat. Diantaranya adalah :

Memperbanyak Kampanye dan Edukasi

Contoh kampanye bahaya gula di luar negeri

Asli deh, kampanye seputar bahaya konsumsi minuman manis jangka panjang itu masih minim banget. Masih kalah sama kampanye anti rokok yang bisa kita temuin dimana-mana. Padahal, baik gula dan rokok, itu sama-sama buruk dampaknya buat generasi kita mendatang.

Regulasi yang Minim, Bikin Produsen Ongkang Kaki

Emang sih, tiap produk yang dipasarkan di Indonesia itu harus melalui uji BPOM serta harus menampilkan keseluruhan komposisinya secara jujur. Tapi yaaa, udah itu aja. Intinya mau gulanya sebanyak apapun, boleh-boleh aja. Asal ditampilkan di kemasannya.

Harusnya sih, regulasi akan minuman manis itu diperketat lagi. Labeling produk dengan kandungan gula, itu harusnya dibuat lebih simpel, strong dan bold lagi.

Belajar Banyak dari Negeri Tetangga

Mestinya kita mesti berkaca dan banyak copy paste jurus dari Singapura deh kalo urusan ini. Karena di negeri tetangga itu, minuman itu sampai diklasifikasikan jadi empat kategori (A, B, C, D) tergantung dari tingkat kandungan gula di dalamnya.

Sumber : Kompas TV

Menariknya, minuman dengan kandungan gula tinggi alias grade D, itu dilarang buat bikin kampanye iklan dalam bentuk apapun. Nah, ini baru mantep!

Saat tulisan ini dibuat, kayaknya sih pemerintah emang lagi nge-godok aturan perihal labeling ini. Yha, kita bantu doa aja ya, moga bisa segera ketok palu dan diaplikasikan secepatnya.

Bisa lah… Wong bikin undang-undang buat ngeresmiin IKN aja bisa sat set, masa bikin aturan beginian gabisa sat set juga.. Eaaa

Eh, bentar. kok tiba-tiba ada tukang bakso lewat?

Kesimpulan Akhir

Gula itu memang manis, tapi manisnya gula tak semanis senyumanmu yang menyentuh relung hatiku (Eaaaa). Malahan dalam manisnya gula, tersimpan segudang marabahaya yang mengintai dan bisa menyerang kita dan seluruh anggota keluarga.

Jangan tunggu jatuh lebih banyak korban lagi, mari mulai hidup yang lebih sehat agar kelak kita bisa tetap melihat anak cucu kita dalam waktu yang lama.

Untuk kamu yang mau mulai hidup sehat tapi bingung mulai dari mana, saya punya rekomendasi nih, namanya adalah…. [SLOT IKLAN PRODUK]

Beuh, ini udah cakep banget nih buat dimasukin iklan produk. Etapi sayang beribu sayang, BELOM ADA. hahahaha

Jadi tulisan ini saya akhiri sampai disini yaa. Kalau menurut kalian gimana? Perlukah kita mengubah gaya hidup? Coba tulis di kolom komentar ya.

Bekasi, 9 Agustus 2024
Ditulis semalaman sampai kesiangan berangkat kerja.


Semangat penulis kadang naik turun, jadi boleh lah support biar update terus.

Silahkan klik link dibawah
Atau bisa juga dengan cara transfer ke :

BCA : 6871338300 | DANA : 081311510225 | ShopeePay : 082110325124

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

More Reading

Post navigation

25 Comments

  • Baca artikel ini jadi keinget sama sodara dekat yang baru saja harus diamputasi salah satu jari kaki efek diabet. Beneran serem banget ya diabetes itu. Pastinya melihat fenomena yang sangat dekat sama lingkungan hidup membuat daku mikir dan introspeksi diri, memperhatikan kembali pola hidup.

    Benar adanya banyak banget minuman dan makanan yang manisnya berlebihan. Untunglah daku tidak addict terhadap keduanya. Namun, memang belum benar-benar memperhatikan batas maksimal konsumsi gula dalam keseharian.

    Mesti segera punya catatan, diimbangi dengan konsumsi air putih yang cukup, olahraga dan makan makanan kaya akan serat juga nih. Yukkk semangat ubah pola hidup ke arah yang lebih sehat. Sehat itu sangatlah mahal dan perlu di upayakan.

