Hello Everyone! Pagi hari ini saya mulai dengan meng-update bio Instagram saya yang sudah hampir setahun sunyi senyap. Satu per satu jemari menelusuri keyboard virtual di Smartphone, hingga akhirnya tertulislah sebuah prakata yang akan menjadi image baru diri saya ke depannya.
“A Man with Frugal Style Living..”
Yup, kini saya menasbihkan diri sebagai penganut gaya hidup frugal. Tau gak kalian, apaan itu?
Jadi begini ceritanya. Beberapa waktu lalu saya tak sengaja membaca sebuah artikel di internet, yang mana menyebutkan tahun 2023 akan menjadi tahun yang sangat berat untuk kita semua. Banyaknya ujian yang akan kita hadapi seperti inflasi, krisis dan berbagai hal pelik, membuat kita (utamanya yang termasuk golongan ekonomi lemah) harus semakin waspada dan wise dalam mengatur pengeluaran. Inti utamanya : harus hidup hemat dan irit.
Salah satu gaya hidup hemat yang kemudian populer, disebut sebagai frugal living. Sebuah konsep kehidupan dimana seluruh dana yang kita miliki harus dialokasikan sebaik dan setepat mungkin agar tujuan atau goals kita bisa tercapai. Tujuan disini tentu bisa bermacam-macam, entah ingin kekumpul duit beli mobil, mobil, rumah atau untuk nikah; apapun itu ya terserah. Tapi di situasi pandemi yang tak kunjung selesai ini, biasanya tujuan utamanya adalah untuk bertahan hidup!
“Sebaik dan setepat mungkin” ini juga biasanya diartikan dengan mengutamakan segala macam kebutuhan terlebih dahulu ketimbang mengejar keinginan yang seringkali tak ada ujungnya. Itulah mengapa frugal living ini sering disebut sebagai gaya hidup orang Pelit bin Medit, hehehe.
Frugal Living = Minimalisme?
Kalau ngomongin konsep gaya hidup hemat, mungkin kita akan langsung teringat Minimalisme. Terlebih karena gaya hidup tersebut sudah banyak diaplikasikan oleh banyak artis-artis papan atas, semisal Raditya Dika, Cinta Laura serta Amanda Manopo.
Tapi apakah Frugal Living itu sama dengan minimalisme, jawabannya adalah TIDAK.
Sepintas mungkin kita akan merasa de ja vu perihal hemat-hematan. Tapi ada satu perbedaan paling fundamental dalam konsep frugal dan minimalisme. Dalam konsep minimalisme, kita akan lebih berupaya untuk memiliki sangat sedikit barang, sehingga kemudian bisa meminimalkan distraksi dan fokus terhadap hal-hal yang penting saja.
Sementara dalam gaya hidup frugal, tidak masalah jika kita punya banyak barang. Asalkan semua barang itu punya value yang sesuai dengan kebutuhan dan bisa didapatkan dengan harga terbaik.
Masih belum paham? Saya coba kasih contoh nih ya :
- Jika kamu orang yang minimalis, kamu mungkin cuma punya dua pasang sepatu aja. Satu buat kerja, satunya lagi buat hangout.
- Sementara bagi penganut frugal, tidak masalah punya empat, lima, enam pasang sepatu. Asalkan semua sepatu itu memang sesuai dengan kebutuhan. Daaan.. bisa jadi enam pasang sepatu si frugal itu punya harga keseluruhan yang lebih murah ketimbang dua pasang sepatu milik si minimalis.
Saya aja di rumah itu punya delapan pasang sepatu, Tapi kalau dihitung secara keseluruhan, jumlah biaya yang saya keluarkan untuk membeli sepatu itu cuma 250 ribuan. Karena 2 pasang sepatu saya beli sendiri, sementara sisanya adalah hadiah ulang tahun yang sudah bertahun-tahun masih nyaman saya pakai, hehehe
Jadi, ceritanya mau ada branding baru lagi nih?
Yap, semakin dalam saya mempelajari gaya hidup frugal, semakin saya merasa bahwa konsep hidup ini tuh “Saya banget” gitu lho. Soalnya dari dulu saya memang terbiasa untuk hidup berhemat supaya bisa mencapai apa yang diinginkan. Waktu lulus sekolah, saya ngirit karena pengen segera lulus kuliah dan kekumpul biaya buat wisuda. Lulus dari kuliah, saya ngirit karena pengen kekumpul uang untuk biaya pernikahan. Dan kini, setelah nikah pun saya tetap ngirit karena sebentar lagi putri kami yang pertama akan lahir dengan segala biaya-biayanya yang akan berhamburan.
Frugal bukanlah perkara hidup irit tanpa alasan. Melainkan sebuah upaya untuk bisa hidup lebih bijak agar segala tujuan yang diinginkan bisa kecumponan. Dan saya sangat menyukai konsep ini.
Oleh karena itulah, mulai hari ini saya tasbihkan bahwa saya adalah Fajar si Manusia Irit…
I’m a Man with Frugal Style Living
Nah, karena kini saya sudah menasbihkan diri sebagai seorang frugal-er (ga enak banget nyebutnya yak), maka akan coba sharing beberapa pengalaman atau hal-hal yang pernah saya kerjakan demi mengejar peng-iritan duniawi. Apa apa tuh? Scroll aja…
1. Fokus sama kebutuhan, tunda dulu keinginan
Salah satu yang paling utama dalam ilmu pengiritan duniawi adalah membedakan kebutuhan dan keinginan. Bagi saya, kebutuhan adalah segala sesuatu yang bersifat urgent, dan keinginan adalah segala yang bersifat pemuasan hasrat. Sayangnya, orang-orang seringkali masih saja tertukar antar kedua ini.
Contoh simpelnya, misalnya makan. Makan ini adalah kebutuhan, karena kalo ngga makan ya kita bakal die. Tapi kalau makannya di restoran yang mevvah dengan harga yang muahal, ini jatuhnya udah bukan kebutuhan lagi, tapi keinginan. Kalau saya, biasanya pas awal bulan nyetok bahan makanan yang banyak. Jadi seterusnya, sebisa mungkin makan di rumah atau kalau ke kantor ya bawa bekal, biar sebisa mungkin menghindari makan di luar.
Baju juga tentu termasuk kedalam kebutuhan dasar, karena kalo ga ada baju ya masa iya sih kita mau telanjang sih. Tapi membeli baju mahal yang harganya jutaan sampai menguras kantong, tentu sudah masuk ke dalam rana keinginan. Keinginan yang tak bijak, apalagi kalau kamu kaum ekonomi blangsak.
2. Jauhi pengeluaran impulsif
Apapun pengeluarannya, sebisa mungkin siapkan perencanaan dan buat catatan. Tujuannya, agar segala pengeluaran kita senantiasa terencana dan terhindar dari pengeluaran instan tanpa pikir panjang atau biasa disebut impulsif.
Jika kalian mau belanja ke toko swalayan, siapkan selalu catatan berisi apa saja yang harus dibeli beserta dengan perkiraan harganya. Selanjutnya, tinggal upayakan untuk membeli hanya sesuai dengan apa yang ada di catatan, dan jauhi apapun yang tidak ada di catatan.
Kalau perlu, jangan lupa untuk compare ulang harga di toko swalayan dengan harga di media e-commerce. Kalau kalian mendapati ternyata lebih murah kalau belanja online, yaaa udah yang sekarang bisa di-skip dulu. Belanja online pun gausah buru-buru, tenang dan bersabar aja. Tunggu sampai promo tanggal cantik mulai bertebaran, biar kita bisa dapet harga murah plus cashback, hehehe
3. Buy the product, not the Brand
Buat penganut frugal seperti saya, value adalah tujuan utama. Tak peduli brand- nya apa, asalkan value-nya bagus maka saya akan senang hati membelinya. Itulah mengapa saya tak ragu untuk downgrade ke merek lain apabila ternyata merek lain bisa kasih value yang lebih baik.
Saya akan lebih suka membeli Ichi Ocha, Teh Javana atau Teh Gelas ketimbang Teh Sosro. Karena harga ketiganya lebih murah dan bagi saya ketiganya ya sama-sama aja minuman rasa teh. Saya pun lebih suka Kopi Kapal Api, Kopi Gadjah, Good Day dan berbagai kopi sachet lainnya ketimbang nongkrong di kedai kopi ala anak senja. Karena selain ketiganya lebih murah, toh buat saya semuanya itu ya minuman kopi. Dan kopi itu… ya kopi.
Kayaknya sementara itu dulu kali ya tulisan kali ini. Insya Allah nanti akan terus bertambah ya, soalnya kan memang konsep blog ini akan fokus ke gaya hidup Frugal.
Sampai jumpa di posting selanjurnya.
Bekasi, 10 Oktober 2022
Ditulis ketika 30 menit lagi udah mau ganti hari
Wah ternyata selama ini Saya juga menerapkan konsep Frugal Living tapi ga sepenuhnya. Kalau mau beli barang harus yang perlu. Kalau ga ada yang nabung khusus. Saya paling anti hutang soalnya. Tapi agak sedikit rileks kalau soal makan. Takut lapar.
Wahhh sepertinya saya juga masuk kedalam frugal style living ya, kalau minimalis gak minimalis banget karena memang kalau punya barang yang sama itu gak cuma 1 atau 2 doang.. Apalagi kalau beli-beli sesuatu emang kalau butuh banget, kalau masih pengen atau berdasarkan keinginan dan belum butuh biasanya emang ditunda dlu..
Selama ini sering banget menemukan blog-blog bertema frugal, tapi bingung pengertian frugal itu sebenarnya apa sih. Oh ternyata salah satunya terdapat gaya hidup minimalis. Untuk yang satu ini agak susah aku terapkan. Pinginnya sih gaya hidup minimalis, yg punya baju basic warna basic juga. Tapi apa daya aku nggak kuat kalau lihat baju colorful yang lucu-lucu. Maklum, aku anaknya cewe kue banget, hehe. Untuk poin yang no 3 sih aku bisa melakukannya. Karena aku benci barang mahal tapi kualitasnya jelek dan dibeli hanya untuk validasi bahwa bisa dibilang kaya. It’s a big no no!
Ah iya
Gaya hidup frugal ini makin sering dikampanyekan ya mas
Emang gaya hidup yang baik ini
Biar kita bisa kelola keuangan dengan baik
Aku setuju dengan poin, beli produknya bukan merek nya
Selama ini aku gitu, kalau beli ya lihat produk bukan merk
Menarik nih Kak, setuju banget nih, buy product not brand, saya juga gitu sih, ngapain beli yang mahal kalau toh sama aja, apalagi bisa buat kita bahagia juga (hmm, padahal mampunya mah beli yang non merek hihih)
Jadi pengen tahu juga nih Frugal Living, karena saya pun lebih suka hidup kayak gini daripada maksain diri minimalis tapi nyatanya belum bisa menerapkannya.
Anyway, moga lancar ya nanti lahiran babynya, sehat dan selamat semuanya.
Setuju banget sama cara frugal living-nya, Kak. Dari dulu udah jalanin begini, paling setuju nomer 3 nih, Lihat value kalau mau beli barang, bukan brand. Dan beli barang bukan dengan ngutang ya, Kak. Karena kalau kita beli barang konsumtif dengan ngutang, sesungguhnnya kita belum mampu beli, jadi nabung woy, bukan ngutang. Gini kan harusnya ya, Kak?
kalau saya kayaknya perpaduan antara minimalis dan frugal living. dari dulu memang bukan orang yang doyan koleksi apa-apa dan kalau punya barang itu dipakai sampai jelek banget baru beli. trus saya juga lebih suka beli barang murah ketimbang yang mahal. hihi. tapi katanya beli barang mahal tapi awet itu lebih bagus ketimbang beli barang murah. hehe
Kalau lebih mahal artinya lebih awet, itu artinya secara value lebih baik kak Antung.
Tinggal dicari aja mana yg harganya lebih masuk akal dengan quality dan durability yg lebih baik.
Wah, jadi tau ada istilah khususnya ya.
Seringnya cuma pakai istilah yg lama, ya itu, yang pelit bin medit. Wkwkwkwk
Padahal memang sengaja begitu ya karena ada tujuan akhirnya ya..
Mau juga ah, teguh dan konsisten frugal living. Aamiin
Beberapa temenku juga penganut frugal living ini mas. Sbnrnya ga masalah sih, aku malah salut kalo ada yg konsisten begitu, Krn ga gampang loh.
Aku sendiri ga bisa menganut frugal living. Lebih ke minimalisme. Paling benci numpuk barang, beli secukupnya, tapi memang aku lebih ke kualitas atau brand. Krn mikirnya supaya awet.
Adakalanya aku hemat, tapi itu demi bisa memenuhi passionku traveling . Krn buatku traveling itu sama aja kebutuhan pokok mas .
Iya, efek pandemi sih sama udah resmi jadi kepala keluarga.
Mau ga mau, suka ga suka, makin kesini jadi makin ga mikirin ego diri sendiri lagi.
Ada anak istri yang harus dibagi hehehe
Nggak menganut saklek frugal atau minimalism tapi lebih ke essentialism (ini gaya hidup yg plg lama sebetulnya). Lama2 ngerti apa saja yg plg dibutuhkan dlm hidup dan nggak minat keluar dari jalur itu. Kita hidup di masyarakat yg menganut konsumerism dan maksimalism jadi kalau menerapkan konsep barat di Indo agak berat. Jadi essentialism yg plg cocok buat pribadi ya. Kalau memang nilainya baik, berharga dan tahan lama knp tdk. Drpada beli yg murah tapi rusak dlm jangka waktu pendek. Kira2 begitu…
Mirip mirip sama frugal ya gitu sih. Tapi kalo frugal tuh menekankan ke hemat bangetnya itu.
Adakalanya ya aku juga beli barang mahal, asalkan memang sesuai dengan value produk tersebut.