Terkadang, sebuah posting random yang dimunculkan oleh alogaritma sosial media, membuat kita tenggelam dalam pikiran dan tanya. Membuat rasa penasaran membumbung tinggi, hingga perlahan kita jatuh tercebur dan tenggelam dalam lautan overthink.
Seketika seakan semua hal yang telah kita lewati terasa tak artinya, dan segala pencapaian seperti menguap tak bersisa. Lagi-lagi, selalu begitu saja siklusnya.
Kali ini, sebuah postingan dari seorang traveler di Instagram membuat saya terpana, penuh tanya. Namanya Sadam, seorang figur yang cukul terkenal, mem-publish video reels berikut dalam momen sebelum pergantian tahun baru.
Dalam postingan itu, dia menunjukkan recap perjalanannya di tahun 2024. Penuh petualangan, dari kota satu ke kota lain, dan dari negara satu ke negara lain. Ya Jakarta lah, Dubai lah, Jepang lah, Lombok lah…
Entah ada berapa negara yang ia kunjungi dalam setahun. Tapi yang pasti saya tahu bahwa hidupnya penuh dengan petualangan dan perlancongan.
Saya? Weleh.. naik LRT tarif maksimal aja masih mikir-mikir!
Makanya, beberapa waktu lalu saya sempet bikin postingan tandingan (ciaelah, gaya beut tandingan). Dengan konsep yang mirip, yakni recap ala-ala juga.
Destinasinya kemana aja? Yaa sesuai rutinitas saja aja. Bekasi, Jakarta, Depok… udah. Hasilnya beberapa blogger pun kena gocek, hampir mengucapkan selamat sebelum akhirnya menyadari tipu daya saya di postingan itu.
Lucu? Ketawa? yaaa tentu. Tapi kalo dipikir-pikir ya sedih juga ya. Setahun itu saya bener-bener berkutat dengan tempat yang itu-itu saja.
Ada pepatah yang mengatakan seperti ini, “If you can laugh at your own misfortune, it shows you’ve come to terms with it”. Yang kurang lebih artinya, kala kamu bisa menertawakan nasib burukmu, artinya kamu telah berdamai dengan keadaan.
Dan demikianlah adanya. Seiring bertambah usia, saya sudah mulai terbiasa dengan segala lelah riuh kehidupan. Menerima segala nasib yang ditentukan Sang Maha Kuasa, entah itu baik maupun kurang menyenangkan.
Tak ada yang perlu disesali, tak ada yang perlu diratapi. Semua garis timeline yang kita hadapi, itulah yang membawa kita pada hari ini.
Dulu mungkin saya punya kesempatan untuk traveling, tapi kemudian saya memutuskan untuk masuk kuliah kelas malam. Tentu saja, itu membuat seluruh uang saya tersedot kesana.
Menyesal? Tidak, toh pada akhirnya saya bisa lulus tanpa memberatkan orang tua.
Setelahnya, saya punya banyak kesempatan lain. Tapi kemudian garis takdir mempertemukan saya dengan Thina, dan kami pun menabung penuh keseriusan demi mempersiapkan biaya resepsi.
Menyesal? Tidak juga. Karena akhirnya kami pun bisa menikah sesuai budget, tanpa banyak minta uang kedua orang tua.

Saya jadi teringat kembali, momen beberapa waktu lalu ketika ngumpul bersama beberapa teman Blogger dan Influencer di Mall Grand Indonesia. Ada Mbak Fanny, Mbak Ery, Mbak Katerina, Mbak Nik dan Mbak Bayu Fitri. Di kesempatan itu, selain bercanda dan bertukar pikiran.. kami juga bercerita seputar pengalaman bertualang keliling Indonesia.
Mbak Nik bercerita tentang pengalamannya menjelajahi Indonesia Timur. Mbak Katerina bercerita tentang pengalamannya ke Tidore dan berbagai tempat dengan bumbu-bumbu mistis. Mbak Fanny… ah dia mah gausah ditanya ya. Tripnya juga udah ke berbagai negara.
Saya? Walah.. tentu cuma bisa diam dan mendengar cerita saja. Nggak relate, sebab bahkan sepanjang perjalanan hidup saya ini sekedar keluar pulau jawa aja gak pernah!
Tapi sekali lagi, saya ndak menyesal kok. Tak ada perasaan sedih, apalagi sampe iri dan dengki. Karena bahkan, tanpa pergi jauh sekalipun.. isi blog saya sudah banyak berisi konten traveling.
Dari total 100an tulisan di blog ini, 40 diantaranya adalah tulisan dalam kategori traveling.
Fakta ini, membuat pikiran saya terbawa pada sebuah pertanyaan sederhana.
Apakah untuk menjadi Travel Blogger, kita harus menjadi seorang Traveler?
Apakah kita harus melancong sampai jauh demi jadi petualang?
Well, mari kita temukan jawabannya dalam tulisan ini…
It’s All About Something NEW

Jika diterjemahkan, traveling itu artinya ‘perjalanan’. Sebuah kegiatan bepergian dari satu tempat ke tempat lain, yang tentunya bertujuan untuk eksplorasi hal-hal baru. Dalam konotasi bahasa inggris, bahkan kata travel ini mencakup segala bentuk pergerakan. Baik itu dekat maupun jauh, lokal maupun internasional.
Karena tak ada batas frekuensi yang baku, maka sebenarnya perjalanan singkat apapun bisa kita bisa kita definisikan sebagai ‘travel’.
Kuncinya cuma satu, yakni berpindah tempat dan menemukan ‘hal baru’. Sudah, sesederhana itu saja.
Tak mesti keluar kota, tak perlu keluar negeri. Hal-hal di sekitar rumah pun, bisa jadi sebuah petualangan baru yang menyenangkan jika kamu mau. Semisal :
- Nyobain shalat di masjid yang berbeda dari yang biasanya.
- Mampir ke tempat makan dekat rumah yang belum pernah dicoba.
- Sengaja ‘menyasarkan diri’ agar bisa menemukan jalan baru yang belum kita ketahui sebelumnya.

Kala bingung mau mampir kemana, saya biasanya menyempatkan waktu untuk membuka google maps barang sebentar saja. Pastilah, disana kita bisa menemukan banyak hal baru untuk dicoba.
Menariknya, seringkali hal-hal baru itu malah ada di sekitar kita. Luput dari pandangan mata kita sehari-hari.
Unique Selling Point is Key

“Tapi kalo cuma hal baru, ga jamin bisa jadi travel blogger juga dong. Kan belum tentu kontennya bakal menarik”
Ya tentu. Karena apa yang baru menurut kita, mungkin adalah hal yang biasa dalam pandangan orang lain. Kalau begini, lantas kita harus gimana?
Perlu diingat dalam menjadi seorang travel blogger, hal yang tak kalah penting adalah menemukan USP atau Unique Selling Point. Adapun USP ini sebenarnya berasal dari ilmu pemasaran, yang bermakna faktor atau manfaat khusus yang membedakan suatu produk atau layanan dari yang lain di pasar
Jika ditarik ke dunia travel blog, maka bisa dibilang USP ini adalah hal unik yang membuat pembaca bisa tertarik untuk stay dan terus membaca. Faktornya tentu bisa banyak, dan bisa kita eksplorasi. Entah itu karena bentuknya, sejarahnya, atau cerita-cerita lucu saat kita berkunjung kesana.
Saya kasih contoh ya. Misalnya kita pengen wisata religi, ke beberapa masjid yang ada di Indonesia. Maka kita akan menemukan bahwa…
- Ada masjid yang unik karena sejarah dan cerita masa lalu. Seperti Masjid Cut Mutia, yang ternyata aslinya tuh kantor belanda pada masanya.
- Ada masjid yang unik karena bentuknya, seperti Masjid Al Azhar Bekasi, yang tak punya kubah dan tak ada pintu sama sekali.
- Atau.. ada juga masjid yang seru dikunjungi sebab banyak jajanan menarik di sekitarnya. Seperti Masjid Agung Sunda Kelapa.
Duh, deket rumah saya tapi gak ada masjid yang unik euy.
Maka ceritakanlah kenanganmu dan cerita-cerita lucu saat berada di masjid. Pengalamanmu tentulah original, dan akan menjadi bumbu unik tersendiri saat dibaca orang lain. Dan… yups, itulah USP.
Again, saya tegaskan. Tak perlu keluar kota, tak perlu keluar negeri… Hanya menceritakan latar di sekitar rumah saja, kita bisa menceritakan hal-hal menarik. Tentu jika piawai menemukan Unique Selling Point itu ya.
The Important Part Is Story, Not Destinasion

Bahkan ketika kita tak menemukan destinasi baru untuk dicoba pun, sebenarnya tidak jadi masalah juga. Sebab, sejatinya kita pasti akan ditemani oleh hal-hal yang baru. Semisal.. waktu yang baru, orang-orang yang baru, atau bahkan, diri kita yang baru.
Menurut saya, kelak pada akhirnya nanti yang menjadi poin terpenting itu bukan lagi tujuannya.. tapi justru cerita yang menyertainya. Itulah yang akan membuat segala pengalaman dan perjalanan jadi hidup serta menarik untuk dibaca.
Mau seindah Capadocia, mau semenawan Aurora, dan mau sebening lautan di Banda Naira. Kalau kita tak bisa membawakan ceritanya, maka semua itu akan terasa hambar tanpa ada rasa.
Contoh dari saya nih ya. Waktu itu saya pernah nulis tentang pengalaman naik LRT, dan lumayan panjang dan seru tuh isi tulisannya. Tapi kalo mau ditelaah lebih dalam, sebenarnya isi tulisannya tuh cuma perjalanan naik kereta yang berpindah sebanyak satu stasiun.. lalu kemudian balik ke stasiun sebelumnya lagi. Udah..
Apa yang membuatnya menarik? Ya tentu cerita menyertainya, karena tujuan saya saat itu adalah untuk membawa putri mencoba kereta sekaligus menjemput Maminya. That’s what make it interesting.
Jadi ya pokoknya jangan lupa, sebagai blogger jangan lupa untuk tingkatkan kemampuan menulis dan bercerita terus menerus ya.
Yuk yuk yuk… semangat terus, menyongsong tahun 2025.
—————————
Wherever and whenever you go. Remember, that you can be a traveler in your own travel ways.
~ Fajarwalker
Selalu ingat bahwa “perjalanan” tidak harus selalu berarti pergi ke tempat yang jauh atau eksotis, tapi bisa juga berarti mengeksplorasi hal-hal baru di sekitar kita, menghadapi tantangan sehari-hari, atau mencari pengalaman dan pengetahuan baru.
Yang terpenting, nikmati setiap momen yang kita lalui. Syukuri semua yang sudah Gusti Agung anugerahkan dalam setiap langkah kita.
Karena jika hatimu hampa, mau berada di belahan dunia bagian manapun.. semuanya akan tetap terasa hampa.
Bekasi, 24 Januari 2025
Ditulis setelah bangun pagi dan beres-beres rumah.
Dalem banget tulisan ini, berisi tentang pentingnya rasa syukur serta gimana cara menikmati setiap momen bepergian dengan maksimal. Diimbangi kemampuan bercerita yang menakjubkan, tentu tulisan mas Fajar seputar travelling memang selalu menarik dan kaya akan deskripsi yang sukses bawa pembaca merasakan keseruan petualangan.
Baik petualangan melalui perjalanan ataupun petualangan saat kulineran. Semoga saja banyak berkah dan peluang baik yang menghampiri mas Fajar serta keluarga di 2025 ini .
Terima kasih sudah menyelipkan juga terkait USP. Saya banyak belajar banget nih dari blog mas Fajar .
Ihhh, Fajarrrr, quote pamungkasnya hak desshhh bangeett dah!
Tapi emang aku setujuuu, kekuatan storytelling dan menemukan USP itu talenta yang ga semua orang bisa.
Akutu kadang nyampe di tempat asing, bengooong aja dah
bingung mau nulis pakai angle kek gimana. jadi yhaaaa begitulaaahh
makasi dah bikin postingan ini yha.
dan itu benar sekali, perjalanan hidup ini yang bakal memberikan banyak kenangan dan cerita yang bisa dibagi ke orang lain melalui postingan di sini… Jadi kita2 yang baca juga dapat makna perjalanannya, dan bisa aja relate banget 🙂
kalau cerita tentang kampung kelahiran pun dikira sebagai blogger travel. sebab kita tak tahu dengan penulisan kita itu mungkin akan membuatkan orang luar datang ke kampung kita…
Penutupnya itu super epic seh Jar.
Langsung manjatkan doa terbaik buatmu, semoga segala hal yang baik akan datang padamu, kemudahan bisa berkunjung sudut Indonesia sehingga menjadi tangan untuk memperlihatkan kekayaaan Indonesia melalui tulisanmu yang begitu baik.
Terima kasih sudah menyebutku ya Jar dalam tulisanmu. Terlebih terima kasih sudah menulis ini karena sungguh sangat baik dan benar. Segalanya kembali pada USP dan Story.
Karena itulah kenapa tulisan perjalananku selalu diberi kisah dan maknanya karena kemudian sebaik-baiknya perjalanan dan hidup yang ditinggal dan dikenang adalah kisahnya.
Bener sih mas Fajar…nikmati apa yang ada di depan kita…kalo di kasih lebih.. alhamdullilah banget..jadi jangan di buat susah ya…di syukuri aja….walaupun saya ada sesekali jalan”kebanyakan di sponsori oleh kakak sayaaaah….
Speechless, mau ngomong apa. Sudah mewakili semuanya di artikel mas Fajar ini. Tapi beneran di awal tulisan, yang saya ambil pesannya adalah mengenai rasa syukur. Kita tetap harus bersyukur meskipun mungkin teman-teman lainnya sudha banyak bercerita tentang pencapaian mereka
Dalemmm banget ini menurutkuuu…aku jadi semacam refleksi diri jugaa…mulai mencari hal2 kecil apa yang telah aku lalui yang bisa aku tuangkan dalam tulisan..
Tapi bener sie sebagai seorang blogger yang mau menulis tentang traveling gak harus pergi ke tempat2 jauh, bisa menggunakan kemampuan menulis kita untuk menyajikan sesuatu hal sederhana menjadi luar biasa,,,dan aku juga belajar banyak dari tulisan mas fajar agar bisa menceritakan hal unik disekitar kita…
Dan penutupnya jadi semacam pecut agar bisa lebih bersyukur lagi atas semua yang sudah ALLAH berikan..terima kasih mas fajar
Tulisannya keren, sebagai pengingat diri juga untuk selalu bersyukur atas apa yg telah Allah SWT berikan.
Jadi bisa belajar banyak setelah baca artikelnya. Ternyaya banyak banget ide2 nulis di sekitar kita yang bs dituangkan di blog ya. Terima kasih ulasannya kak.
nikmati setiap momen yang kita lalui, bener banget
memang bener juga ya kalau secara umum, kata-kata traveling ibaratnya seperti bepergian yang jauh-jauh, tapi kalau kita bisa memberikan sudut pandang yang berbeda, kita bisa aja menulis dengan persepsi yang berbeda tapi tetep menarik dan memberikan pengalaman juga buat orang lain yang mungkin belum pernah melakukan hal serupa
aku dengan mendengar cerita temen-temen mengenai pengalaman jalan-jalannya, melihat story temen aku yang kemarin abis dari Middle East aja udah seneng, rasanya kayak diajak jalan juga ke tempat itu.
Aku sedang coba bikin recap 2024 juga di blog tapi gak selese, nah padahal aku gak traveling jauh kemana2, cuma kegiatan sehari2 yg aku highlight buat kenangan. Aku cm ke sby di bulan oktober. Nah kebayang gak kalo orang yg traveling tadi bikin recap, kayanya sampe mau 2026 baru kelar saking banyaknya perjalanan dia ya, wkwkwk
Temanya menarik nih mas. Jalan-jalan di dalam kota juga udah masuk kategori traveling yaa. Yang penting mah bikin tulisan yg bagus dan unik mengenai suatu tempat baru, nanti pengunjung blog datang sendiri.
Travelling memang tak mesti ke tempat yang jauh-jauh, walaupun dekat juga bisa menarik.
Menurutku travelling tak hanya soal menikmati tempat tujuan, tetapi juga menikmati perjalanannya. Banyak cerita bisa terjadi selama perjalanan dan itu harus kita nikmati juga.
Karena sejauh-jauhnya pergi travelling, tujuan akhirnya adalah pulang ke rumah dengan selamat 🙂
Banyak tempat tempat dekat dengan kita yang sebenarnya menarik untuk digali, terkadang kita tidak menyadari itu. Masjid Cut Meutia contohnya banyak sejarah yang bisa digali dan menarik untuk dikulik. Aku pernah nulis soal masjid ini dan jadi puanjang karena memang sejarah perjalanan masjid ini panjang banget ternyata. Setuju sih, semua tergantung sudut pandang 🙂
ngena banget postingannya yang ini mas & saya setuju, memang yang terpenting dari sebuah perjalanan itu bukan perihal tempat yang menjadi tujuannya melainkan momen-momen di dalamnya yang bisa dinikmati dan disyukuri
Kalok buat Kpopers, recap ini adalah prestasi nonton konser sepanjang tahun tersebut.
Dan itu gak banyak, kalok aku mah.. maklum… selain budget yang terbatas juga aku setia ama NCT doank.. kecuali aku mulfan yaa.. ini bisa gilak sii.. ngikutin semua ayang konser.
Tapi setuju sih, untuk gak membanding-bandingkan ama perjalanan orang lain.
Yah, ini kan hidup kita.. sesuaikan sama hobi, kebutuhan dan kata hati.
Aseekk!
Quotenya cakeepp euuii!
Hwaitiing hajaaa….
Mari kita ciptakan perjalanan kita sendiri.
Saya awalnya mengira traelling itu harus jalan-jalan. Duh, dana saya ga ada uat halan-halan. Bisanya yang murah meriah saja hahaha. Dan lewat tulisan Mas Fajar, makin tercerahkan travelling adalah ‘Hal Baru”. Dan saya hari ini baru saja mencoba hal baru. Naik KRL dari Pondok Cina Depok menuju Rangkas Bitung, lalu balik lagi dengan moda 3 ribu perak hahaha.
Petualangan baru gak mesti sih harus ke luar rumah jauh-jauh. Selain ongkosnya gede (eh ) juga sebenernya banyak hal baru kalo mau menelaahnya dengan baik. Apalagi kan hari aja berubah setiap harinya, maka berubah juga pula nuansanya, tinggal gimana kitanya mau atau tidak mensyukuri hal tersebut.
Baca tulisannya Mas Fajar, jadi ingat diri sendiri. Sudah setua ini, tapi mainnya tidak jauh-jauh amat. Namun, dipikir-pikir lagi, kenapa saya tidak bersyukur yah? Kan, sudah pernah tugas di daerah terpencil yg orang lain belum pernah, iya kan? Hahaha, itu saja dulu, selengkapnya mungkin bisa saya tuliskan di blog saja deh.
Makasih yah, ini menjadi ide tulisan saya, bahwa traveling itu tidak harus jalannya jauuuh dan kemana-mana.
Ah iya, klo lihat perjalanan traveller di sosial media, berasa kecil banget diri ini
Maklum pergi jauh cuma bisa budgeting setahun sekali
Selebihnya wisata kulineran dari cafe ke cafe di kota tempat tinggal saja hehe
Setuju banget Jar, ngga mesti jalan jauh-jauh kok untuk nulis traveling. Aku nulis cerita jalan-jalan seputar Kabupaten Semarang di blog Semarang Coret Alhamdulillah banyak yang baca..
Hihi maafkan diriku yang ketawa liat kontennya Mas Fajar eh tapi kondisinya mirip dengan saya juga yang travelingnya ke tempat itu-itu saja. Boro-boro mau ke LN ke Pulau Jawa aja belum pernah, upst!
But saya setuju nih dengan ulasan Mas di atas, yah sejatinya hidup itu juga adalah sebuah perjalanan, kan? Jadi nggak mesti juga sampai harus travelling jauh untuk bisa menulis tentang travel karena emang yang terpenting emang bagaimana kita bisa mengemas cerita “perjalanan” kita dengan menarik sesuai dengan tips yang Mas bagikan di atas.
Betul, mas. Nggak harus bepergian ke luar kota apalagi luar negeri untuk menuliskan cerita perjalanan. Bisa objek wisata lokal, review tempat makan lokal (bahkan warung sekalipun), atau perjalanan di dalam kota.
Tadinya ketika membaca judul ini (sebelum membaca tulisan), saya kira ini tentang membuat artikel perjalanan cuma modal riset seperti yang kadang saya lakukan belakangan, hahaha.
Jadi karena belum bisa traveling, sementara saya sudah punya banyak info soal destinasi itu dan sangat berhasrat (passionate) untuk menulisnya, saya pun membuat beberapa tulisan “halu”.
Semangat jadi pejalan lokal, mas.
Aku juga sedang membangun sebuah kanal bertema traveling
Meski saya tidak kesana-kemari dengan begitu intens
Namun saya percaya ketika melakukan perjalanan, di situ ada banyak cerita
Sayangnya tidak semua orang mau mengakui
Halo, mas Fajar 🙂 Nah, benar tuh kita mah nulis tema traveling ga mesti ke luar negeri sih. Luar kota pun ga wajib. Hal-hal kecil yang membuat kita nyaman bepergian ke mana saja sudah bahagia, ditulis deh perjalanannya. Proses bukan ujug2 destinasi. Banyak cerita manis yang penting ga menyusahkan diri sendiri, happy terus dan berbagi insya allah dapat pahala aamiin.
Setelah baca tuntas, ya aku sepakat dengan kesimpulannya bahwa gak harus jalan ke tempat jauh untuk bisa nulis tentang perjalanan atau dikasih label travel blogger. Aku pun dulu memulainya juga dari nulis apa yang ada di Palembang aja. Museum, tempat makan atau sekadar pasar pun bisa ditulis. Bahkan jika memang aku sekarang dikenal dengan embel-embel travel blogger pun sebenernya aku nggak merasa demikian sebab isi blogku juga masih random. Walau mungkin keliatannya yang dominan emang tulisan tentang perjalanan.
Semoga nanti di fajarwalker dot com ada tulisan tentang Palembang, ya! 😀 amiiiin.