  • Menghela napas bacanya . Aku sendiri tipe yg peduliiiii banget soal begini mas. Tapi kdg capek debat Ama suami. Memang sih dia juga msh tahap wajar. Tp dia susah minum air putih.

    Kalo anak2 aku udh biasain trus air putih. Cuma kdg yg sebelnya kalo mereka lagi jalan bertiga, suka banget jajan yg manis ..

    Aku sendiri ada keturunan gula. Makanya selama ini puasa IF, trus rutin workout dan banyak air putih. Belum cek lagi nih kadar gula. udah lama bgt dr terakhir medcheck.

    Suami Krn dpt benefit med check tiap tahun JD dia pake. Alhamdulillah gulanya masih aman. Tapi hrs selalu diingetin. Temenku dulu ada yg gula nya Ampe 400. Skr udah meninggal. . Makanya sereeeem diabetes ini. Krn bakal merambat kemana2

  • aku awal baca kok tumben pembahasannya serius apa buat lomba haha kok jadi galfok ya aku…tapi ternyata memang lg concern masalah gula karena kejadian pasien di RS ya…
    kalo aku sie sehari2 minum air putih mas malah jarang banget bikin minuman manis klo seharian dirumah bisa tu minum ar putih aja..beda kalo keluar pengennya nyoba yg aneh2 yakk tapi aku sendiri ngrasa kok klo dh terlalu banyak minum manis juga gak enak gt malahan berasa lebig plong seger klo mium air putih..
    aku jadi inget temenku juga, dia malah kebalikanku sama sekali gak bisa minum air putih, dia blang rasanya gak enak..aku dh bilang ke dia harus mulai belajar minum air putih demi kesehatan juga kan

    • Eeeeh emang ini aku lagi mencoba menulis rapih mba. Latihan biar kalo nulis buat lomba tuh ga kaget lagi, hahaha

  • Nahh aku ada keturunan diabetes dari alm Nenek. Jadi sekarang masih tahap mengurangi dan pelan-pelan minum air putih aja, atau jus buah yg dikasih gula dikit aja. Ngemil yoghurt plain homemade plus madu dikit aja.

    Kalo dulu mah pagi ngopi, siang minum es jeruk, eh malamnya ngeteh. Sekarang udah sadar karena faktor U juga. Pengen nantinya menua dengan sehat dan bahagia.

  • aku juga dah kena diabet type 2
    duh merambaatt sampai mana2 dah.
    yg paling berasa, tiap tdr malam aku kebangun 3-5 kali untuk pipiiiss mulu
    yappp kita kudu mau ubah lifestyle jd sehaattttrr

  • Kebanyakan dari kita lebih senang minum minuman manis kemasan yang dingin. Soda-sodaan. Padahal, kandungan gula di minuman tersebut tinggi. Aku sudah lama membatasi minum minuman kemasan begitu. Agak ngeri juga sih.

  • Ih sumpah ini tuh concern aku belakangan ini. Biasanya minimal sehari teh kotak, sekarang lagi mengurangi banget. Terus aku juga perhatikan minuman-minuman kemasan di negara maju cenderung nggak terlalu manis. Katanya pemerintahnya juga udah merhatiin banget, makanya tingkat hidup orang di negara maju juga lebih panjang karena hal-hal kecil kayak gini juga diperhatikan banget. Nggak usah jauh-jauh deh, coba aja jajan minuman di Singapura. Rasa minumannya tuh terasa banget jauh perbedaan manisnya dibanding minuman-minuman kemasan yang biasa kita minum di Indonesia.

    • Nah ini aku baru tau lho. Maklum lah, belum pernah keluar negeri ahaha
      Tapi kalau aturannya bisa lebih saklek, harusnya produsen juga ngikutin ya. Ga asal aja

  • betapa bahayanya minuman manis bagi kesehatan. Kita harus mulai mengurangi konsumsi gula dalam minuman sehari-hari. Jangan malas untuk baca label kandungan gula dan memastikan asupannya sesuai dengan kecukupan dan ambang batas konsumsi gula harian

  • Iya, sekarang ini banyak banget minuman manis
    Baik yang berupa kemasan ataupun yang dijual di kedai kedai
    Minuman manis emang bahaya buat tubuh kita
    Baiknya dihindari

  • kalau aku sudah menghindari minuman kemasan mas. Aneka teh,kopi, soda yang yang ada di kulkas minimarket. Kebetulan juga sudah terbiasa minum air putih. kira-kira lebih dari 2liter/hari. Tinggal olahraganya yang mesti rutin. Aku belum rutin olahraga..wkwkwk

    Konsumsi gula yang berlebih memang memberikan dampak negatif kepada tubuh. Namun, anehnya setiap bantuan sosial selalu ada gula. Seolah-olah gula tidak bisa dilepaskan dalam setiap bantuan sembako yang disalurkan ke masyarakat.

    tulisan yang bagus mas fajar.

    • Aku udah lumayan banyak berhenti juga mass. Dan samaan, emang tinggal banyakin olahraganya aja nih yang masih keteteran ngatur waktu.
      Yuk semangat hidup sehat massss

  • sejatinya air putih yang lebih baik
    tapiii godaan beli yang manis-manis juga banyak, termasuk aku yang sering beli es teh pinggir jalan itu, bahkan nih bisa tiap hari
    tapi kalau aku merasa udah cukup banyak beli, aku imbangi juga dengan air putih, ya agak sadar diri dikit gitu
    dari kemarin aku tuh pengen periksa kadar gula, tapi ga berangkat berangkat, penasaran sebenernya berapa, karena udah merasa kayak terlalu sering konsumsi yang manis

    • Ke apotek aja mbakk. Sekarang apotek kan banyak juga yang bisa langsung cek gula darah.
      Nanti kalo mau bener-bener akurat, baru dibawa ke rumah sakit.

  • Merinding baca ini apalagi aku keturunan diabetes harus le ih disiplin lagi mengatur konsumsi gula sehari-hari..memang harus banyak edukasi lagi tentang minuman manis ini biar warga ngga kebablasan ya menikmati gula tanpa pikir akibat buruknya

    • Harussss banget mbak. Aku udah banyak mengurangi, walau sesekali masih cheating hehehe.
      At least, banyakin minum air putih si yang paling utama.

  • Yang miris minuman-minuman manis ini jadi sponsor gede acara olahraga, kan kontraproduktif yaakk… sementara konsumen sudah terpapar, padahal atletnya gak minum itu. Gawat sudah… Akhirnya ya membatasi diri dan menjejali pengetahuan aja tentang hal-hal begini.

    • Nah ini. Karena dana promosi mereka juga besar, jadinya mereka berani jor-joran buat promosi.
      Harusnya diimbangi ya sama iklan masyarakat

  • Iii-ttu.. bisa ga gambar yang ada tangannya luka tuu.. di sensor.
    Gelii merinding liatnyaaa, kaa..

    Tapi memang buat edukasi itu bagus yaa..
    Dengan berbagai cara, semoga kita semua aware dengan kesehatan dan pola makan.

    Aku juga dulu bangga banget lagi uda nyobain minuman boba dimanapun.
    Skarang coffee eraa.. Jadi memang lifestyle itu tergantung trend yaa..

    Semoga tren buatku hari ini dan seterusnya adalah tren hidup sehat.
    Semangaaatt!!

    • Ahahahaha, itu cuma campaign mbakk. Ngikutin kan macem kayak cokelat lumer gitu ceritanyaaa..

      Amiiin. Aku juga pengennya banyak olahraga nih. Tapi apadaya, ribet ngatur waktunya.

  • baca ini aku jadi inget sama anak dari temen kerja aku, dia anak kecil yang usianya saat itu masih 3 tahun tapi udah divonis diabetes karena keturunan. Syedih anak selucu dan seimut itu harus kena penyakit turunan dari sang ibu, kebetulan sang ibu juga gemuk dan menyadari saat itu pola hidupnya kurang sehat, essssssssssssssssss mulu, sampai akhirnya pas dia hamil dan anaknya lahir duaarr, kabr ga enak itu harus ditelan seumur hidup. Anak jadi kena imbasnya, karena ga asi dan sufor pun harus yang strict banget.
    Itu juga yang buat aku lebih aware lagi buat ga minum2 manis, banyakin air putih. Aku ga stop sama sekali sih, karena emang tubuh juga butuh gula, tpi ga over gitu lah maksudnya, kayak minum es cuma seminggu sekali. Beruntungnya juga sekarang ada swalayan yang udah ngasih info takaran gula yang ada di produk minumannya, itu juga langkah jenius sih menurutku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *