Naik Delman Malam-Malam di Taman Kota Kuningan

Naik Delman Malam-Malam di Taman Kota Kuningan

Kehadiran sang buah hati ternyata tak hanya bisa pribadi kita sebagai manusia. Ia juga bisa mengubah persepsi kita dalam melihat dunia yang kompleks dan menjemukan, menjadi jauh lebih sederhana. Hal-hal yang tadinya nampak membosankan dan luput dari pandangan, mendadak bisa jadi sesuatu yang menarik untuk dijajal. Semuanya demi putri kami, Putri Dyandra Pratiwi yang kini mendekati usia 7 Bulan.

Beberapa tahun ke belakang, hampir tak pernah sekalipun saya memasukkan Taman Kota (Tamkot) Kuningan dalam destinasi wajib tatkala mudik lebaran. Pokoknya batin saya selalu bergumam, “Ngga worth it. Isinya cuma begitu-gituan aja. Ya delman, ya kuda, ya mobil neon. mana rame banget sama pedagang asongan pula”. Saya selalu merasa bahwa taman kota bukanlah tempat ideal untuk menghabiskan quality time bersama Thina.

Tapi lebaran tahun ini berbeda. Kami yang biasa jalan berdua, kini jalan bertiga. Seketika hal-hal yang dulu kami anggap alay dan tidak menarik, kini menjadi hal yang sangat ingin kami coba. Naik delman, naik mobil gowes yang lampu neonnya heboh, serta menikmati suasana malam taman kota adalah beberapa wishlist sederhana kami demi membahagiakan si buah hati.

Jarak dari rumah ke Taman Kota lumayan jauh,Ā  sekitar 8 kilometer. Jadi kami harus melapisi tubuh dengan jaket yang tebal agar terlindung dari angin malam di Kota Kuningan yang menusuk-nusuk ke dalam tulang. Perjalanan dengan sepeda motor cukup mudah dan singkat, cukup ambil jalan lurus dari Jl. Raya Jalaksana, menyusuri Jl. Siliwangi hingga kami bisa melihat Masjid Agung Syiarul Islam di sisi kanan. Taman Kota berada persis di seberangnya.

 



Maap ngeblur, yah namanya hape mid range..

 

Kendaraan roda dua dan roda empat mulai memenuhi jalan, menciptakan kemacetan yang jarang terjadi di hari-hari biasa. Maklum lah, Kuningan memang terkenal dengan para perantaunya (termasuk saya). Sebagian besar warga Kuningan adalah perantau yang mencari rezeki di kota lain dan kembali sesekali. Berdasarkan data Pemkab tahun 2015 saja, ada sekitar 270.000 perantau yang melanglang buana dari daerah ini. Apalagi sekarang, mungkin sudah jauh lebih banyak lagi. Itulah mengapa setiap libur hari raya, jalanan di Kuningan selalu saja macet dan padat. Perantaunya pada balik semua euy..

 

 

 

Sejarah Singkat Taman Kota Kuningan

Sebelum dialih fungsikan, Taman Kota tadinya merupakan sebuah gedung yang bernama Plaza Kuningan. Ia gedung yang menjadi satu-satunya sentra hiburan di Kota Kuningan. Isinya cukup lengkap, mulai toko-toko pusat perbelanjaan, tempat kulineran, tempat main billiard, ding-dong, sewa komik, jual beli poster-poster pemain bola, hingga bioskop pun ada di tempat ini.

Awalnya sempat tersiar kabar bahwa Plaza Kuningan akan direnovasi agar menjadi lebih modern. Sebuah angin segar untuk warga Kuningan yang haus akan hiburan. Memang kala itu, kondisi Plaza Kuningan sudah cukup kumuh dan tidak representatif lagi. Gedung Plaza Kuningan pun akhirnya dirobohkan.

Namun seiring beberapa tahun berlalu, proyek tersebut mandek dan terbengkalai. Hingga Pemda Kuningan pun memutuskan untuk mengubah tanah bekas Plaza Kuningan tersebut menjadi Taman Kota. Mungkin menurut Pemda kala itu, agak beresiko untuk membuat mall di jantung kota karena bisa menjadi biang kemacetan di masa mendatang. Jadi lebih baik diubah saja sekalian menjadi ruang terbuka hijau bagi masyarakat.

Meski begitu, hingga hari ini belum ada satupun proyek mall yang singgah di Kota Kuningan. Jangankan mall, bioskop saja sampai sekarang ga ada. Jadi kalau muda mudi Kuningan mau nonton ke film terbaru, mau gamau harus menempuh perjalanan cukup jauh ke Mall Grage atau CSB di Cirebon.

Baca Juga :  Nostalgia Naik Kereta Bersama KA Argo Parahyangan



Ada Apa Saja di Taman Kota Kuningan?

Taman kota Kuningan dikelilingi oleh akses jalan aspal, dimana kita bisa berkeliling taman dengan menaiki kuda dan mobil gowes yang telah disediakan oleh pemuda setempat. Di sepanjang jalan juga berkumpul berbagai ruko dan pedagang asongan yang menjual jajanan serta kuliner yang memanjakan lidah.

Area dalam Taman Kota terbagi menjadi 3 bagian. Area depan berisi kolam dengan air mancur, yang sayangnya kurang disupport pencahayaan yang baik karena menurut saya agak terlalu gelap. Area tengah berisi patung kuda menjulang tinggi, yang merupakan simbol dari Kota Kuningan. sementara area belakangnya merupakan area terbuka ala-ala colosseum yang bisa digunakan untuk aktivitas kumpul kongkow muda-mudi.

Jembatan ke food court.
Jembatan ke Mesjid Syiarul Islam

 

Di bagian depan dan belakang, ada 2 buah jembatan yang berwarna merah dan warna-warni. Jembatan di area depan dapat digunakan untuk menyeberang ke Masjid Syiarul Islam. Sementara jembatan di area belakang digunakan untuk mengakses food court lainnya yang berada di atas lahan parkir. Saya agak heran sih, kenapa area tambahannya malah dijadikan foodcourt. Padahal kalau dijadikan lahan parkir, sepertinya bisa mengurangi kepadatan yang terjadi di area taman secara signifikan.



Naik Delman Edisi Shift Malam

Untuk menaiki delman, kami perlu berjalan menyebrang dulu ke Masjid Syiarul Islam. Sebenarnya di area Taman Kota juga ada kuda sih, cuma itu ga ada andongnya, jadi musti naik langsung ke kudanya gitu. Karena putri masih terlalu kecil, kami lebih memilih untuk naik delman saja yang ada di area sebelah.

Seiring lautan manusia yang sedang berkumpul, kami perlu sedikit berebut dan beradu dengan emak-emak sebelum bisa mendapatkan kursi. Pokoknya saya mau duduk di depan, persis di muka kusirnya, hahaha.

Delman yang kami naiki dihias sedemikian rupa dengan bunga artifisial serta lampu neon berwarna hijau terang. Membuat saya merasa antara sedang naik kereta kuda nyi roro kidul dan kapal flying dutchmann. Untungnya, abang kusirnya cukup ramah dan enak diajak ngobrol. Ia berperawakan sedang dengan umur yang saya perkirakan masih dibawah 25, dengan lihai menarik-narik tali untuk mengatur laju kuda supaya baik jalannya. Rute yang kami tempuh adalah mengitari Masjid Syiarul Islam, sebelum berbelok ke arah Toko Sembilan dan kembali lagi ke arah Taman Kota.

 

Jalanan Kuningan yang sedang macet di berbagai sisi membuat abang kusir agak kesulitan menyesuaikan laju kudanya. Sesekali ia turun dari tempat duduknya, dan berdiri seakan menuntun kudanya. Membuat saya agak sedikit keheranan.

“Kunaon mang, geuning hampe turun-turun kitu atuh” (kenapa mas, kok sampe turun-turun gitu sih?), tanya saya ke mas-masnya. Takutnya ini kuda lagi ada kendala di kopling, atau problem di gigi 2, hahaha.

Si masnya menjawab, “Turun wae a, supados henteu beurateun teuing kudana. Karunya” (Turun aja ka, supaya ga terlalu berat. Kasihan kudanya)

Wah, ngga nyangka ternyata si masnya sebegitu menghargai kudanya. Saya pun sampai terharu hingga menitikkan air keringat (lho). Sempat terpikir untuk ikutan turun dan bantu nuntun kuda tapi Thina segera menghalangi ide konyol saya itu.



 

Dari obrolan ringan bersama abang kusir, saya akhirnya tahu kalau delman-delman ini sejatinya masih digunakan sebagai alat transportasi hingga hari ini. Jadi bisa dibilang kuda-kuda ini terbagi ke dalam dua shift. Shift pagi untuk kebutuhan transportasi di sekitar area pasar, sementara shift malam untuk kebutuhan pariwisata dan menyenangkan hati para muda mudi serta emak-emak.

Alhamdulillah ya, diantara gempuran kemajuan teknologi serta ojek online yang kian menjamur, ternyata masih ada tempat untuk alat transportasi konvensional yang berbasis tarikan kuda satu ini. Salut euy!

Oya, untuk biaya yang saya bayarkan adalah 10 ribu per orang. Putri seharusnya ga masuk itungan, tapi karena abangnya baek dan full senyum, jadi saya kasih aja 30 ribu ketika melangkah turun kembali di parkiran Syiarul Islam.

Baca Juga :  Can We Be A Travel Blogger, Without Being A Traveler?

 

 

Mobil Gowes Full Colour

Balik lagi ke area jalan Taman Kota, kami harus kembali berjibaku untuk mendapatkan kursi di mobil gowes yang jumlahnya terbatas. Biar cepet dapet, saya sampai rela mencegat abangnya di sisi lain. Agak sneaky, but it works!. Segera setelahnya kami pun berhasil mendapatkan mobil gowes berwarna hijau metalik dengan neon box bertuliskan “Taman Kota” di atasnya.

Kami sempat skeptis kalau abangnya akan menolak, soalnya kapasitas mesin gowesnya bisa berempat, sementara kami hanya berdua (plus 1 bayi). Mengutamakan penumpang yang lebih banyak, tentu akan membuatnya mendapatlkan penghasilan yang lebih banyak di momen tumpah ruah ini.

Tapi Alhamdulillah, Abangnya baik. Ia tetap mempersilahkan kami naik meski hanya dua bangku.

Begitu naik ke dalam mobil gowes, abangnya langsung menginstruksikan kami untuk agar tidak perlu gowes menggowes sama sekali. Ternyata, si abangnya lah yang akan mengoperasikan mobil gowes ini sepenuhnya di sisi sebelah kanan. Mulai dari dorong-dorong, setir kanan kiri, hingga memantau posisi pengendara lain di depan. Sementara kami cukup santuy saja dan menikmati suasana.

Sambil menikmati suasana sekitar yang macet tidak karuan, kami pun memanfaatkan situasi untuk ambil foto groufie. Sayangnya, lampu neon berwarna biru metalik di dalam kabin sepertinya terlalu kuat. Hasil jepretannya jadi lebih terlihat seperti kumpulan orang yang terkena radiasi gamma. hahaha

Sama seperti delman, biaya untuk satu kali putaran mengelilingi taman kota naik mobil gowes ini adalah sebesar 10 ribu saja per orang. Murah atau mahal segitu? Kalau menurut saya sih lumayan murah ya. Saya malah udah mengestimasikan bahwa abangnya bakal minta 15 hingga 20 ribuan. Wah ternyata saya terlalu suudzon.

 

 

 

Bus Kemuning, Next Time Ya!

Armada terakhir yang perlu kami coba adalah Bus Kemuning. Bus ini adalah bus wisata yang didapatkan dari bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bertujuan untuk mengenalkan berbagai tempat wisata di Kabupaten Kuningan. Bus ini berwarna kuning cerah, dengan logo Kabupaten Kuningan di sisi kanan kirinya.

Bus ini tersedia dalam beberapa rute, dan Taman Kota adalah salah satu diantara rutenya. Biaya untuk menaiki Bus ini adalah sebesar Rp. 20.000,- dan akan berkeliling Kota Kuningan hingga ke Taman Cirendang.

Namun sayang, mendengar kata Taman Cirendang, kami langsung sepakat untuk mundur perlahan. Rute itu terlalu jauh untuk jalanan semacet ini, sementara saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB. Sudah larut malam untuk berkeliling terlalu jauh, apalagi bersama bayi yang masih sekecil ini.

So, see you later, Kemuning! Insya Allah tahun depan kita bakalan kesini lagi.

 

 

🐎🐎🐎🐎

 

 

Sebagai paragraf penutup, saya pribadi sebagai (eks) warga Kuningan sangat menyukai kehadiran Taman Kota. Pilihan pemerintah Kuningan untuk mengutamakan lahan terbuka nan hijau adalah langkah baik yang perlu diapresisasi. Namun, di sisi lain saya juga mendambakan kehadiran mall atau sentra hiburan lain yang bisa menggantikan Plaza Kuningan. Ga seperti sekarang, yang mana di dalem kota cuma mentok ada Surya, Yogya sama Ria Busana aja. Terus kesian juga anak-anak muda disini, kalo mau nonton bioskop mesti jalan jauh sampe ke Cirebon.

Yah, semoga aja nanti ke depannya ada mall baru di lokasi yang strategis dan ga terlalu bikin macet ya…

Tak terasa malam kian larut, namun kemacetan tak kunjung jua mereda. Diantara dempetan manusia yang bergerak kesana kemari itu, kami menyempil perlaham, menghampiri motor kami yang terparkir lalu bergegas menarik kemudi untuk menuju kembali ke Desa Padamenak.

Sampai jumpa di lain waktu, abang kusir dan abang gowes!

 

Bonus : Tukang dagang perahu klotok yang makin langka

 

Merasa tulisan ini bermanfaat? yuk sawerin duit biar saya bisa beli kopi yang banyak & nyicil rumah KPR.

Nih buat jajan

 

Depok, 4 Mei 2023
Ditulis sembari mengganjal mata yang ngantuk dengan biskuit roma

Fajarwalker

A Man with frugal style living. Sering dikira pelit, padahal cuma males keluar duit.

More Reading

Post navigation

35 Comments

  • Seru sih main ke Taman Kota Kuningan dan saya pribadi punya momen indah di sekitaran situ. Tapi sejak kerjaan makin padat, boro-boro menyempatkan waktu buat motoran kesana. Perjalanan dari Cirebon sih lumayan ya, harus siap pegel, haha. Kapan-kapan main ke Mesjid Agung At-Taqwa atau Pantai Kejawanan. Sudah lebih baik untuk dikunjungi hehe

    • Iya nih, saya juga lumayan jarang main ke Cirebon. Tiap pulkam selalu stuck di Kuningan, hehehe
      Kemarin kata Ibu saya Pantai Kejawanan malah kurang wort it ya. Bener-bener berubah total dari yang dulu.

  • Dalam beberapa bulan terakhir, saya berkali-kali ke Kuningan untuk urusan pekerjaan. Tapi nggak pernah nyobain suasana malamnya seperti di Taman Kota Kuningan ini. Soalnya nyari penginapannya sulit. Ada hotel tapi bujet nggak masuk. Jadi memilih nginep di Cirebon. Pernah sih nginep di Vank**a, tapi berisik dan banyak nyamuk.

    But, next time bolehlah saya sempatkan menikmati Taman Kota dan coba jajanannya. Paling senang kalau Taman Kota, Masjid, dan para pedagang ngumpul jadi satu. Jadi hiburan tersendiri buat warganya.

    • Kalo selain di kota mah, suasananya hening wkwkwk Macem gada kehidupan.
      Yang hidup cuma di area taman kota dan sekitarnya saja.

  • Kalau ke malam gitu suasananya teduh banget ya jadi pengin ke pasar malam deh. Istimeea bersama keluarga ya Kak. Bolahlah kak info lain tentang kuningan kuoinernya bikin penasaran.

  • Seruu banget ya di sana. Meski malam2 pun rame. Banyak yg sengaja refreshing di Taman Kota Kuningan. Apalagi kalau naik delman. Biaya juga cukup terjangkau.

    Jadi pengen ke Kuningan euy. Ke Bandung juga saya belum pernah. Pengen ke Jabar wkwkw.

    Udah lamaa nih gak naik delman. Kalau di sini (Malang raya) delman hanya ada di daerah wksata.

    • Sebenarnya kalo cuma datang doang mah, malah ga ada biaya si. Tapi ya palingan mentok keliling2 taman aja. Kalo lagi pacaran mode irit mah, boleh lah hahaha

  • Kalau sama anak mah emang kadang yg terlihat alay dan malesin bgt malah jadi menarik ya. Saya jadi teringat, bertahun tahun kmrn tinggal d jogja blm pernah sama sekali naik delman kuda. Ke merapi pun karena jadi guide sodara yg lg liburan. Haha

    • Iya, kalo kita sendiri mah kayak… apaan dah, gitu wkwkwk. Tapi kalo sama anak mah, wisata kecil-kecilan juga happy ajah

  • Punya anak mengubah segalanya ya mas, hihi. Termasuk akhirnya mau juga ke Taman Kota yang dulu dianggap alay xp

    Duh, kusirnya baik banget ya sama kudanya. Alhamdulillah masih memikirkan kenyamanan kudanya juga.

    Semoga tahun depan bisa main ke sini lagi, bayik juga udah lebih ngerti kayanya yaa. Dari baru sampai bisa Naik mobil kemuning deh, karena yang lain udah coba, hehe

    • Hihihi, dulu mah males banget mbak. Apalagi sama yang kerlap kerlip begitu dah
      Iya nih, tahun ini lagi jatah mudik ke Kuningan. Insya Allah aku mau cobain naik kemuning.

  • Hahahahahahaha, aku ga kebayang kalo kamu ikut bantuin si kusir nuntun kudanya .

    Aku tuh pernah sekali ke Kuningan, tp stay di desa alamanis. Kalo pun makan, banyaknya ke Cirebon. Dari desa alamanis itu jauh ga mas ke alun2 nya?

    Kita sama kok, dulu awal2 blm punya anak, ga mungkin aku kepikiran utk naik mobil neon dan segala blink blink ngejreng begini . Tp pas anak lahir, beuugh lupaaaa. Malah paling semangat naikinnya hahahha.

    Enaknya kalo ke tempat begini, banyak jajanan sih mas. Bisa kalap.

    Btw, ikut terharu ih si Abang delman peduli Ama kudanya. Aku sering kasian Ama kuda delman yg kliatan capek dan kurus.

    • Kan ceritanya solidaritas mbak, hahaha.
      Kalo alamanis mah masih di Gronggong mbak. masih jauh itu kalo ke pusat kuningannya.
      Tp emang view disana paling mantep sih, paling ajib deh kalo nginep-nginep disana.

  • Bus Kuningan ini mirip bus bandros yg ada di Bandung ya? senangnya kalau ke taman kota, banyak keluarga lain yg bawa anak juga. Sayang anak, sayang anaaak, gak beli jajanan nih Mas?

    Jadi kangen naik delman, udah puluhan tahun gak naik itu.

  • Kalo sekarang gimana mbas? sudah ada kah mall disana??
    Aku pikir tu jakarta jawa barat itu kota besar semua mall gampang ditemukan dimana2 looo ternyata ada juga yang mesti perjalanan jauh buat nonton bioskop yaa hehe…
    Bte kehadiran putri jadi bener2 mengubah dunia yang biasanya begitu2 saja jadi semakin berwarna ya mas šŸ™‚

  • Iiih Kuningan makin membahana kayaknya aku pernah sekali pergi ke Kuningan, ada tugas kantor pembukaan pabrik mitra Sampoerna gitu. Lokasinya ga terlalu jauh dari Cirebon, tapi vibes-nya bedaaaa banget memang yha.
    mungkin ibarat Surabaya vs Sidoarjo gt kali yha. Jarak ngga jauh, tapi auranya bedaaa yak semoga segera ada investor utk bangun mall, jangan yg mevvah2, mungkin mall kayak Depok Town Sq atau ITC gt kali yhaa

    • Beda banget vibesnya mbak. Soalnya kalo kuningan mah kan di deket pegunungan. Sementara kalau cirebon tuh udah deket ke pantai..
      Kulturnya juga udah beda. Antara jawa sama sundaan mbak

  • Kl menurut aku taman kota aja udah ok deh, biar kalau mau ke mall jadi sekalian jalan2 yang agak jauhan… hahahah… Eh ya, kalau dipikir2 memang kalau kita lagi naik angkot (termasuk delman) dan drivernya ramah serta pelayanannya juga baik, jd gak segan ngasih lebih ya. Krn dgn adanya mereka ini kita jadi nyaman jalan2 (walau di sekitaran macet2an)

  • Bersama buah hati jadi segalanya berbeda ya, lebih hidup.
    Hik kok aku berasa gimana gitu, agak melo he he he.

    Anw jadinya udah naik sikemuning belum nih sampai saat ini dan itu mall gimana kabarnya saat ini.

    Baca tulisanmu dan melihat foto-foto berasa kembali saat doyannya traveling ke daerah-daerah, selalu sempatkan ke alun-alunnya dan menikmati malam dengan naik mobil berlampu ria, aah rindu.

  • “Seketika hal-hal yang dulu kami anggap alay dan tidak menarik, kini menjadi hal yang sangat ingin kami coba.”

    Bener, hahahaha. Alay bagi kita, tapi menakjubkan bagi si buah hati yang segalanya pertama bagi dia. Jadi kita seneng-seneng aja lakuinnya asal dia happy pokoknya. Jadi memang hiburan rakyat ini memang dekat dan merakyat sih ya…

  • Haha, sekarang kalau uda punya anak, tempat jalannya menyesuaikan ya
    Kudu ramah anak
    Dan tentu saja taman adalah tempat favorit anak anak
    Mereka bakal senang main di taman apalagi sambil naik andong seperti ini

  • Betul banget ya mas Fajar, saat berubah status menjadi orang tua banyak hal yang mulai berubah nih. Bahkan momen main di taman kota pun jadi semenarik itu berkat senyum dan tawa si buah hati, masya Allah tabarakallah indahnya keluarga yang sedang bermain bareng.

    Delman salah satu kendaraan favorit adikku nih. Jadi inget dulu dia pas baru beres sunatan minat diajak naik delman keliling luar Kebun Raya Bogor sampe ke area Cibalagung. Seneg bukan main rupanya naik delman.

    Next kalau ada keperluan atau kesempatan ke Kuningan, boleh lah ku coba mampirin ke taman kota nya. Seru juga ternyata ya banyak permainan dan itu perahu legend masih ada yang jual, salut sih.

  • Ternyata mas Fajar asli Kota Kuningan toh, aku tuh penasaran sama Kota Kuningan ,waktu itu viral ayunan yang dibawahnya kayak danau yang banyak ikan koi nya kalau ga salah
    ternyata wisata malam di kota kuningan termasuk lengkap ini., mau jajan ada, mau naik becak yang warna warni plus lampu yang mayan bikin silau mata juga ada, tempat ibadah juga deket kan. Kayaknya kalau aku kesana bakalan habisin waktu buat jajan hahaha
    pastinya di tempat kayak gini banyak yang jualan macam cilok gitu

  • Wah seru juga naik delman, sampai aku bacanya sambil nyanyi : supaya baik jalannya hahaha Wah dedeknya juga pasti happy diajak muter2 nih.. Semoga segera punya mall ya biar makin seru kalau jalan2 ke Kuningan hahaha..

  • Pengalaman mudik yang menyenangkan ya. Main ke Taman Kota sambil menikmati aneka macam “wahana” seperti delman istimewa dan mobil gowes yang seru sekali. Pasti ga akan lupa seumur hidup deh

  • Saya juga demen ngajakin bocil jalanĀ² naik beragam transportasi gini. Tapi selama ini belum pernah naik mobil hias. Karena di Surabaya & Madiun juga jarang ada, adanya kereta kelinci
    Naik delman emang paling seru di depan serasa jadi kusir bisa liatin langsung p*nt*tnya kuda yang gemoy goyang kanan-kiri. Hihi

  • Bisa begitu ya, Malnya mangkrak jadi diubah ke taman kota untunglah.. sekarang bisa jadi pusat hiburan warga yang murah-meriah, punya anak kecil tuh puas kita jelajah playground hehe

  • Iya juga sih kalo bagian air mancurnya disupport, bakalan makin meriah ya, apalagi pas di suasana malam, karena itu bakal jadi daya tarik yang menyenangkan. Namun, suasana lainnya terbilang oke ya

  • MashaAllaa~
    Sensasi punya anak kecil tuh begini yaa.. orangtuanya jadi bisa ikutan mengobati inner child yang belum selesai. Hihihi.. dan beruntung sekali, ka Thina yang penuh perhatian cocok sama mas Fajar yang sayang banget sama keluarga.
    Hehehe.. aku jadi melihat gambaran besar mengenai Taman Kota Kuningan.
    Alhamdulillah, sekarang sudah bisa berkumpul bersama kembali setelah covid yang lalu yaa..

    Naik delman sama kendaraan lampu-lampu itu biar dikata orang lain gimanaa.. tetep happyy!
    Di deket rumahku ada kayak gini, mas.. meskipun namanya bukan Taman Kota yaa.. Namanya Taman Kiara Artha Park Bandung.
    Seru juga kek gini…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *